0.1

282 26 9
                                    

Cause everything that don't make sense about me, makes sense when I'm with you

- Wanted, Hunter Hayes -

Tut tut tut

Alarm Vio berbunyi nyaring di kamarnya. Dengan malas, Vio mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm tersebut. Bukannya bangun dari tidurnya, Vio malah kembali terlelap dan berencana untuk melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terpotong.

Gio sudah berkali-kali memanggil nama adik tirinya itu untuk segera bangun. Tapi sama sekali tidak ada jawaban atau tanda-tanda bahwa adik tirinya sudah bangun.

Dengan kesal, Gio berlari kecil menuju kamar sang adik tirinya. Karena kamar itu tidak di kunci, Gio dengan mudah menggebrak pintu itu hingga terbuka lebar. Di sana, Vio malah asyik tertidur dengan selimut yang entah bagaimana nasibnya. Kamarnya begitu berantakan. Bantal sudah terjatuh dari ranjangnya, seprai yang berantakan, bahkan selimut yang Vio pakai untuk berkemul sudah melilit tubuhnya.

Gio menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat keadaan kamar Vio. Karena kamar ini lebih buruk daripada kamarnya sendiri. Gio menyibak selimut yang terlilit di tubuh Vio. Tetapi, reaksi Vio malah membuat Gio semakin kesal. Vio menarik kembali selimut yang tadi diambil Gio dan kembali berkemul dengan selimut itu.

"Vio! Bangun!"

Vio berguling di atas ranjangnya. Lalu menutup wajahnya dengan bantal. Malas mendengar ocehan kakak tirinya. "Elah lu, kebo banget sih! Liat jam dong! Ini udah jam setengah tujuh Vio!"

"Gue gamau telat cuma gara-gara bangunin lo yang kebo banget!" lanjut Gio berapi-api. Hari ini, jam pelajaran pertama, Gio ada ulangan IPA Biologi. Jadi, mau tidak mau dia harus membangunkan adik tirinya agar tidak telat saat ujian berlangsung.

"Yaudah, lo berangkat duluan aja sana," ujar Vio dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Gio memutar bola matanya, sebal. "Kalo gue duluan, gue bisa dimarahin papa karna ninggalin lo." Gio menarik lengan Vio susah payah. Tapi, usahanya berhasil membuat Vio duduk di atas ranjangnya, walaupun masih dengan mata tertutup.

"Udah sana, cepet mandi. Gue siapin semua baju lo."

Ini memang kebiasaan Gio. Jika Vio susah dibangunin, Gio akan memaksanya bangun dan langsung menyuruhnya mandi. Dan Gio lah yang akan menyiapkan semua keperluan mandinya; baju seragam, rok seragam, dasi, kaos kaki, handuk, sampai celana dalamnya sekalian. Sungguh beruntung Vio mempunyai kakak tiri sebaik Gio.

"Ah, nyusain banget sih lo," gerutu Vio seraya bangkit dari duduknya lalu menuju kamar mandi.

"Lo yang susah bangunnya, kok malah gue sih, yang dibilang nyusain? Aneh," balas Gio. Sekarang, lelaki itu sedang membuka lemari baju Vio, mencari seragam serta pakaian dalamnya (oke, ini sedikit menjijikkan).

Sambil menunggu Vio selesai mandi, Gio duduk di atas ranjang Vio sambil mengotak-atik iphonenya. Suara teriakan Vio menghentikan aktivitas bermain ponselnya, "bang Gio! Ambilin seragam gue dong!"

Dengan berat hati, Gio mengambil seraga Vio lalu melemparnya ke arah tangan Vio yang ada di luar pintu kamar mandi. Dengan sigap, Vio menangkapnya. "Lemparan lo bagus juga bang!" komentar Vio.

"Berisik, cepetan pake baju. Gue tunggu di bawah."

"Iya bawel."

Gio pun keluar dari kamar Vio, menuruni tangga. Ponsel di tangannya seketika bergetar. Di layar ponselnya menunjukkan ada pesan Line masuk.

Rafa: Yo, cepetan ke sekolah, ada yang nyariin lo

Pasti Angel, batin Gio yakin.

Gio: Si nenek lampir?

GivioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang