Part 14

9.9K 595 3
                                    

El menyendiri di balkon apartementnya, El merasa bersalah dengan Saras. Ia tidak bermaksud membohongi Saras, El akan menceritakan tentang identitas aslinya suatu hari nanti bukan saat ini. Tapi ternyata Saras mengetahuinya lebih dulu. El yakin Saras kecewa dengan dirinya

Ponsel El berdering. El mengeluarkan ponselnya dari dalam jaket yang di kenakan

1 New Message

From : Maria
Cepat datang ke Rs.Harmia. Saras kecelakaan.

Tubuh El membeku membaca pesan yang baru di terimanya. Baru beberapa jam ia bertemu dengan Saras, baru beberapa jam ia melihat Saras menangis karna kebodohannya. Dan sekarang ia mendapat kabar bahwa Saras kecelakaan. El berlari menuju parkiran, dengan kencang El melajukan mobilnya. Yang ada di pikirannya bagaimana keadaan Saras. El tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi apa-apa dengan Saras.

Tidak lama El sampai di Rumah Sakit yang di sebutkan Maria. El menghampiri meja resepsionis. Belum sempat El bertanya, ia melihat Maria masuk dengan wajah pucat

"Maria" panggil El

Maria yang merasa di panggil menoleh melihat El yang berlari menghampiri dirinya

"Dimana ruangan Saras?" tanya El tidak sabar

"Ikut aku" jawab Maria cepat

El mengikuti Maria yang berjalan di depannya. Tak henti-hentinya El berdoa untuk keadaan Saras. Maria berhenti, membuat El juga menghentikan langkahnya

"Saras di dalam" ucap Maria sedih

El mendongak menatap ruangan di hadapannya

Ruang ICU

Pikiran El tiba-tiba kosong. El berjalan mendekati kaca yang tidak tertutup tirai. Disana perempuan yang dicintainya berbaring dengan alat yang menempel di seluruh tubuhnya. Tubuh El bagai tusuk ratusan belati, melihat Saras tidak berdaya di dalam sana. Hatinya teramat sakit melihat keadaan Saras. Setetes airmata jatuh dari pelupuk mata El. El tidak sanggup kehilangan Saras. Tidak akan pernah sanggup !

"Kenapa kau menyembunyikan nya? Kau takut Saras menguras habis hartamu?!" Maria menatap tajam El

El mendongak matanya terlihat memerah "Tidak. Aku bahkan tidak punya pikiran seperti itu"

"Lalu kenapa kau menyembunyikan identitas asli mu?"

"Aku hanya nyaman seperti ini. Aku memang berniat menceritakan nya dengan Saras suatu hari nanti. Tapi aku tidak menyangka kalau Saras tau lebih dulu tentang ini. Apa kau tau, siapa yang memberi informasi itu kepada Saras?" tanya El

Maria menggeleng "Bahkan aku belum sempat bertemu dengan Saras. Aku menunggunya di kafe untuk mendengar keseluruhan ceritanya, tapi ia tidak datang. Sampai akhirnya aku dapat kabar bahwa Saras kecelakaan"

Tiba-tiba pintu ruangan Saras terbuka. Revan terlihat kacau, matanya memerah, kemejanya berantakan bahkan dasi yang di pakainya sudah tidak berbentuk

"Bagaimana keadaan Saras?" tanya El cemas

Revan duduk di samping Maria. Wajah nya terus menunduk, semakin lama telapak tangan Revan basah. El baru menyadari bahwa Revan menangis

"Dia koma"

Dua kata yang membuat El merasa di sambar petir. Tubuh El merosot ke lantai. Ini semua karna dirinya, karna kebodohannya sendiri

"Aku ingin melihatnya. Bolehkah?" tanya El pada Revan yang masih menangis dalam diam

Revan hanya menjawab dengan anggukan

Tanpa membuang waktu. El masuk ruangan bernuansa putih itu dengan kaki yang bergetar. Dengan hati yang sesak melihat Saras terbaring dengan alat yang membantu kehidupannya sekarang

El duduk di samping ranjang Saras. El membawa tangan kiri Saras dalam genggaman nya. Mata El terpaku melihat wajah pucat Saras. Tanpa terasa airmata El jatuh

"Saras, bangunlah sayang. Maafkan aku. Jangan hukum aku seperti ini" ucap El lirih berharap Saras membuka matanya

El mengusap punggung tangan Saras yang basah karna airmatanya. Mencium tangan Saras yang berada di genggaman nya

"Aku tidak berniat membohongi mu sayang. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Maaf karna aku terlambat memberitahu kebenarannya. Tapi aku bersumpah, aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku mohon bukalah matamu"

Ruangan Saras tetap senyap. Tidak ada tanda-tanda bahwa Saras akan membuka matanya

"Kau tau. Bahkan aku sudah membeli cincin untuk melamarmu" El mengeluarkan kotak beludru berwarna merah. Cincin bertahta berlian yang terlihat indah berada di tangan El

"Bangunlah sayang. Aku mohon" suara isakan dari El terdengar pilu

El berdiri mencium kening Saras dan berjalan keluar dari ruangan serba putih itu

El duduk di samping Revan. Maria yang melihat keadaan dua lelaki di hadapan nya hanya diam. Dua lelaki yang sangat mencintai Saras. Maria meninggalkan kedua lelaki itu. Maria masuk kedalam ruangan Saras.

"Kau harus jelaskan semuanya ! Kau yang membuat adik ku terbaring di dalam sana ! Kenapa kau membohonginya. Kenapa !!!" Revan mencengkeram kerah kemeja El. Sedangkan El hanya diam tidak mampu menjawab pertanyaan Revan

"Apa kau bisu?! Jawab pertanyaan ku jangan hanya diam !" Revan berteriak frustasi

"Maafkan aku" bisik El

"Apa dengan kau meminta maaf, Saras bisa keluar dari ruangan terkutuk itu?!"

El diam. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Semua yang di katakan Revan benar. Permintaan maafnya tidak penting saat ini

"Menjauh dari hidup Saras"

Seperti di sambar petir ucapan Revan mampu membuat El membelalakan mata

"Tidak ! Kau tidak ada hak untuk meminta ku menjauh dari hidupnya"

"Tidak ada hak?! Aku kakaknya sedangkan kau hanya orang lain. Sudah cukup aku membiarkan Saras berdekatan dengan lelaki pembohong seperti mu !" Ucap Revan menatap tajam El

"Sekali tidak tetap tidak !" tegas El

"Baik kalau kau tidak mau. Aku yang akan menjauhkan kalian" Revan berlalu meninggalkan El

El menatap punggung Revan "Kemana pun kau membawa pergi Saras. Aku akan mencarinya sampai ujung dunia"





Bersambung..


Budayakan Vote dan Comment sebelum membaca part selanjutnya 👍

FUTURE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang