0.9

280 15 4
                                    

I want you, I'll color me blue, anything it takes to make you stay, only seeing myself, when I'm looking up at you

- Blue, Troye Sivan feat. Alex Hope -

Jalanan pagi hari ini cukup lengang. Tidak seperti hari Senin, di daerah manapun, pasti ada saja kemacetan. Polusi udara kendaraan bermotor dimana-mana, klakson mobil seolah berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa bunyi yang paling keras.

Tapi suasana itu sama sekali tidak ada pagi ini. Pagi ini jalanan Kota Jakarta bersih dari berbagai macam polusi. Walaupun jalanan bersih, tapi tidak membuat hati cewek blasteran Kanada ini tenang. Ia justru terus menerus memikirkan kejadian di hari lalu. Otaknya terus memerintahkan kalau dia harus merelakan cowok itu, namun hatinya menolak.

Memang susah untuk merelakan begitu saja orang yang kita sayang. Apalagi orang itu sangat berperan penting dalam hidup kita. Jika tidak ada dia, mungkin kita tidak akan semangat untuk melanjutkan hidup. Bagaikan bunga yang layu karena tidak ada air.

Mungkin ini terdengar sedikit berlebihan. Tapi itulah kenyataannya.

Ia mengakui kesalahannya. Kesalahan yang ia sengaja karena suatu alasan yang konyol. Dan kejadian cowok itu menjauhinya, sepenuhnya karena ulahnya sendiri.

Menyesal? Tentu, ia sangat menyesal. Setelah tindakan konyolnya meninggalkan cowok yang jelas-jelas ia cintai, sama sekali tidak berpengaruh pada apa yang ia harapkan. Malah makin memperburuk keadaan saat ini.

Cewek berparas cantik itu perlahan menutup matanya untuk menetralkan kembali pikirannya. Karena jalanan yang lengang, ia sedikit santai saat mengendarai mobilnya. Tanpa ia sadar, di depannya ada seorang nenek yang hendak menyebrang. Karena kakinya lemas, ia terus menginjak gas dan membuat mobil ini berjalan makin kencang.

Begitu ia membuka matanya, ia terkejut karena baru menyadari ada nenek yang sedang menyebrang jalan. Dengan refleks, diinjaknya rem dengan kencang. Kepalanya terdorong ke depan sampai terantuk stir mobilnya.

Napasnya memburu karena panik. Kepalanya terasa hancur karena terantuk stir mobil yang keras. Ia memijit kepalanya yang berdenyut. Perlahan ia mengangkat kepalanya, hendak melihat nenek tua tadi. Apa dia selamat atau tidak.

Begitu ia melihat ke depan, nenek itu sudah tidak ada. Ini karena matanya yang salah, atau memang nenek itu sudah menghilang?

Tapi kemana perginya nenek tadi?

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mobilnya. Begitu melihat nenek tadi duduk dengan lemas di pinggir trotoar, hatinya menjadi tenang. Ternyata nenek itu masih selamat walaupun terlihat begitu panik.

Ketika ia ingin menghampiri nenek itu, gerakannya langsung terhenti. Ia melihat dengan jelas figur seorang perempuan yang lebih kecil darinya sedang memberi minum pada nenek tua tersebut.

Apa dia yang menolong nenek itu?

Ia menajamkan penglihatannya agar terlihat lebih jelas wajah perempuan itu. Dan betapa terkejutnya ia melihat baju yang perempuan itu pakai. Bajunya sama seperti seragam yang ia pakai. Dan ketika melihat matanya, ia tahu betul siapa perempuan itu.

Perempuan yang kemarin duduk berdua dengan Gio di sebuah cafe. Dan yang Gio akui sebagai pacarnya.

Melihat itu, membuat hatinya yang tadinya sudah tenang kembali memanas. Tanpa basa-basi, ia langsung menginjak pedal gas dengan keras dan melaju ke sekolahnya dengan cepat. Melupakan niatan baiknya yang tadinya ingin meminta maaf pada nenek yang hampir ia tabrak.

GivioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang