Part 12

10.8K 607 2
                                    

Setelah menjalani serangkaian cek karna ulah El. Saras duduk dengan wajah kesal. Keputusan El tidak bisa di ganggu gugat, dengan jurus mengancam El mengatur pertemuan Saras dengan dokter. El keterlaluan !

Saras membuang muka tidak mau melihat El yang berada di hadapannya dengan senyum mengembang

"Kau tidak perlu marah seperti itu. Ini juga untuk kebaikanmu"

Saras mendelik "Bukankah aku sudah bilang. Aku tidak mau ke rumah sakit. Kenapa kau memaksaku !"

"Kita memang tidak ke rumah sakit. Kita kan ke klinik"

"Itu sama saja, apa bedanya ! Sama-sama bertemu dengan dokter !" hardik Saras

El tertawa "Kalau dokternya tampan seperti aku. Kau pasti senang"

Saras menaikan sebelah alisnya "Bisakah kau tidak terlalu pede? Kepedean mu itu sudah melewati batas. Hati-hati gila"

El tertawa terbahak-bahak melihat acara ngambek Saras. Saras masih tidak mau memandang El. Dengan senyum yang mengukir di wajahnya El menghampiri Saras

"Kalau kau marah aku tidak akan menceritakan tentang Renita"

El yakin Saras akan tertarik dengan pembicaraan ini. Mari kita mulai menghitung

'Satu dua____'

Buuummm

Saras menoleh kearah El "Aku tidak marah lagi"

El tersenyum "Apa yang ingin kau ketahui?"

"Semuanya ! Tanpa terkecuali"

"Kau yakin?"

"Yakin"

"Baik, jangan memotong pembicaraan ku kalau kau tidak ingin aku berhenti bercerita. Mengerti?"

Saras mengangguk dengan antusias. El menyandarkan punggungnya bersiap untuk bercerita sedangkan Saras berdiri

"Kau mau kemana?" tanya El melihat Saras berdiri

"Mau ambil makanan. Takut kau lama bercerita. Sebentar ! " teriak Saras yang sudah lari menuju dapur El. Sedangkan El tertawa melihat tingkah Saras

Saras kembali dengan berbagai macam makanan dan minuman di tangannya

"Aku bukan mau mendongeng. Kenapa bawa makanan sebanyak ini"

"Bagaimana kalau aku bawa sedikit dan di tengah kau bercerita aku kelaperan? Kau mau tanggung jawab?"

El mengacak rambut Saras yang sudah di ikat kuda

"Cepat ceritakan El tidak usah merusak rambutku" Saras merapikan rambutnya

El menghela nafas "Saat itu umurku baru 24 tahun berbeda 3 tahun dengan Renita yang berumur 21 tahun. Aku menghormatinya sama seperti aku menghormati ibuku. Dia kekasih pertamaku. Dengan seiring berjalannya waktu kami berdua memutuskan untuk meresmikan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Kedua keluarga menerima dengan senang hati niat baik kami berdua. Selama setahun hubungan kami semakin renggang. Komunikasi yang biasanya setiap jam, hanya di lakukan sehari sekali itupun hanya hitungan menit. Aku sibuk dengan pekerjaan ku dan Renita sibuk dengan kuliahnya. Intensitas bertemu pun semakin jarang. Hingga suatu hari Renita memintaku untuk menemaninya di apartement. Hari itu aku sedang ada meeting di kantor, aku tidak bisa datang. Sahabatku Dion Armando tinggal di apartement yang sama dengan Renita. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku menyuruh Dion menemani Renita sampai aku selesai meeting. Aku terlalu sibuk di kantor sampai lupa untuk memperhatikan Renita. Aku tau kalau Renita dan Dion sering pergi bersama. Aku tidak menaruh curiga kepada Renita dan Dion. Aku selalu meyakinkan diriku kalau mereka hanya sebatas teman. Dan ternyata aku salah besar. Hingga pada puncaknya aku tau kalau Renita pergi ke jepang untuk menikah dengan Dion"

FUTURE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang