Chapter 9:
Unreal"Ya Tuhan. Harry!"
Anne baru saja sampai di ruang kerjanya saat mendapati sang putra yang tertidur pulas dengan posisi duduk, kepala terkulai di atas meja kerja Anne. Wanita berusia awal 4oan itu mengernyit, mendapati salah satu bahan pakaiannya yang menyelimuti tubuh Harry.
Anne berjalan mendekati sang putra dan menggerakkan pelan bahunya. "Harry? Hei, bangun, Honey." Anne menarik perlahan kain yang menyelimuti tubuh Harry dan di saat bersamaan, Harry mengangkat kepalanya.
Ada bekas seperti lipatan di wajah Harry dan matanya tampak merah. Anne menghela nafas, seraya melipat kain yang menyelimuti tubuh Harry tadi dan membiarkan Harry mengumpulkan kesadarannya, secara penuh.
"Pagi, Mom." Harry berujar pelan sebelum menguap keras.
Anne berdiri di hadapan Harry dan melipat tangan di depan dada. "Kupikir kau pergi ke pesta dan akan pulang sebelum larut malam. Apa yang kau lakukan di sini?"
Harry memejamkan mata dan dengan tubuh sempoyongan, ia kembali melipat tangan di atas meja dan meletakkan kepalanya di lipatan tangan tersebut. Harry menggelengkan kepala.
"Aku tak tahu kenapa aku ada di sini."
Anne memutar bola matanya. "Jangan berbohong, Harry. Pasti ada sesuatu, makanya kau berada di sini. Tidur pula, dengan posisi seperti itu. Apa kau tak tahu jika aku sangat mencemaskanmu? Kau bahkan tak mengangkat panggilan ataupun membalas pesanku!" Omel Anne, panjang lebar.
"Aku butuh istirahat tambahan, kau benar. Tubuhku sakit." Harry merentangkan tangan, berusaha melemaskan otot-otot tubuhnya sebelum menarik nafas dan tersenyum kepada sang Ibu.
Harry bangkit berdiri dan berjalan mendekati mannequin yang berada di sudut ruangan. Tangan Harry bergerak, menyentuh tiap sudut pakaian yang dikenakan oleh mannequin itu sebelum tersenyum lebar kepada Anne yang tampak tengah menatapnya bingung.
"Gaun rancanganmu sangat bagus, Mom."
Anne mengangkat satu alisnya. "Sejak kapan kau peduli dengan gaun rancanganku?"
"Mulai hari ini dan hei, Mom. Ehm, apa kau punya makanan? Aku lapar dan belum makan malam serta sarapan."
Anne membulatkan matanya. "Tunggu sebentar. Aku akan meminta office boy untuk membelikan makanan untukmu." Setelah itu, Anne melangkah ke luar dari ruangannya.
Harry menoleh, kembali menatap mannequin yang ada di hadapannya dengan datar. Senyuman sinis mulai muncul di bibir merah muda pria tampan tersebut.
"Hei, aku tahu ini bodoh, tapi yeah, ini benar-benar bodoh. Sepertinya aku sudah gila. Aku gila. Kau tahu kenapa?" Tangan Harry bergerak, menyentuh dagu mannequin tersebut.
"Pertama, aku mengira jika kita sudah dua kali bertemu, kau berbicara balik padaku. Aku tak mengerti, tapi semuanya sangat nyata. Rasanya, seperti aku benar-benar bicara denganmu." Harry berdecak sebelum melanjutkan, "Kedua, aku menunggumu di sini, semalaman, berharap aku dapat memamerkanmu di hadapan teman-temanku. Tapi apa yang terjadi? Aku gila. Aku bodoh dan kau tahu? Alasan ketigaku adalah akar dari alasan pertama dan kedua."
Seringai muncul di bibir Harry. Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke wajah mannequin tersebut. "Alasan ketigaku adalah aku menganggapmu benar-benar hidup. Sialan. Aku tak mengerti kenapa aku punya pikiran sebodoh itu. Kau hidup? Come on! Bagaimana mungkin sebuah benda mati hidup? Bodoh. Aku sangat bodoh."
Harry mundur dan melangkah menjauhi mannequin itu dengan pikiran yang sangat kacau.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.
FantasyTerkenal akan pesonanya yang mampu meluluhkan hati para gadis dari berbagai kalangan, siapa sangka, seorang Harry Styles malah terjerat pesona gadis yang bahkan masih diragukan kehidupannya. Chapter 31 sampai tamat + bonus dalam mode privat.