setiap bab itu ganti sudut pandang ya. untuk mengetahui itu sudut pandang siapa, namanya ada di awal cerita.
***
Karen Konings (Sabtu, 18 Februari 1922) "Sore Hari."
Suara itu. Suara apa itu. Suara tembakan? Terdengar jauh dari rumah. Hutan jauh dari rumah. Suara tembakan Pemburu tidak akan sebesar ini. Mungkin, hanya suara seseorang yang tidak sengaja menembakkan peluru. Ahh aku sangat penasaran.
Aku meninggalkannya di kamar begitu saja dan berjalan menuju kamar Lukas.
"Lukas apakah tadi kamu mendengar-" kataku sembari membuka pintu kamarnya. Tapi dia tidak ada di kamarnya. Dia mungkin masih dipantai.
Aku berjalan menuju lantai bawah. Melihat ibu sedang menyiapkan makan malam. "Ibu mendengarnya?" tanya ku.
"Apa?" kata Ibu sambil menoleh menghadapku.
"Suara itu?"
"Suara apa?"
"Kaya suara tembakan gitu."
"Oh. Mungkin itu suara pemburu." Kata Ibu.
"Hutan kan jauh bu." Kataku sambil memutar bola mataku. "Ayo kita mengeceknya. Aku penasaran banget."
"Sudahlah biarkan saja."
"Jangan-jangan itu Lukas bu." Kataku bercanda.
"Jaga omonganmu Karen!" kata Ibu. "Kalau beneran terjadi bagaimana?"
"Makanya lihat dulu."
***
Bocah itu. hanya berdiri di belakang kerumunan orang-orang. Wajahnya yang pucat pasi hanya menatap ke kerumunan orang-orang. Ibu langsung berlari menghampiri bocah itu.
"Ibu." Kata bocah malang itu. Hahah, oke aku akan memanggilnya adikku.
Mata adikku berkaca-kaca. Seakan-akan dia sehabis melihat sesuatu yang menyedihkan. Atau mungkin mengerikan.
"Lukas kamu tidak apa-apa?" kata Ibu dengan suara keibuannya. Ya Tuhan sangat mendramatisir.
"Ti-tidak." Kata adikku. Ya jelaslah tidak. Tapi dengan otaknya, mungkin iya.
"Sebenarnya ini ada apa sih. Kok banyak sekali orang." Kataku penasaran. "Tadi aku mendengar suara tembakan. Jadi, aku mengajak ibu untuk ke sini. Terus, gak taunya aku ngeliat kamu."
Dia hanya diam mematung. Brengsek sekali bocah ini.
Ibu pergi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Lalu dia hilang begitu saja ditengah-tengah kerumunan orang-orang.
Aku tetap menanyakan hal yang sama kepada bocah brengsek ini. Tapi, mau gimana lagi dia tidak merespon ketika aku menanyakannya.
Beberapa saat kemudian Ibu muncul dari kerumunan orang-orang. Wajahnya terlihat pucat seperti adikku. Dia menatap Lukas beberapa saat dan bertanya. "Apa kau melihat kejadiannya?"
Lukas mengangguk dengan sangat dramatis. Lalu Ibu memeluknya juga dengan dramatis. Aku melihat setetes tangisan Ibu jatuh dipunggung Lukas. Aku muak dengan kedramatisan ini.
"Sebenar-" kalimatku terpotong ketika aku melihat si Clara. Dengan wajah penuh amarahnya menodongkan pistol kearah Lukas. Dia benar-benar akan melakukannya.
"Tembaklah." Kataku dalam hati. Dan kata-kataku menjadi kenyataan. Kerumunan orang makin berhamburan. Seperti melihat segrombolan semut yang mengelilingi sebuah permen, dan tiba-tiba seseorang menekan salah satu semut dari segerombolan semut itu. Tetapi aku hanya melihat adik brengsekku yang jatuh lemas dengan darah merahnya. Tertembak tepat di kepala.
Aku menaikkan sebelah alisku : kerja bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl With Her Gun
FantasyGadis itu biasa bermimpi tentang sesuatu yang bersejarah. Penjajahan Indonesia, Pembangunan piramida Giza di Mesir, dan Jatuhnya Bom Nagasaki ada dalam mimpinya. Semua yang ada di dalam mimpinya benar-benar terjadi di masa lalu. Tapi pada suatu hari...