Bab X || Don't Touch Me!

21.1K 407 19
                                    

Author sangat amat butuh bantuan kalian, guys! Please DM aku buat yang minat bantuin. Gak susah kok, seriusan. Kalau ada yang mau bantuin, next week aku update lagi.

Bab ini buat ucapan terima kasih karena masih mau nungguin, walau udah digantungin berabad-abad:( 

Selamat berbaper-ria! Enjoy!

₪₪₪⓿₪₪₪  

Shenna memutar keran wastafel ketika mual itu datang lagi, lalu memuntah isi perutnya yang sebenarnya sudah kosong. Hari pertama Ujian Nasional diadakan, sudah berakhir. Beberapa siswa sudah berhamburan untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun tidak dengan Shenna yang sejak bel berbunyi, sudah bergegas kembali ke kamar mandi.

Wajah gadis itu terlihat begitu pucat dengan beberapa helaian rambut yang basah. Baik karena peluh ataupun air yang ia basuhkan ke wajah. Gadis itu memang tidak sarapan tadi pagi. Bukan karena ia terlambat, namun perutnya sudah mual sejak tadi malam, membuatnya tidak nafsu untuk makan.

Ponselnya berdering, menampilkan nama 'Rama' yang sejak tadi sengaja diabaikan. Ia tidak mungkin bertemu Rama dengan keadaannya seperti ini. Karena jika Rama tau dirinya ini sedang tidak baik-baik saja, lelaki itu pasti akan lebih memperhatikannya dan itu akan membuat rencana kaburnya menjadi berantakan. Ia sudah mempersiapkan segala keperluannya kemarin, dibantu oleh tantenya yang berada di Jogja. Tentu saja ia tidak memberi tahu bahwa selama ini ia tidak pulang ke rumah neneknya.

Gadis itu menghela nafas panjang, melihat pantulan dirinya yang begitu mengenaskan. Ia menggigit bibirnya agar tidak terlalu pucat, lalu bergegas keluar kamar mandi.

"Shen!"

Shenna membeku, melihat Bram yang sudah berada diluar toilet wanita. Entah sejak kapan, ia tidak tau, yang pasti kini ia tidak dapat kabur lagi. 

"B-bram ad-"

Bram memeluknya cukup kencang membuat Shenna semakin tidak dapat bergerak. Gadis itu merasa tidak memiliki tenaga apapun dalam dirinya. "Kamu gapapakan?"

Shenna menggeleng lemas, bersusah payah melepas pelukan Bram. "Aku harus pergi, Bram," suara gadis itu melemah. "Rama nungguin aku."

Tepat pada saat itu, hati Bram hancur berkeping-keping. Mungkin benar rumor mengatakan Rama dan Shenna berpacaran. Mungkin juga tidak, namun ironisnya, apapun itu, Shenna tidak akan bisa kembali pada dirinya seperti dulu lagi.

Shenna mengambil tasnya yang berada di sisi wastafel, berjalan meninggalkan Bram yang masih berada di tempatnya. Pening, pengelihatan Shenna seolah kabur ketika ia menyusuri lorong kelas dua belas yang mulai menggelap. Hingga pada pada akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri.

"Shenna!"

₪₪₪⓿₪₪₪  

Tadi, ketika Rama mendengar teriakan seseorang menyebut nama Shenna, ia langsung berlari menuju asal suara. Dadanya bergemuruh, antara marah dan cemas. Terlebih ketika melihat sosok Bram disana. Tanpa ragu, Rama meninju lelaki itu sekali. Dan segera membawa Shenna pergi dari sana.

Rama menggenggam erat tangan Shenna, matanya melihat wajah Shenna yang begitu pucat. Dalam hatinya, Rama berdoa agar gadisnya itu cepat sadar. Tadinya ia ingin membawa Shenna ke rumah sakit, namun jarak sekolah dengan rumah sakit terlalu jauh. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa Shenna ke rumahnya dan menelpon dokter pribadinya. Yang sialnya, hingga detik ini telpon itu tidak dapat tersambung entah kenapa.

"Shen, please, bangun," tangan Rama mengelus pipi Shenna pelan, berharap hal itu dapat membangunkan Shenna. Hati Rama begitu gelisah melihat keadaan Shenna yang kini benar-benar memprihatinkan.

Sepulangnya tadi, ia baru tau bahwa Shenna tidak menyantap sarapan yang sudah ia buatkan. Hal itu terbukti ketika ia melihat sepiring bubur ayam yang masih utuh diatas meja makan. Rama tak habis pikir dengan kelakuan Shenna. Selama ini, meskipun Rama terkadang bersikap kasar, gadis itu tetap memakan makanannya. Dan itu membuat tanda tanya besar bagi Rama sekarang.

Shenna membuka matanya perlahan, membuat Rama bernapas lega. Rama membantu Shenna untuk duduk, lalu memberikan segelas air pada Shenna.

"Lo kenapa bisa kayak gini?" ucapan Rama membuat Shenna terkesiap. Rama pasti sudah tau apa yang terjadi. "Gue khawatir sama lo Shen." Rama memeluk Shenna cukup erat, seolah tidak ingin Shenna pergi.

Sementara itu Shenna masih termenung. Hatinya menghangat entah kenapa. Tanpa disadari ia tersenyum lemah.

Rama menyuapi Shenna semangkuk bubur ayam yang barusan ia pesan. Shenna hanya melahapnya tanpa bicara sedikitpun. Pikirannya berkecamuk. Entah apa yang barusan hatinya rasakan, rasanya begitu salah. Rama, lelaki yang berada didepannya ini membuat semua masalah dalam hidup Shenna semakin lengkap. Tetapi jauh didalam hatinya, Shenna merasa enggan untuk pergi.

"Jangan mikir terlalu berat. Kondisi lo masih belum pulih," ucap Rama setelah menyuapkan sesendok bubur terakhir pada Shenna. Gadis itu mengangguk pelan. "Dokter gue bakal dateng setengah jam lagi, lo bisa tidur dulu kalau mau."

Shenna mencekal tangan Rama, membuat lelaki itu sedikit terkejut. "Enggak, aku udah sehat kok. Gak perlu panggil dokter," Shenna menatap Rama penuh harap. Membuat lelaki yang tadinya ingin ke dapur untuk mengambil minum, kini duduk disamping ranjang Shenna.

"Kenapa gak mau?" Rama menatap Shenna lekat-lekat. Tangannya menyampirkan rambut Shenna yang berjatuhan karena menunduk. Sebelum Shenna sadar, tadi rasanya ia ingin sekali marah. Marah kepada siapa saja. Tapi kini, entah kenapa ia begitu lembut memperlakukan Shenna.

"A-aku takut," Shenna menelan ludahnya berusaha mengumpulkan keberanian. "T-takut suntik," Bohong.

Rama tersenyum, mengangkat dagu Shenna agar sejajar dengan wajahnya. "Nanti aku bilang ke dokternya, supaya kamu gak disuntik," ucap Rama lembut. Shenna menahan nafasnya ketika wajah Rama mendekat, lalu menggeleng keras.

"Gak usah panggil dokter, Ram," panggilan itu membuat jantung Rama berdetak tak karuan. Ini pertama kalinya Shenna memanggil namanya.

Terdiam cukup lama, sampai akhirnya Rama mengangguk. "Tapi harus cepet sembuh ya," Shenna mengangguk cepat.

Cup.

"Gih, tidur," Rama berlalu. Meninggalkan Shenna yang masih terkejut sembari menyentuh dahinya yang baru saja dikecup Rama.

₪₪₪⓿₪₪₪  

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang