0.3

212 21 10
                                    

I wanna tell you, you're the reason why the earth spins and the stars hang in the sky. But I don't think it's gonna fly. Cause I'm not good with words

- Words, Jacob Whitesides -

Seperti biasa, Gio dan Vio berangkat ke sekolah dengan mengendarai mobil Brio abu-abu milik Gio. Gio melirik sekilas ke arah Vio, ternyata gadis itu sedang asyik meng-scroll layar ponselnya. Gio tudak mempedulikan aktivitas Vio, dia kembali berkonsentrasi pada jalanan.

"AAA!! GILA LUCU WOI! AAA IMUT-IMUT GEMESIN GITU!! GIO, LO HARUS LIAT INI!"

Teriakan histeris Vio mengagetkan Gio. Membuyarkan konsentrasinya. Untungnya dia masih bisa mengendalikan mobil ini, kalau tidak tamatlah mereka.

"Lo apaan sih? Kaget bego. Kalo sampe mobilnya ketabrak---" perkataan Gio dipotong oleh teriakan histeris Vio, lagi.

"LO HARUS LIAT INI! LO HARUS LIAT INI! LO HARUS LIAT INI!"

Vio menyodorkan ponselnya dengan semangat. Mau tak mau, Gio pun melihat layar ponsel Vio sambil sesekali melirik ke arah jalanan. Di layar ponsel Vio terlihat jelas wajah seorang cowok asal Irlandia yang sedang memakai filter di Snapchat yang menurut para gadis seumuran Vio sangat tampan, imut, menggemaskan, dan rasanya ingin dinikahi, *eh.

Gio malah mendengus geli saat melihat foto tersebut. Dia sama sekali tidak tahu sisi mana dari wajah cowok itu yang membuat Vio begitu histeris.

"Lucu? Gemesin? Imut? Darimana coba? Gantengan juga gue dimana-mana," ujar Gio penuh percaya diri.

Vio membetulkan posisi duduknya, lalu berkata, "kok lo biasa aja sih? Ga seru ah," Vio menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Terus gue harus gimana?"

"Gimana kek, terserah."

"Oke, gue tau," Gio memasang senyum jahil, tanpa Vio sadari.

Gio mengambil napas dalam-dalam, "ANJIR!!! GANTENG PARAH TUH COWOK! GA KUAT GUE! BREWOKNYA ITU LOH... GEMESIN ABIS! UCUL UCUL GITU! GA BISA NAPAS GUE!"

Gio sengaja melepas kedua tangannya dari stir kemudi, mengangkatnya ke langit-langit mobil, membuat Vio panik. "Gila lo ya?! Pegang stirnya cepet!"

"Gimana? Reaksi gue bagus kan?" Gio kembali memegang stir kemudi.

Vio menatap Gio jiji, lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Jiji gue, sumpah. Menggelikan tau ga?"

"Apalagi pas lo bilang 'brewok-brewok', ew," lanjutnya. Gio tertawa terbahak-bahak. Setelah itu, keheningan muncul. Tapi tidak berlangsung lama saat Vio memanggil Gio.

"Gio," yang dipanggilpun menoleh.

"Sekali lagi lo bilang 'ucul', gue bunuh lo."

***

Pagi ini, kantin terasa sangat ramai dari biasanya. Siswa-siswi Rajawali berlalu-lalang, sambil membawa makanannya masing-masing. Ada yang masih bingung ingin jajan apa, ada yang susah payah membawa nampan yang penuh dengan piring kaca, ada yang sedang bercanda gurau dengan kawan sebayanya di sisi kantin.

Lain dengan Vio yang tampak buru-buru seraya memegang dua gelas berisi lemontea. Dia berjalan cepat, tapi hati-hati. Tidak ingin dua gelas lemontea yang ia pegang tumpah begitu saja. Karena, salah satu gelas itu adalah pesanan dari sahabatnya, Sania.

Namun, hari ini sepertinya bukan keberuntungan bagi Vio. Tidak sengaja, Vio menubruk tubuh seseorang, entah itu cowok atau cewek. Kedua lemontea-nya tumpah begitu saja, tanpa menyisakan setetespun di dalam gelas.

GivioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang