0.7

152 17 3
                                    

'Cause I feel like I'm walking' on a tightrope, my heart is in my throat, I'm counting on high hope to get me over you

- Man On A Wire, The Script -

Keadaan kelas masih saja ramai karena nyanyian Bimo. Ada yang protes, memaki suara Bimo, melemparnya dengan botol bekas, dan lainnya.

"Hei, hei! Kenapa ribut sekali ini?" tanya Bu Nami begitu ia melihat keadaan kelasnya yang tidak rapi dan tenang.

"Bimo bu, berisik banget!" seru seseorang yang tadi melempar Bimo dengan botol bekas.

"Mampus lo, Bim," kata Rafa lalu menepuk-nepuk bahu Bimo dan berjalan menuju bangkunya.

"Ya sudah, cepat kembali ke tempat duduk masing-masing." Para murid sudah kembali ke bangkunya masing-masing.

"Ayo masuk." Ucapan Bu Nami membuat seisi kelas bingung. Kecuali Gio yang sedang menundukkan wajahnya. Ia sama sekali tidak mempedulikan ucapan Bu Nami.

Seorang cewek berparas cantik masuk ke dalam kelas. Tangannya memegang tali tasnya, ia juga memamerkan senyum manisnya. Rambutnya ia gerai, menampilkan seorang cewek yang anggun.

"Ini teman baru kita," kata Bu Nami.

Gio yang tadinya tidak mempedulikan apapun, kini mengangkat kepalanya. karena mendengar kata "teman baru". Betapa terkejutnya ia melihat cewek itu. Senyum itu, membawanya kembali pada masa-masa itu. Caranya menatap, mengingatkannya kembali pada kejadian itu. Dan wajahnya, memunculkan bayang-bayang masa lalu.

Ia tidak salah lihat, kan?

Gio terus mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Detak jantungnya tidak karuan. Ini menyebalkan.

Dan kalau tidak salah, ia mendengar kata "teman baru kita".

"Nama gue Allinarya Aaralyn," ujar cewek itu memperkenalkan diri.

Ternyata memang benar. Itu memang dia. Apa yang dikatakan Elang benar. Dia pindah ke sini dan sekolah di sini.

"Gio, lo kenapa?" tanya Bimo yang duduk di sebelahnya. Bimo dari tadi menyadari sikap aneh Gio saat melihat anak baru itu.

Gio menoleh. "Gue ga papa," jawabnya bohong.

"Silakan Allin kamu duduk di bangku yang kosong." Bu Nami mempersilakan cewek yang bernama Allin itu untuk duduk.

Allin berjalan menuju bangku kedua dari belakang. Saat ia melewati meja Gio, ia tersenyum padanya tapi Gio tidak membalas senyum itu. Entah itu senyum apa. Tapi Gio yakin ada hal aneh yang ada dibalik senyum tersebut.

***

"Kanan, kanan. Cepet lurus. Nah, habis itu masuk ke situ. Nah, ayo, ayo," seru Evan yang sedang memberitahu Gio ke arah mana yang harus ia lalui di salah satu game favorit mereka. Sedangkan Rafa dan Bimo hanya memperhatikan game di ponsel Evan.

Walaupun sekarang jam istirahat, mereka tidak turun ke bawah dan jajan di kantin seperti murid lainnya. Mereka lebih tertarik bermain game di ponsel Evan.

"Hai."

Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang mereka. Gio sudah tahu betul suara siapa itu.

"Oh, hai Allin," sapa Rafa balik.

Allin tersenyum simpul.

"Lo pasti ke sini nyariin abang Bimo, kan?" tebak Bimo terlalu percaya diri.

Allin menanggapinya dengan gelengan pelan, lalu berkata, "aku mau ketemu Gio."

Sontak tawa Rafa dan Evan meledak ketika mendengar jawaban dari Allin. Bimo hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum malu.

GivioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang