16

383 15 1
                                    

Terkadang kita harus mengorbankan kebahagiaan kita untuk orang lain..
.
.
.
"Apa yang ingin ayah dan bunda bicarakan?"

"Hmmm... ayah dan bunda akan bercerai" ayahnya mengucapkan sambil menundukan kepala tak sanggup melihat respon Verill yang akan meledak

Hening

"Bagaimana bisa kalian bicara cerai sedangkan kemarin kita menghabiskan waktu bareng?" Sambil menguatkan agar airmatanya tidak jatuh

"Maafin bunda nak... bunda dan ayah berencana sebelum kami pisah kami ingin menghabiskan waktu bersama kalian khususnya untukmu nak" jelas bundanya

"Untuk apa kalian berencana seperti itu?"

"Untuk membuatmu bahagia"

"Untuk apa bahagia di awal kalau kesedihan akhir dari segalanya" drngan wajah datarnya ia mlirik ke kakaknya yang menunduk 'sepertinya kaka tau rencana ini. Pantas ia tak senang'

"Maafin bunda dan ayah nak" 

"Maaf satu kata yang gampang diucapkan karena sebuah luka, tapi lula yang ditimbulkan sangat sulit untuk disembuhkan tak seperti maaf"

"Maafin ayah Ver.. tapi bunda dan ayah sudah tidak bisa bersama" icap ayahnya

"Aku mengizinkan kalian bercerai" 3 orang yang mendengar itu langsung mendongak menatapnya

"Kenapa? Kenapa kau tak marah?" Tanya kakak nya

"Bukan! Bukan aku tak marah. Hanya sebisa mungkin aku menerima kenyataan.. sudahlah ka jika bunda dan ayah tidak bisa bersama jangan dipaksakan"

"Kau tak apa?" Tanya kakanya lagi

"Aku tak apa"

"Bunda akan menikah 2minggu lagi nak" ucap bundanya yang membuat dada Verill sesak 'apa apaan ini? Apakah ibunya telah bermain dibellang ayahnya? Menikah? Secepat itu?'lirihnya dalam hati

"Terserah kau bun.. kalau kau telah cerai dengan ayah silahkan bunda cari kebahagiaan bunda sendiri" ia langsung beranjak keluar rumah dan pergi entah kemana pikirannya benar benar kacau keluarganya benar benar retak.

Mengapa disaat seperti ini tak ada satu orang pun bersamaku?
.
.
.
Verill memasuki rumah sepi sangat sepi, ia langsung merebahkan diri di sofa.

Ting nongg...

Verill bangkit untuk membuka pintu 'siapa malem malem tamu? Ga lihat jam apa'

Cklik..

"Hao Ver..." dengan senyumannya

"What?" Tanya Verill

"Lo lagi kenapa?"

"Pulang sana!" Dengan nada sinis

"Jangan gitu Ver... Gue tau lo lagi emosi makanya lo gini.." mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Verill

Verill menjauhkan tangan Rafa demgan kasar "Jauhi tangan lo dari gue Raf"

"Huft.. gue akan nginep disini disuruh nyokap lo karena katanya lo lagi kacau"

"Ga perlu gua udah biasa sendiri mending pergi sana pulang"

"Gak!" Langsung meminggirlan badan Verill ke samping menerobos masuk

"LO APA SIH! KELUAR!!!!!" Teriak Verill dengan kesal tapi trriakan itu diabaikan oleh Rafa. Dengan kesal Verill berlari kecil dan menarik tangan Rafa. Tapi Rafa malah menariknya kedalam pelukannya.

"Jangan bohongi gua! Gua tau lu lagi gak kenapa kenapa! Jangan suruh gua pergi karena lo butuh gua" sambil mengelus rambut Verill

"Gue mohon pergi gue mau sendiri Raf" ucap Verill lirih dengan tangan yang masih genggam tangan Rafa tanpa bergerak

"Gak akan.! Nangis Ver kalo lo mau"

"Ga akan! Entah keputusan ngebiarin orang tua gua cerai pilihan benar apa ngga"

"Keputusan lo udah bener mereka ga bahagia dan lo dengan dewasa ngebiarin orang yang lo sayang bahagia"

"Tapi gua ngga" membalas pelukan Rafa

"Gua tau.. ayo kita berusaha sembuhin luka itu"

"Dengan cara?"

"Waktu.. habisi waktu lo dengan kesenangan atau apapun itu.." Tidak ada respon dari Verill "Ver... tidur yuk.. besok kan sekolah"

"Ngga mau sekolah"

"Terus? Yaudah besok kita habisi waktu seharian yah.."

Verill melepaskan pelukannya dan mendongak menatap Rafa "beneran?"

"Iyah beneran besok mau kemana aja gue anter keluar negri pun gua anter" sambil mengelus pipi Verill

"Oke ayuk tidur kalo gitu koper lo ga perlu di beresin besok kita main"

"Yaudah yuk tidur" merangkul dan menuntun ke kamarnya. Sampai dikamarnya Verill langsung merebahkan dirinya dikasur Rafa menyelimutinya dan mengelus rambutnya dikecupnya kening Verill "Good night Ver... besok senyum yah semangat"

"Night too Raf" tanpa membuka matanya..

**
Keesokan harinya Verill dan Rafa telah berada di bandara ia akan berlibur ke Cina. Selama di dalam pesawat Verill dan Rafa hanya mendengarkan musik dan menyenderkan kepalanya ke Rafa

"Raf.... kebahagiaan emang sulit unyuk dicari yah"

"Ver... denger yah bahagia itu bukan dicari tapi dirasakan. Walaupun lu lagi sedih tapi lu berusaa merasakan senang maka lo akam merasa senang"
Rafa memeluk Verill dengan erat

"Makasih Raf.."

"Makasih? Makasih doang mah ga cukup. Cium dong baby" Verill yang mendengarnya langsung melepaskan pelukannya

"Yaudah nanti di Cina gue temui lo sama BABI biar bisa ciuman"

"Eh setan lu ngenekin yah"

"Eh iblis lu ngenekin yah"

"Ish gua mau nya lu bukan babi"

"Lu nyebutnya babi blis bukan nama gua"

"Lu oon set.. baby kan sayang"

"Jadi lu sayang sama babi? Katanya sayang sama gua?" Sambil memasang wajah cemberut

"Bodolah" Rafa memalingkan muka dan melipat tangannya

"Cie ngambek"
"Raf..."
"Rafa.."
Verill mendekatkan dirinya ke Rafa dan memeluknya sambil berbisik "Azazka Rafallano jangan ngambek.." Rafa membalas pelukan Verill

"Ngga ko cuma pengen dipeluk kamu doang.."

**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Girl!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang