AKU sudah memasuki area airport. Tanpa memperdulikan Dawson yang sedang memarkirkan mobilnya, aku langsung melompat turun dari mobil dan berlari ke bangunan terminal.
Aku harus memeluk tubuhku ketika berlari karena angin sedang bertiup kencang, mengingat musim dingin telah tiba. Aku merutuk dalam hati, bagaimana bisa aku sampai lupa memakai topi, jaket, ataupun sarung tangan?
Setelah masuk ke dalam bangunan terminal, barulah tubuhku terasa hangat. Aku segera berlari ke meja check-in. Kupotong beberapa orang yang sedang mengantre dan berbicara dengan ground crew yang bernama Lisa.
Aksen berbicaranya terdengar sangat british. Rambutnya berwarna kuning jagung dan matanya berwarna hijau.
"Excuse me, Lisa," sapaku sopan. Namun semua orang kini menatapku dengan penasaran, wajahku dibasahi oleh air mata. Mereka akhirnya mengurungkan niatnya untuk mencaci-makiku karena melihatku yang seperti kesetanan.
"May I help you, Miss?"
"Bisakah kau menolongku untuk menghubungi penumpangmu yang mempunyai destinasi ke California?"
Melihat wajah sedihku, Lisa pun segera menolongku. "Tentu saja..."
Aku hanya bisa menunggunya selesai dengan pembicaraannya melalui walkie-talkie. "Semua penumpang yang akan segera berangkat ke California sedang berada dalam ruang tunggu. Kami bisa memberikan Anda akses untuk masuk ke sana."
"Thank you so much, Lisa." Hanya kalimat itulah yang bisa terucap dari mulutku ketika aku sadar bahwa aku masih bisa bertemu dengan Jace.
Aku diantar oleh seorang security untuk masuk ke dalam ruang tunggu, kuedarkan pandanganku ke sekeliling, sambil mencari-cari Jace dengan sweater Armani-nya.
Mataku tertuju pada seorang pria yang sedang sibuk dengan ponselnya sambil sesekali mengangguk pasrah. Jace! Ia di sana!
Aku bahkan harus menutup mulutku ketika aku merasakan perasaan hangat mulai menjalar ke dalam tubuhku. Air mata kembali membasahi pipiku, semua orang yang sedang berada di ruang tunggu lagi-lagi menatapku dengan tatapan penasaran dan kasihan.
Semua orang yang berada di ruang tunggu kini melihatku, semuanya. Begitu juga dengan Jack yang wajahnya dihiasi dengan senyum takjub dan Steffy dengan wajah bingung. Tapi berbeda dengan Jace yang tidak menghiraukan sekeliling seakan-akan ponselnya adalah hal paling berharga di dunia bila kemungkinan besok akan kiamat.
Jack berbisik di telinga Jace. Tiba-tiba Jace langsung bangkit berdiri, cukup jauh dariku meskipun wajah gantengnya dengan hidung, kening, mata, dan garis-garis rahang yang sempurna tetap bisa terlihat. Sebelah bibirnya terangkat dan senyuman takjub terhias di bibirnya.
Kini, tubuh jangkungnya berhadapan denganku. Aku harus menahan napasku ketika kurasakan wangi tubuhnya yang maskulin menyeruak ke dalam hidungku.
"Jadi, kau memilih aku?"
Aku mengangkat sebelah alisku, mataku tertuju padanya. "Aku tidak sedang memilih. Aku hanya mencarimu."
Jace tertawa. "Kini akhirnya kau tahu siapa aku yang sebenarnya. Aku-"
"Aku kurang mengenal dirimu," potongku.
Jace menyerngit. "Kita bisa berkenalan. Namaku Jace Walter, aku adalah seorang CEO dari Walter Enterprises Holdings. Usiaku 22 tahun. Aku menyukai musik, otomotif, perjalanan bisnis. Aku tidak menyukai eggplant, aku menyukai pizza juga latte. Aku ahli dalam olahraga." Ia menarik napasnya sejenak. "Kini kau mengenalku..."
"Bukan itu maksudku!" seruku.
"Jadi, apa?"
"Aku mengenalmu sebagai Jace yang pernah menjadi pengawalku, bukan Jace yang sekarang. Kau kini terkesan sombong, berbeda dengan Jace yang dulu."
"Apa yang kau tahu soal Jace yang dulu, Amanda?"
"Dia bertingkah seperti anak-anak dan itu menggemaskan meskipun aku suka berpura-pura jijik melihat tingkahnya. Dia meninju Chris di depan rumahku hingga hidungnya hampir patah, dia merawatku ketika kakiku terluka, dia menemaniku ketika aku pergi ke Indonesia, dia selalu berada di sampingku. Dia benar-benar sempurna untukku."
Aku tersenyum, ketika akhirnya aku bisa mengucapkan semua kalimat itu. Kini aku sudah tahu siapa yang aku cintai, bukanlah seorang Chris yang suka datang dan pergi seenaknya seakan-akan dia hanya pemain figuran. Aku membutuhkan Jace, seorang tokoh utama yang selalu berada di sampingku.
Jace berdeham. "Maafkan aku. Aku sudah lupa bagaimana caranya bertobat."
"Bertobat? Memangnya kau adalah seorang penjahat?"
Jace tertawa dan langsung memelukku erat-erat. "Mari kita selesaikan semua ini."
Aku mengangkat wajahku, menatap bola matanya yang indah, ketika aku sadar ia melepaskan pelukannya dan menuntunku untuk berjalan di sampingnya.
Ia sempat menjerit ke arah Jack dan Steffy sambil berkata, "Aku akan segera kembali setelah aku menyelesaikan semua ini."
Kini, aku berada dalam tuntunan tangan hangatnya. Ke mana ia akan membawaku? "Jace... Ke mana kita akan pergi?"
"Kau akan tahu..."
Kuikuti langkah Jace hingga ke pelataran parkir, ia membuka pintu dan mempersilahkanku masuk. Kusadari ternyata Dawson masih menungguku. Jace masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingku.
"Thames River."
Dawson hanya mengangguk dan menghidupkan mesin mobil. Thames River? Apa yang akan Jace lakukan setelah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
Historia Corta[COMPLETED] Konon beberapa cerita pernah mengatakan bahwa hidup bagaikan sebuah putaran film yang usang. Tapi, terkadang banyak hal yang terlewatkan seiring dengan berjalannya Sang Waktu. Meskipun sulit, ada kalanya semua diizinkan untuk kembali mel...