04

2.3K 282 26
                                    

Chapter 4:
Completely Stranger

Saat Harry meminta izin untuk pergi ke Starbucks sebentar, sebenarnya yang dilakukan pemuda itu adalah menemui Louis yang sudah menunggunya lama di sebuah kafe.

Harry baru ingat akan Anne jika saja Anne tak menghubunginya dan menanyakan di mana keberadaan Harry. Hanya karena mobil rusak, Harry ikut menderita.

Pemuda itu sampai di depan butik sang Ibu yang sudah sangat sepi. Harry sendiri tak mengerti. Anne punya banyak karyawan, tapi seringkali ia bekerja sendiri hingga larut malam tanpa mau meminta bantuan pada karyawan itu dan sekarang, jam sudah menunjuk ke angka 11. Sudah pukul 11 malam.

Setelah berpapasan dengan para petugas keamanan, Harry melangkah memasuki butik. Baru saja melewati pintu masuk, sebuah bayangan membuat Harry menahan nafas. Lampu di butik sengaja di buat sedikit redup ketika jam sudah menunjukkan lebih dari pukul 9 malam.

"Mom?" Suara Harry pelan, berbisik.

Pemuda itu melangkah secara perlahan menuju ke ruangan sang Ibu yang berada tak jauh dari ruang depan atau ruang tamu.

Pintu ruangan Anne masih terbuka dan lampu masih menyala terang. Harry melangkah masuk dan memicingkan mata saat mendapati sang Ibu yang ketiduran dengan posisi duduknya. Tapi ada yang ganjil.

Ada kain yang menyelimuti tubuhnya. Mustahil, kan, Anne dapat menyelimuti tubuhnya sendiri dari belakang. Di tambah lagi, kondisi ruangan yang sangat bersih. Padahal dua jam lalu, saat Harry berpamitan, ruangan ini sangat berantakan.

Harry mendekati Anne dan menyentuh pundak, tak berniat untuk membangunkan namun, gerakan lembut Harry itu membuat Anne dengan cepat bangun dari tidurnya dan mengusap mata. Senyuman Anne merekah dan saat itu pula, Harry merasa sangat bersalah. Kenapa aku tega membuat Mom menunggu lama?

"Hai, Harry. Sudah kembali? Kupikir, kau lupa akan keberadaanku. Nyaris saja aku berpikir untuk menginap di sini. Mustahil ada taksi di malam hari seperti sekarang."

Anne bangkit berdiri dan kain yang menyelimuti tubuhnya jatuh ke lantai. Anne mengernyit sebelum meraih kain tersebut dan mengangkat satu alisnya menatap Harry yang diam saja. Senyuman muncul lagi di bibir Anne.

"Kau tak perlu menyelimutiku dengan bahan ini, Harry. Aku harus menggunakannya untuk desain pakaian Lady Gaga."

Harry menggigit bibir bawahnya sebelum tersenyum dipaksakan. Harry merangkul Anne. "Ayo, pulang, Mom. Kau benar-benar butuh istirahat."

Kemudian, Harry menuntun Ibunya ke luar dari ruangan, melirik sekilas ke ruangan kerja sang Ibu yang sudah tampak gelap.


Mobil yang Harry kendarai berhenti di depan rumah megahnya. Anne langsung berjalan ke luar mobil dan melangkah memasuki rumah dengan lesu. Anne bisa saja terjatuh jika Harry tak segera datang dan membantu merangkul sang Ibu.

"Aku hanya lelah. Butuh istirahat ekstra." ujar Anne, tersenyum.

"Besok, tak usah pergi ke butik. Istirahatlah." pesan Harry seraya membuka pintu kamar sang Ibu.

Harry membantu Anne membaringkan tubuhnya di ranjang sebelum duduk di tepi ranjang. Harry mengelus lembut dahi sang Ibu dan tersenyum, "Sleep well, Mom. Have a nice dream and goodnight." Harry mengecup singkat dahi Anne sebelum bangkit berdiri dan berjalan ke luar dari kamar Anne.

Harry menyandarkan punggungnya pada dinding di samping pintu kamar sang Ibu. Pikirannya sedang tertuju pada satu hal, sangat mengganggu pikirannya.

Pemuda itu sangat yakin. Dia melihat bayangan seseorang yang memasuki ruang kerja Ibunya tadi.


A.M.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang