"AMANDA. Kau sudah sadar?"
Aku mendengar suara yang sangat tidak asing di telingaku. Seseorang memanggil namaku. Aku sangat mengenali suara berat dan hangat ini.
Jace.
"Jace?" tanyaku sembari mencoba membuka mataku perlahan.
Aku melihat kepalanya dibaringkan di tepi kasurku dan ia sedang menggenggam tanganku erat-erat, genggaman yang sangat posesif.
"Ini aku, Jace," ucapnya yang kini memandang kedua mataku.
"Aku tahu itu, Jace. Ini di mana?" tanyaku seraya mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Aku tidak mengenali tempat ini. Kamar ini terasa begitu asing. Dengan warna abu-abu yang mendominasi.
"Rumahku."
"Kenapa aku bisa berada di sini?" tanyaku penasaran.
Aku mencoba untuk mengingat kejadian sebelum aku pingsan. Chris datang secara tiba-tiba, aneh sekali. Kenapa mereka suka datang secara tiba-tiba? Mereka datang dan pergi seenaknya.
Aku mencoba untuk memutar ingatanku, bagaikan kilas balik. Bukankah itu tidak mungkin? Aku akan segera bertanya pada Jace setelah ia menjawab mengapa aku bisa berada di rumahnya.
Jace berdeham dan mulai bercerita. "Dua hari yang lalu."
"Maksudmu?" tanyaku bingung. Kemana sebenarnya arah pembicaraan Jace?
"Kau pingsan sejak dua hari yang lalu."
Aku menganga. "Bagaimana bisa?!"
Jace menghela napasnya, "Chris menyuntikmu dengan obat tidur yang mempunyai dosis tinggi. Entah apa maksudnya dengan menyuntikmu. Pria itu gila."
Aku melebarkan mataku, tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. "Untuk apa dia menyuntikku?"
"Aku tidak tahu, Amanda," ucap Jace hangat, ada sesuatu yang berbeda darinya.
Setiap kali aku menyebut nama Chris, Jace langsung terlihat tidak nyaman. Aku yang mulai mengerti jalan pemikiran Jace pun segera mengubah topik.
"Jace. Selama seminggu ini. Mengapa kau menghilang begitu saja?" tanyaku meminta penjelasan.
"Sebenarnya... Aku pergi ke suatu tempat."
"Di mana tempat itu?"
"Kau tidak ingin mengetahuinya, aku bertaruh."
Aku terdiam. Heran. Kenapa aku tidak ingin mengetahui tempat yang Jace kunjungi? Tapi terserahlah.
"Jace..."
"Ada apa, Amanda?" tanya Jace menggenggam erat tanganku seakan takut kelihanganku.
"Sebenarnya apa hubungan Jack dengan Chris?" tanyaku yang membuat Jace mengerutkan keningnya.
Jace berdeham. "Ceritanya panjang."
"Aku sama sekali tidak keberatan untuk mendengar sebuah kisah yang panjang meski pun harus mengalahkan panjangnya ketujuh seri novel Harry Potter karya J.K.Rowling," cibirku.
Jace tertawa mendengar cibiranku dan mencubit pipiku yang tidak berdaging. Kurasa aku harus menaikkan berat badanku, aku bahkan bagaikan seorang anak yang tidak pernah diberi makanan empat sehat lima sempurna.
"Hei, kau mengikuti ucapanku," ucap Jace di sela-sela tawanya.
"Aku senang kau kembali seperti dulu," gumamku.
Jace berhenti tertawa dan menatapku dengan wajah bingungnya. "Maaf, apa yang baru saja kau katakan? Aku tidak mendengarnya."
Aku duduk di sandaran kasur dan menggerutu sebal. "Kau sengaja? Tidak ada siaran ulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
Nouvelles[COMPLETED] Konon beberapa cerita pernah mengatakan bahwa hidup bagaikan sebuah putaran film yang usang. Tapi, terkadang banyak hal yang terlewatkan seiring dengan berjalannya Sang Waktu. Meskipun sulit, ada kalanya semua diizinkan untuk kembali mel...