Part 19

12.1K 608 1
                                    

Saras mendekat kearah El, mata Saras terus menatap El yang tersenyum. Saat jarak mereka menipis Saras mengulurkan kedua tangannya untuk menyentuh pipi El. Tangan Saras menyentuh pipi El yang terasa dingin, hatinya bergemuruh hebat. Tidak terasa airmata Saras jatuh di kedua pipinya. Ia tidak menyangka bahwa El ada di hadapannya kini

"Aku merindukanmu" El mengucapkan dua kata yang mampu membuat airmata kebahagiaan Saras mengalir lebih deras

Saras tidak mampu berkata apa-apa. Dengan senyum tipis Saras menubruk El dengan pelukan, El membalas pelukan Saras dengan erat, menyalurkan seluruh rasa rindu yang menyiksa dirinya. Entah berapa lama Saras dan El berpelukan, Saras mengurai pelukannya. Tangan Saras masih berada di pinggang El. Mata Saras terus menatap El tidak berpaling sedetikpun. El tersenyum dan mengecup dahi Saras, Saras memejamkan mata menikmati kebersamaan nya bersama El

"Aku mencintaimu" ucap El setelah mengecup dahi Saras

"Aku juga" balas Saras singkat

"Juga apa?"

"Juga mencintaimu" jawab Saras menundukan kepalanya karena merasa malu dengan ucapannya

Saras menyandarkan kepalanya di pundak kanan El, kedua tangan Saras masih setia memeluk El. Sedangkan tangan kanan El mengusap lembut kepala Saras

"Sudah cukup peluk-pelukannya, bikinin aku kopi sana" Revan masuk dan langsung menyuruh Saras

"Males. Bikin sendiri sana. Orang lagi kangen-kangenan malah di ganggu" Saras menjawab dengan lantang. Sedangkan El hanya terkekeh dan masih mengelus rambut Saras yang menjuntai indah

Revan duduk di depan pasangan kekasih yang terpisah beberapa minggu tersebut

"Lebih baik tadi aku tidak mengajak El kesini. Biar kamu nangis terus" Saras menatap tajam Revan

"Berisik. Sana pergi, disini juga jadi pengganggu doang" usir Saras

"Ogah. Kalau aku tinggal kalian malah keenakan" Revan malah tiduran di sofa

El merasa lucu dengan perdebatan kakak dan adik di depannya. Nenek Nia datang membawa nampan. El bisa lihat 2 gelas berada diatas nampan itu

"Minum teh nya nak" ucap Nenek Nia pada El

El mengangguk "Terima kasih nek"

El sejujurnya sangat haus, perjalanan dari Jakarta ke Bogor cukup jauh dan tenggorokannya terasa kering. Tapi melihat Saras yang masih memeluk erat dirinya membuat El harus menahan hausnya lebih lama

"Kamu minggir, Ras, itu kasihan pacar kamu mau minum" ucap Nenek Nia dengan lembut

"Nggak mau nek, Saras masih mau peluk El" Saras membenamkan wajahnya di dada El

Nenek Nia mendekati Saras dan menjewer telinga kanan Saras. Mau tidak mau, Saras terpaksa melepaskan kedua tangannya dari pinggang El

"Sakit nek, jahat banget sama aku" Saras memasang muka sedih

Nenek Nia melepaskan jewerannya "Lagian kamu susah banget di bilangin"

Saras memasang muka sebal ke Neneknya, sedangkan El malah tersenyum melihat kelakuan ajaib Saras

"Kamu kenapa senyum-senyum?" El tersentak kaget mendengar suara Saras yang berada di sampingnya

"Tidak apa-apa, cuma lucu liat kamu" balas El cepat

"Emangnya aku badut" Saras menyandarkan punggungnya ke sofa. El meminum tehnya, sebelum meminum El sempat menawari Nenek Nia yang duduk di sebelah Saras

"Nenek mau ke belakang dulu, kalau butuh apa-apa bilang sama Saras saja ya nak" Nenek Nia berdiri dari duduknya

El mengangguk sopan "Iya nek. Terima kasih tehnya"

FUTURE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang