Bab VII || Don't Touch Me!

21.1K 403 4
                                        

Sorry banget ya udah gantungin lama-lama:( Yang penting sekarang udah update 3 chapter, yeay! Oh iya ini aku update 2 dulu yaa,  soalnya bagian 18+ enaknya dibaca malem-malem wkwk. Sooo, enjoy!

Oh iya ada kabar gembira nih, aku ada cerita baru dan aku udah bikin trailernya lhoo! Masih abal-abal sih trailernya, ya maapkan masih newbie nih. Tonton yaa kasih like jugaa kalo bisa. Oke-oke!

Santai aja cerita barunya buat ntar kok, bakalan fokus sama ini dulu. Aku tau rasanya digantungin itu gak enak:(

₪₪₪⓿₪₪₪

Shenna berjalan menuju perpustakaan dengan langkah cukup cepat. Ia tidak ingin bertemu dan berurusan lagi dengan Rama ataupun Bram. Karena sejak kejadian itu, baik Rama maupun Bram telah hilang bak ditelan bumi. Dan itu adalah keberuntungan baginya.

"Shenna!"

Shenna menghentikan langkahnya sesaat. Ia mengenali suara itu dan saat tersadar ia langsung mempercepat langkahnya. Namun tidak lama sebuah tangan meraihnya hingga gadis itu kini terseret. Shenna meringis merasakan sakit di pergelangan tangannya. Bukan Rama namanya jika lelaki itu tidak menyakiti Shenna. "Ram, lepasin," titah Shenna kesakitan.

Rama menghentikan langkahnya pada sisi gedung yang sudah tidak terpakai lagi. Lelaki itu melepas cengkraman dan langsung mendorong Shenna pada dinding membuat gadis itu meringis kesakitan. "Kamu mau ap--"

Belum sempat Shenna melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba Rama menciumnya dengan membabi buta. Gadis itu menahan nafas. Dadanya terasa begitu sesak seperti terhimpit sesuatu. Air matanya melesak keluar tanpa bisa dicegah.

Sementara Rama kini terlihat begitu kacau. Benar-benar kacau hingga lelaki itu melampiaskan pada Shenna yang sudah seminggu ini hanya dapat ia pantau dari jauh. Ciuman yang tadinya membabi buta, perlahan berubah menjadi ciuman yang begitu lembut. Shenna memejamkan matanya sesaat, yang entah sejak kapan menikmati ciuman lelaki yang sebenarnya telah menghancurkan hidupnya itu.

Ketika ciuman itu dilepas, keduanya mengatur nafasnya masing-masing. Rama menempelkan dahinya pada dahi Shenna. Rama menunduk sementara Shenna sedikit mendongak dengan mata yang terbuka memperhatikan wajah Rama yang sangat dekat dengannya. Lelaki itu tampak sangat lelah, terbukti oleh kantung mata yang mulai terlihat menghitam dan juga rambut yang acak-acakkan. Gadis itu tak berniat bertanya apa yang sudah terjadi pada Rama. Namun di hatinya yang paling dalam ia sendiri merasa begitu penasaran. Dan disaat Shenna sibuk dengan pikirannya sendiri, Rama melangkah mundur memberi jarak diantara keduanya.

Keheningan menyelimuti keduanya, hingga Rama bersuara pertama kali sejak kejadian itu. "Ayo, pulang!"

₪₪₪⓿₪₪₪

Didalam mobil, pikiran Shenna penuh dengan pertanyaan mengenai Rama. Apa yang terjadi pada lelaki itu selama seminggu ini? Kenapa lelaki itu terlihat begitu lelah? Kenapa ia menghilang selama seminggu ini? Dan yang terpenting, akan dibawa kemana ia sekarang?

Belum sempat semua pertanyaan itu terjawab, Rama menghentikan mobilnya ditempat yang entah dimana ini Shenna tak tau. Tempat itu terlihat seperti taman kecil namun sudah tidak terawat. Meski begitu tempat itu masih terasa asri. Shenna memperhatikan sekelilingnya. Dalam otaknya ia masih bingung mengapa di Jakarta masih ada tempat seperti ini. Dan ketika Shenna masih sibuk dengan pikirannya, Rama menggenggam tangan gadis cukup erat. Bukan untuk menyakiti, namun terasa seperti menyalurkan beban Rama agar gadis itu ikut merasakannya dan mengerti. Ketika Shenna menoleh menatap sang pemilik tangan yang sedang menggenggamnya, Rama menyandarkan kepalanya dengan mata tertutup dan nafas yang begitu berat. Shenna ingin mengetahui apa yang terjadi namun ia rasa tidak cukup pantas. Selama Rama tidak melakukan hal yang aneh-aneh terhadap dirinya ia akan berusaha menerima apa yang lelaki itu lakukan.

"Tiara... Tiara udah nggak ada..." lirih Rama cukup pelan namun cukup jelas terdengar oleh Shenna. 

Siapa Tiara? batinnya. Gadis itu tetap diam, berharap Rama akan melanjutkan ucapannya. Selang beberapa menit Rama tetap terdiam, matanya kini menerawang taman didepannya itu dengan pandangan kosong. Dan satu hal yang membuat Shenna begitu terkejut yaitu saat satu tetes air mata jatuh dipipi Rama. Dan disaat itu juga Shenna merasakan ada sesuatu dalam hatinya yang terasa tercubit. Begitu kecil hingga Shenna sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan.

Tanpa sadar Shenna mempererat genggaman tangan Rama seakan menguatkan dan didetik berikutnya Rama menunduk sembari memejamkan matanya rapat-rapat lalu membuang nafasnya dengan kasar seolah berusaha melepas beban yang ada dipikirannya. Dan setelahnya Rama melepas genggamannya pada Shenna, memegang stirnya kuat-kuat sembari menyalakan mesin, melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Satu kata yang terdengar oleh telinga Shenna ditengah kepanikkannya. "Maaf."

₪₪₪⓿₪₪₪

Suasana rumah itu terlihat ramai. Terdengar beberapa isak tangis yang begitu memilukan didalamnya. Beberapa orang berjalan memasuki rumah itu dengan pakaian serba hitam. Di dalamnya, seorang wanita kisaran berumur empat puluh lima tahun kini berteriak histeris dengan beberapa orang lain disekitarnya yang berusaha menahan dan menenangkannya.

"JANGAN TINGGALIN MAMA, NAK! KAMU PASTI MASIH KUATKAN? AYO BANGUN, TIARA! AYO!"

"Sudah, Ma. Biarkan Tiara tenang disana, dia pasti sudah bahagia disana," ucap seorang lelaki yang sedari tadi berada disamping wanita itu sembari memeluknya. Umurnya terlihat beberapa tahun lebih tua dibanding wanita yang sedang dipelukannya itu. Wajah tampak lebih tenang dari wanita itu namun rasa kehilangan yang ia rasakan sama besarnya dengan wanita itu.

"ENGGAK PA! INI SEMUA GARA-GARA ANAK SIALAN ITU! DIA YANG BIKIN TIARA SENGSARA PA!"

Diluar sana Rama sedang memperhatikan rumah itu dari kejauhan dengan tenang. Berbeda dengan hatinya yang kini semakin diselimuti dendam dan amarah yang makin lama semakin memuncak. Sementara itu disampingnya, Shenna terlihat begitu pucat. Keduanya nyaris mati karena tingkah Rama yang tidak terduga. Ia kira Rama sudah berubah menjadi sedikit lebih baik, namun nyata tetap saja tidak.

Gadis itu bahkan tidak dapat berpikir rumah siapa disebrang sana dan mengapa Rama kini tampak begitu tenang. Shenna masih begitu shock dengan apa yang sudah ia lewati tadi dijalan. Hingga ia melihat sesosok yang ia kenal berada dalam halaman rumah itu. Memang tidak terlalu jelas tapi Shenna begitu yakin bahwa orang itu adalah Bram.

₪₪₪⓿₪₪₪

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang