SUDAH seminggu aku tidak berbicara dengan Jace. Sudah seminggu juga aku tidak melihatnya. Sejak ia mendengarku menerima tawaran Jack, ia tiba-tiba menghilang begitu saja.
Aku memang menerima tawaran itu demi ibuku. Anak mana yang akan menelantarkan ibunya? Aku bukan anak durhaka. Sudah kukatakan, cara apa pun akan kulakukan demi ibuku dan juga keluargaku.
Kini aku sedang terduduk di ruangan kerja Jack. Ia sedang menatap MacBook Pro-nya dengan serius. Beberapa hari ini saham ayahku mulai membaik. Bukan berarti ini kembali seperti sedia kala, hanya saja kejatuhannya masih dapat ditolong.
Aku duduk termenung di sofa berwarna merah muda sambil memikirkan Chris.
Oh, Tuhan! Bisakah Engkau menolongku? Hilangkanlah Chris dari ingatanku.
Sejak Chris muncul kembali, kenapa aku merasa seperti justru itulah awal dari semua malapetaka yang kualami?
Tidak, tidak, aku tidak boleh berpikiran buruk tentang siapa pun. Dewi batinku berteriak bagaikan singa kelaparan, lalu kenapa kau mudah berpikiran buruk tentang Jace? Apakah itu adil?
Sial.
Kenapa batinku mengatakan yang sebaliknya dengan pikiranku? Aku mengacak-acak rambutku frustasi, membuat Jack memberhentikan pekerjaannya.
"Ada apa, sayang?" tanya Jack yang berjalan mendekatiku. Ia duduk di sampingku dan meregangkan ikatan dasinya.
Jangan muntah. Karena pertama kali aku mendengar panggilan itu, perutku bergoncang hebat dan mual. Tetapi karena seminggu lagi kami akan bertunangan, siap tidak siap aku tetap harus menerima kenyataan.
Memang aku dilahirkan tidak untuk mendapatkan cinta sejati.
Kau pasti akan membenci diriku, membenci diriku yang dengan mudahnya membiarkan Jace pergi. Tapi kau tahu, Jace yang memintaku untuk melupakannya. Maka akan kulakukan.
Sekedar informasi, kedua orangtua Jace dan Jack berpisah ketika mereka masih berumur belasan tahun.
Ella Stewart memilih untuk melepas status jandanya dan menikah dengan seorang pengusaha sukses di Atlanta. Ia menikah dengan Sam Watson. Maka dari itu, Jack merupakan penerus Waston Company.
Sedangkan Steve Walter lebih memilih untuk menduda. Bukankah biasa pria lebih suka mencari yang baru? Aku belum begitu mengenal Mr. Walter secara baik. Kurasa ia kecewa berat setelah mengetahui aku akan bertunangan dengan Jack.
"Sayang... Kau suka sekali melamun. Ada apa?"
"Aku banyak pikiran, Jack. Terlalu berat untuk menjalani beban ini seorang diri," ujarku.
Jack menghela napas dan mendekatkan tubuh kami. Ia berbisik di telingaku. "Karena itu aku ingin menjadi kepala keluargamu, sayang. Aku akan membantumu terbebas dari semua beban berat yang kau miliki."
"Terima kasih, Jack."
Hanya ucapan itulah yang bisa keluar dari mulutku.
"Hanya terima kasih, sayang? Kau bahkan tidak pernah memberikanku kecupan mesra," cibir Jack.
Astaga, aku masuk ke dalam kandang singa.
Jack mengelus-elus wajahku, aku mencoba menjauh darinya. Tapi ia mencekal pergelangan tanganku. Membuatku merintih kesakitan.
"Hentikan, Jack! Kumohon."
"Tidak, Amanda. Kini kau sudah menjadi milikku."
Jace, tolonglah aku. Tanpa kusadari aku malah teringat dengan Jace.
Tok.
Tok.
Tok.
Jack mengerutkan keningnya dan menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak berniat untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
Short Story[COMPLETED] Konon beberapa cerita pernah mengatakan bahwa hidup bagaikan sebuah putaran film yang usang. Tapi, terkadang banyak hal yang terlewatkan seiring dengan berjalannya Sang Waktu. Meskipun sulit, ada kalanya semua diizinkan untuk kembali mel...