Dream From The Past

442 49 0
                                    


Entah sejak kapan atap sekolah selalu menjadi tempat favoritku. Tak seperti anak-anak perempuan lain yang berkumpul dan bergosip ria di jam-jam kosong sekolah, aku hanya bisa menikmati kehidupan sekolah seorang diri. Yah, jelas tak ada yang mau berteman denganku. Anak perempuan yang hanya datang beberapa kali kesekolah, mendapat izin khusus membolos dengan alasan sakit, ditambah aku tak bisa bicara. Malang memang, tapi tak terlalu buruk juga. Karena ada orang lain yang bernasib sama menyedihkannya seperti diriku.

Jung Taekwon. Siapa yang tak kenal dia. Termasuk aku yang jarang bergaul ini, jelas tau seberapa besar popularitasnya di sekolah, ia bahkan sudah menjadi model dan menjadi trinee di sebuah perusahaan musik yang menelurkan penyanyi-penyanyi bersuara merdu sejak kecil.

Tak ada orang yang tak menyukai seorang Jung Taekwon, meski ia sangat pendiam disekolah, tapi orang pasti langsung jatuh cinta begitu mendengarnya bernyanyi, apalagi jika ia sudah mengeluarkan killer smilenya itu. Aku bahkan tak sadar sudah berapa lama jatuh pada pesonanya.

Dia jelas tak tau tentangku, dan bahkan tak sadar bahwa aku ada. Bahwa kami selalu berada dilingkungan yang sama, dikelas yang sama sejak duduk di sekolah dasar. Aku yang selalu terlambat dijemput pulang sekolah ini selalu duduk menunggu dikelas, sementara dirinya diam-diam melatih vokalnya sembari menunggu sang supir menjemput.

Aku mengenal ketidak sempurnaan seorang Jung Taekwon, yang ia sembunyikan dibalik sikap tertutupnya itu. Segala keluh kesah, rasa marah, benci, rasa sedih, dan kekecewaan. Semuanya ia hadapi sendirian. Yah, aku selalu melihat seorang Jung Taekwon menangis ketika hari dimana semua orang tua dipanggil kesekolah dan anak-anak menunjukkan kebolehan mereka, Jung Taekwon yang dengan kesempurnaannya tampil memukau memainkan piano dengan tema sendu serta nyanyian menyayat hati. Orang–orang bersorak membanggakannya sementara ia hanya memasang wajah tanpa ekspresi menatap kepenjuru ruangan berharap kedua orang tuanya hadir disana.

 Orang–orang bersorak membanggakannya sementara ia hanya memasang wajah tanpa ekspresi menatap kepenjuru ruangan berharap kedua orang tuanya hadir disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu. Tak rindukah kau padaku??." Tanya Taekwon ketika menelpon ibunya. Ia menutup telpon pelan lalu detik berikutnya terduduk dan menangis sambil membekap mulutnya. Orang tuanya terlalu sibuk untuk datang, dan selalu saja hanya kata ma'af yang bisa Taekwon dengar.

 Orang tuanya terlalu sibuk untuk datang, dan selalu saja hanya kata ma'af yang bisa Taekwon dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku juga menangis saat itu. Bukan hanya karena turut bersedih melihat dirinya. Tapi karena orang tuaku juga tidak datang dan mereka tidak akan pernah datang. Bahkan kakak satu-satunya yang kumiliki dan paling kusayangipun tak kan mau datang. Jadi, aku hanya duduk disudut ruangan dan memperhatikan kegembiraan anak-anak lain bersama orang tua mereka.

confession (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang