[2] Cie Jadi Tenar

619 35 14
                                    

Aku ama Bagas jalan berdua—uh, maksudku jalan bareng—ke kantin yang emang sengaja dibuat di bagian paling ujung sekolah. Huh! Kepseknya minta dikebiri nih!

"Lama ya, kita nggak jalan bareng kayak gini," kata Bagas memulai pembicaraan yang tadi krik-krik sejak keluar kelas tadi

Ini emang gegara efek ramainya lapangan disebelahku yang buat lomba futsal pas classmeeting jadi telingaku agak keganggu ato emang Bagas ngomong melow gitu?

"Eh, but a worst choice if I'm gonna walk with you. Lo inget? Dulu pas SD gue sampe dihajar nyokap karena jalan bareng ama lo. Ykwim, Ndra. Bonyok gue disiplin banget dan—sorry gue harus ngulang lagi—mereka gak suka gue deket-deket non muslim's," kata Bagas ketawa miris dan membuat senyum paprikaku menguap

"Iya iya. Nggak usah dibahas lagi. Sakit tau!" candaku mendekap dada sambil berekspresi kesakitan. Dan sejurus kemudian Bagas menjebak tengkukku dengan dekapan lengannya dan mengacak-acak rambutku

"Tapi ini yang gue suka dari lo! Lo gak centil tapi easy going!" dan beralih menepuk-nepuk jidatku pake telapak tangan dengan sadis

Aku sampai harus berhenti berjalan karena badanku yang semakin condong ke belakang karena ulahnya. Dan sesaat aku mendengar pekikan yang sangat lirih disertai krusak-krusuk heboh. Aku tak mempedulikannya karena masih fokus pada usahaku melepaskan diri dari lengannya yang... uh, kokoh?

"Gaaaaas~" rengekku menahan perih yang mulai menimpa jidat malangku

"Salah lo gak punya jidat!" ejeknya melepas kurungannya dan kembali mengajakku berjalan, "Gue pernah baca artikel kalo cewek itu lebih manis kalo jenong,"

"Tapi aku cowok sekarang, Gas, oh Tuhan!" raungku menahan emosi

Bagas langsung menepuk pantat dan jidatnya bersamaan, "Oh. Iya," dan menunjukkan senyum paling blo'on

"Mati aja kamu!" bentakku berjalan cepat-cepat ke arah kantin

BeTransgender©PineAppler08

"Cocan..."

"..."

"Cocan~"

"Bwershik!" bentakku pada mahkluk berkulit tan dengan rambut hitam dengan mulutku yang masih asyik mengulum sedotan di sebuah susu kotak

Bagas ketawa laknat dengan kencang yang membuat seluruh isi kantin menatap kami. Bahkan ada yang terang-terangan bisik-bisik sambil nunjuk aku. Ugh... sabar Andra. Inilah yang harus dialami para transsexual.

"Pantes kali, Ndra, lo dipanggil gitu. Cocan, cowok cantik. Bhahahah bahkan gue berani taruhan sekantin kalo lo satu-satunya cowok paling cantik disini!" ejeknya nggak karuan sambil nyakar-nyakar meja

Aku cuma liat dia datar sambil nyedot-nyedot susu coklat ini. Eh aduh, harusnya jangan aku sedot terus ah! Nanti cepet habis malahan! Um... tapi kan ini traktiran Bagas. Ambil dua lagi ah~ Yang rasa Strawberry ama Pure Milk.

Baru setelah aku balik dari acara mengambil dua kotak susu di kulkas kantin, Bagas udah jinak. Sayangnya kejinakannya hanya bertahan sementara karena mahkluk—yang menurut aku—gigantisme itu menatap horror ke arah dua kotak mungil di dekapan kedua tanganku.

"Anjir... L-lo beneran mau minum semuanya?" tanyanya berekspresi kaget ala sinetron

Aku cuma mengangguk dan menusukkan sedotan ke kotak susu rasa Strawberry. Yang tawar nanti dulu. Aku suka yang manis-manis baru yang pahit.

"Lo doyan apa laper? Kalo laper harusnya ngomong daritadi nanti gue beliin mie ayam yang harganya cuma delapan ribu! Kalo gini mah udah nyampe dua belas," keluhnya menggaruk tengkuk tapi aku cuek aja, "Dasar bayi!" ejeknya

Be TranssexualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang