Bab IV || Don't Touch Me!

66.6K 1K 16
                                        

Sebelumnya aku minta maaf udah lama banget gak update dan sekalinya muncul cuma dikit dan gak sesuai harapan. Banyak banget tugas jadi gak sempet buat nulis dan juga banyak silent readernya jadi gak ada semangat buat nulis. Mungkin kalo masih sepi gini aku bakal STOP CERITA INI. So harap like, comment dan share juga jangan lupa buat follow aku juga. Akhir-akhir ini lagi melow jadi lebih sering nulis tentang yang sedih-sedih tapi kalo kebanyakan dari kalian mau cerita ini tetap lanjut harap muncul ya oke?

Aku bakal lanjut kalo likenya lebih dari 30 ya guys. Aku pastiin kalo rame bakal bikin yang lebih dari ini. Part selanjutnya 18+!

  ₪₪₪⓿₪₪₪  

"Bajingan!"

BUG!

Satu pukulan keras mengenai tulang hidung Rama yang membuat lelaki itu tersungkur di tanah. Meringis kecil lalu mendongak kepada sang pemilik bogem mentah yang berhasil mendarat di hidungnya itu. Darah segar mengalir dari hidung Rama yang kini tertawa keras, lalu menatap Bram dengan tajam. "Oh, jadi gue bajingan ya?" tanya Rama sengit. Kini ia berjalan mendekati Bram yang masih diam namun mata keduanya masih saling menatap penuh kebencian. "Kalau gue bajingan, gimana sama orang yang udah nidurin sahabatnya sendiri? Hah?!"

Bram terenyah. Ia sama sekali tidak dapat mengelak sedikitpun. Walau kejadian itu bukan sepenuhnya kesalahannya, namun tetap saja ia salah. "Gue tau lo pelaku semua ini, Ram," ucap Bram lirih. "tapi kenapa lo sebegitu bencinya sama gue? Gue salah apa? Hah!" 

Rama hanya diam sesaat. Matanya mendadak menjadi sayu namun masih terdapat kilat kebencian yang begitu mendalam kepada seseorang yang berada tepat didepannya ini. "Lo bakal tau, Bram," Rama membalikkan badannya berniat beranjak dari tempat itu. "lo bakal tau kesalahan lo, setelah lo liat apa yang bakal terjadi sama Shenna."

  ₪₪₪⓿₪₪₪  

Bram berjalan sepelan mungkin, berusaha agar tidak terdengar oleh Shenna yang kini sedang sibuk dengan ice creamnya. Bram sudah menguntit gadis kesayangannya itu sejak sepulang sekolah. Betapa leganya ketika ia tidak menemukan batang hidung Rama, si pria bajingan yang sudah menjebaknya disekitar lembaga bimbingan belajar mereka. Kemungkinan Rama akan bolos seperti biasanya, namun bisa jadi lelaki itu akan semakin rajin karena ingin dekat dengan Shenna. Sementara kini, Bram hanya mampu mengawasi gadis kesayangannya itu dari jauh.

Drrtt... Drrttt...

'Cepat pulang, keadaan Tiara memburuk!'

Bram membulatkan matanya seketika. Tanpa berpikir panjang lelaki itu segera berjalan menuju mobilnya dan bergegas menuju ke tempat sang pengirim pesan itu. Disaat yang bersamaan mobil putih itu datang dari arah yang berlawanan. Sang pemilik menurunkan kaca mobilnya begitu melihat obyek yang dicari-carinya sedang duduk menikmati ice cream sembari menunggu les tambahannya dimulai. Ya, obyek balas dendamnya.

"Berdiri!" ucap lelaki itu sembari melepas kaca mata hitamnya. Shenna yang tadinya sibuk dengan ice creamnya kini mengalihkan perhatiannya pada Rama. Sedetik kemudian gadis itu terkesiap yang membuat ice cream yang tadinya digenggamannya itu terjatuh. "Gue nyuruh lo berdiri, tolol! Bukan ngebuang ice cream lo!" ucap Rama dengan nada ditinggikan membuat gadis yang kini berada dihadapannya tak berani menatapnya.

"Ikut gue!"

  ₪₪₪⓿₪₪₪  

"Kamu kenapa bawa aku kesini, Ram?" tanya Shenna pelan. Gadis itu masih tak berani menatap mata Rama.

Rama tersenyum tipis walaupun tak terlihat oleh siapapun termasuk Shenna. Lelaki itu merenggangkan pegangannya pada Shenna lalu menggeser tubuh Shenna agar gadis itu tepat dihadapannya. Kini mata keduanya beradu. Yang Shenna tau saat ini, mata Rama seperti menggelap. Tanpa keluarnya sekatapun Rama menjauh dari Shenna dan mengunci pintu rumahnya.

Shenna tau, ini bukan pertanda baik untuknya. Seharusnya ia sadar lebih dulu jika Rama pasti akan melakukan hal yang tidak- tidak kepadanya. Namun terlambat sudah, kini ia sudah berhasil masuk ke perangkap Rama.

"Rama, aku mau ke kamar mandi," ucap Shenna sembari berjalan cepat mencari celah agar ia dapat kabur dari rumah besar yang entah milik siapa, ia tidak tahu. Gadis itu membuka pintu yang ia tidak ketahui untuk mencari jendela, namun belum sempat menemukannya, Rama menyeretnya masuk kedalam sebuah rungan yang gelap lalu mendorongnya hingga punggung gadis itu terbentur dinding dengan sangat keras. Shenna menahan tangisnya merasakan punggungnya begitu sakit.

Rama kini segera menyalakan lampu dan mengunci pintu agar Shenna tidak dapat kabur darinya, lalu berjalan mendekati gadis yang masih bersandar pada dinding sambil menahan tangis. "Lo gak perlu nangis," ucap Rama pelan, lelaki itu menganggkat dagu Shenna hingga mata gadis itu menatapnya. "lo udah dirusak sama sahabat lo sendiri, jadi bukan salah gue dong kalo gue juga mau nyoba tubuh lo ini."

Shenna menatap Rama penuh kebencian. Lelaki itu benar-benar gila dan tidak punya rasa kasihan. Sekejap gadis itu mendorong Rama hingga lelaki itu kini tersungkur dilantai dan langsung berlari menuju pintu. Rama segera menangkap kaki Shenna yang membuat gadis itu kini terjatuh.

PLAKK

"Goblok! Gue udah berusaha baik-baikkin lo tapi ternyata lo gak bisa dikasih hati ya!" bentak Rama. Lelaki itu segera menghempaskan Shenna ke kasur dengan kasar. Shenna berontak ketika Rama mulai merobek baju seragamnya. Hampir saja Rama kewalahan namun lelaki itu dapat menangkap kedua tangan Shenna dan mengunci pergerakan gadis itu. "gue suka kalo lo mau main kasar."

Rama mulai melucuti pakaian milik Shenna yang membuat gadis itu semakin berontak hingga Rama memukul pipi Shenna dengan keras.

PLAKK

Lalu semua menggelap.


  ₪₪₪⓿₪₪₪  

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang