Bab VIII || Don't Touch Me!

31.9K 605 16
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya! Biar semangat nulis nihh! Untuk  beberapa bab aku private, so follow dulu ya!! Bab 9 sudah update, buat yang mau baca follow duluu okee! Fyi bab 9 itu 18+.

₪₪₪⓿₪₪₪

Ujian Nasional akan berlangsung tiga hari lagi, dan itu artinya kelas dua belas sedang dalam masa tenang. Namun tidak berlaku bagi Shenna. Gadis itu merasa begitu tertekan dengan Rama, dengan semua permintaan Rama. Lelaki itu memang tidak menyuruhnya yang aneh-aneh, bahkan lelaki itu tidak pernah mencoba menyentuhnya lagi seperti dulu. Tetapi lelaki itu menyuruhnya untuk menginap di rumahnya setiap hari dan itu membuatnya harus memutar otak mencari alasan kepada neneknya.

"Iya, Nek, Shenna janji habis ujian selesai, Shenna bakal pulang," ucapnya sembari menempelkan benda pipih itu ditelinganya. "Iya, Nek, jaga kesehatannya, ya! Dah!"

Shenna menghela nafas kasar, entah sampai kapan ini akan berakhir. Yang jelas, ia harus mempersiapkan rencananya untuk kabur dari Rama setelah ujian selesai. Ia akan bertemu neneknya dan bersama-sama pindah ke Jogjakarta untuk tinggal di rumah tantenya sekaligus melanjutkan sekolahnya disana.

Tak lama pintu terbuka, Rama muncul dengan membawa nampan yang Shenna yakini adalah makan siangnya. Shenna terdiam berpura-pura sibuk dengan ponselnya seperti biasa, hingga Rama melangkah menjauh dan menguncinya dari luar. Namun tanpa disangka siapapun Rama terduduk disamping Shenna membuat gadis itu mendongak keheranan.
"Ganti baju lo, kita bakal pergi," ucap Rama tegas. Lelaki itu menatap mata Shenna seolah mengunci agar kedua bola mata itu tetap melihat matanya.

"Tapi kita mau kemana?"

Rama mengalihkan pandangannya. Lalu berdiri dan berjalan menuju pintu yang setengah terbuka itu. "Nurut aja kalau lo gak mau gue yang ganti paksa baju lo itu."

Wajah Shenna memucat, membuat Rama menghela nafas kasar. "Udah cepetan!"

 ₪₪₪⓿₪₪₪

Tubuh Shenna tidak bergerak sedikitpun meski Rama telah berkali-kali memanggilnya. Nyatanya gadis itu tetap menatap kosong ke depannya. "Gue janji gak lama, Shen," ucap Rama karena tak kunjung mendapatkan respon apapun dari gadis itu. Shenna menoleh ke arah Rama, gadis itu menelan ludahnya susah payah seakan ada sesuatu yang membuat gadis itu tak dapat bergerak sedikitpun meski hanya menelan ludahnya.

Shenna menggeleng pelan, lalu menunduk. Perlahan air matanya mulai turun membasahi dirndl skirt-nya. Rama yang samar-samar mendengar isak tangis Shenna langsung memeluk gadis itu. Sadar atau tidak sadar, namun nyatanya itulah hal yang menurut Rama paling benar. "Gak akan ada yang macem-macem sama lo, Shen, gue janji," Rama mengusap rambut Shenna berusaha membuat tangis gadis itu mereda. "asalkan lo tetep di samping gue, Shen, gue janji!"

Dan ketika Shenna akan melepaskan diri dari pelukan Rama, lelaki itu mencium puncak kepala Shenna yang sontak menimbul desiran dalam hatinya. Shenna mendongak menatap mata Rama pada kegelapan. Gadis itu mengerjap beberapa kali ketika Rama semakin mendekat ke wajahnya. Shenna tak bergerak sedikitpun, merasa lemas meskipun kini detak jantungnya kian tidak stabil. 

Tiga detik cukup membuat tubuh Shenna benar-benar lemas karena bibir Rama menyentuh bibirnya. Tidak, itu bukan hal biasa karena Rama selalu menciumnya dengan penuh tuntutan. 

Namun malam itu, ketika bibir keduanya hanya menempel dalam hitungan detik, Shenna semakin tidak mengerti dengan desiran dalam hatinya.

₪₪₪⓿₪₪₪  

Shenna tersenyum senang ketika jagung bakar pesanannya telah siap. Gadis itu membawa dua jagung bakar dengan kedua tangannya. Ia duduk disebelah Rama yang kini tengah menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskannya ketika melihat Shenna sudah kembali duduk disampingnya, "Antri tadi," gerutu Shenna. Gadis memberikan salah satu jagung ditangannya kepada Rama. Lalu terbatuk dan menutup hidungnya dengan menjepitkan jari ketika menyadari asap rokok milik Rama.

"Aku asma," ucap Shenna membuat Rama langsung mematikan rokoknya yang masih tersisa setengah. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya berusaha membuat asap itu menghilang. Rama yang memperhatikannya tingkah Shenna hanya tersenyum tipis sembari menggigit jagung bakar miliknya.

"Mau pindah aja?" Shenna menoleh menatap bingung Rama. "Takut masih ke ganggu sama asap rokoknya," ucap Rama santai tanpa melihat Shenna. 

Gadis itu tertawa lalu menggeleng. "Udah ilang kok," Shenna kini menggigit jagung bakarnya setelah meniup-niup jagung itu terlebih dahulu. "oh, ya, ada apa kita disini?" Gadis itu kini menoleh ke arah Rama yang kini menatap kosong pada langit gelap dihadapannya.

Rama tak menjawab membuat Shenna entah merasa kembali tidak nyaman. "Gue cuma pengen liburan," jawab Rama setelah menyadari Shenna mengubah posisi duduknya karena tidak nyaman. "gue mau liburan bareng lo."

Sesuatu dalam hati Shenna terasa mengalami ledakan yang membuat gadis itu terdiam cukup lama. "Itung-itung refreshing sebelum lo ujian." Rama mengambil sebotol air mineral yang sudah dibelinya lalu menegaknya beberapa kali. "gue tau, selama lo gue kurung, pasti belajarkan? Makannya gue siapin rak buku di kamar lo."

Shenne terbatuk seketika. Jadi Rama sudah nyiapin buat aku?

"Gue dulu bener-bener suka sama lo, Shen. Gue suka memperhatiin lo waktu diruang BK hari pertama lo dateng ke sekolah. Mungkin lo gak sadar, tapi yaudalah ya." Rama kembali menggigit jagung bakar lalu mengunyahnya hingga habis. "sampe akhirnya gue terang-terangan ngejar lo dan ternyata di tolak." Rama terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali melanjutkan perkataannya. "itu sama sekali bukan hal buruk walau kenyataannya, mungkin lo termasuk dalam 20% cewek disekolah yang akan menolak gue, tapi gue tidak merasa seburuk itu. "

Shenna tercengang. Entah untuk keberapa kalinya, dalam sehari ini Rama dapat membuat hatinya merasa terus-terusan dibuat berdegup kencang. "Rama, maaf," ucap gadis itu akhirnya setelah keheningan menyelimuti keduanya.

Rama menoleh, lalu tersenyum tipis dengan mata sayu yang entah mengapa dalam pengelihatan Shenna, jauh didalam mata itu terdapat luka-luka yang begitu menyakitkan. Rama mengambil tangan gadis itu lalu menggenggamnya. "Suatu saat kalau hal itu terjadi," Rama menahan ucapannya sembari menatap mata gadis disampingnya itu dalam-dalam. "lo harus percaya bahwa gue bener-bener gak punya jalan lain selain hal itu."

₪₪₪⓿₪₪₪    

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang