Part 4

14K 781 8
                                    

Saras tidak punya niat sedikitpun untuk merusak hubungan Rio dan Wenda. Ia hanya ingin membuat Rio diam dan tidak mengejeknya lagi. Setelah menghabiskan makanannya Saras berlalu meninggalkan kantin. Ia ingin menenangkan pikirannya. Apalagi saat ini Saras sedang emosi.

Saras pergi ke ruang kerja. Gelap.
Menjelaskan gimana keadaan ruang kerjanya. Saras tidak takut, ia berjalan menuju tempat kerjanya duduk di lantai dan memasang earphone di telinga. Salah satu cara Saras menenangkan pikiran. Saras bersandar menutup mata. Saras tidak tau kalau dirinya sedang di perhatikan

"Apa yang kau lakukan?" tanya seseorang yang sudah berdiri di depan Saras

Saras tersentak membuka mata dan melepas earphone "Aku hanya duduk. Apa tidak boleh?" jawab Saras

"Kau tau peraturan kalau karyawan tidak boleh berada di dalam ruang kerja saat jam istirahat?"

Saras membelalakan mata. Ia tau persis peraturannya tapi selama ini tidak ada yang tau. Baru laki-laki ini yang memergokinya

"Biarkan aku disini sebentar. Aku hanya ingin menenangkan pikiran. Aku tidak berniat mencuri apapun" Saras kembali memasang earphone kembali

Lelaki itu duduk di hadapan Saras. Saras menaikan sebelah alisnya dan menjauh

"Kau takut aku berbuat macam-macam?"

Saras mengangguk

"Aku tidak seperti itu. Kau tidak mau berkenalan denganku? Aku ini atasanmu. Dan hanya kau yang tidak tau namaku" pintanya

"Bukannya kau sudah tau namaku?" Saras memadang lelaki itu. Tampan.

"Alina Saraswati?" tanyanya

Saras mengangguk "Kau cukup memanggilku Saras"

Lelaki itu menyodorkan sebelah tangannya di depan Saras

"Aku Niel Alexander. Panggil aku El"

Saras menyambut tangan El. Saras tersenyum. Senyum yang jarang Saras tampilkan di depan umum. El termasuk lelaki yang beruntung bisa melihat senyum Saras

'Senyum yang manis' batin El

"Kau sudah menyelesaikan hukumanmu?"

Saras menggeleng "Nanti aku lanjutkan setelah istirahat. Aku lelah"

"Tidak perlu kau lanjutkan. Sudah cukup aku memberi hukuman untukmu. Jangan terlambat lagi" ucap El

Mata Saras berbinar "Benarkah?"

El mengangguk. Saras yang terlalu bahagia tidak sadar bahwa tangannya menggenggam tangan El. Jantung El berdetak kencang

'Siaaal. Jangan sampai Saras mendengar detak jantungku'

"Terima kasih El. Walaupun awalnya kau menyebalkan ternyata kau baik" Saras belum menyadari keberadaan tangannya

"Aku masih punya hati. Aku tidak mau karyawanku masuk rumah sakit karna kelelahan"

Saras masih menampilkan senyum bahagia. Saras yang tersadar akan keberadaan tangannya. Menarik tangannya dari tangan El

"Maaf El aku hanya terlalu senang"

"Tidak masalah" balas El tenang

Saras menundukan kepala. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Baru kali ini ia merasa jantungnya seakan memberontak keluar dari dirinya. El berdiri dari duduknya. Mata Saras masih mengikuti semua gerakan El

FUTURE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang