12

1.9K 240 17
                                    

Chapter 12
I Just Want To Be With You

"Aku...aku tak mengerti. Aku tak suka keramaian. Aku tak suka bertemu orang lain. Hanya kau satu-satunya yang kutemui."

Harry memejamkan mata dan terus memainkan pulpen yang berada di sela-sela jari telunjuk dan tengah kanannya. Materi yang tengah disampaikan Mr. Howard benar-benar membosankan. Jika saja tak ingat kemarin ia sudah membolos, mungkin Harry memilih untuk membolos hari ini.

"Aku tak tahu, aku hanya ingin bersamamu. Jangan tinggalkan aku."

Suara lembut gadis itu masih terngiang dalam pikiran Harry. Tadi pagi, Harry kembali terbangun dalam posisi duduk di kursi kerja sang Ibu, dengan kepala yang terkulai di atas meja. Saat Harry bangun, gadis itu tak ada, hanya meninggalkan sebuah mannequin mati yang berada di posisinya semula.

Semuanya membingungkan. Harry rasa, dia sudah mulai gila. Tapi sejujurnya, kegilaan ini tak mengapa karena faktanya, Harry merasakan hal yang sama, seperti yang gadis itu rasakan tiap kali mereka bersama.

Aku hanya ingin bersama denganmu.

Gila. Seorang Harry Styles yang terkenal biasa bergonta-ganti pasangan dengan mudah, tiba-tiba ingin bersama dengan gadis tak nyata, yang keberadaannya sangat diragukan.

Akhirnya, kelas berakhir. Dengan cepat, Harry merapihkan barang-barangnya ke dalam tas dan pergi menjauhi kelas, lebih awal dari teman-temannya yang lain.

Harry berpapasan dengan Liam dan Louis yang tampak berjalan, hendak menuju tempat biasa mereka berkumpul alias kantin. Tapi Harry mengabaikan mereka dan memilih untuk pergi ke tempat di mana mobilnya berada.

Dia benar-benar butuh waktu sendiri.

Selesai kuliah, tak seperti biasanya, Harry langsung pulang ke rumah. Sudah hampir dua hari dia berada di luar rumah, mau tak mau Harry harus mengakui jika ia merindukan sang Ibu.

Nafas Harry tertahan saat mendapati sebuah mobil tak asing berada di halaman rumahnya. Harry memarkirkan mobil sport hitamnya di belakang mobil Toyota hitam itu sebelum melangkah memasuki rumah.

"Mom?"

Harry memanggil sang Ibu seraya melirik ke kiri dan kanan. Harry menghela nafas. Rumah ini menyimpan banyak kenangan dan semuanya adalah kenangan terbaik yang Harry miliki. Tapi ada juga kenangan buruk, salah satu kenangan yang tak mungkin dapat Harry lupakan.

"Rob...in.."

Harry memejamkan mata saat mendengar desahan sang Ibu, tepat ketika Harry baru hendak mengetuk kamar, memastikan apakah Ibunya ada di dalam atau tidak. Tangan Harry mengepal. Kenangan buruk itu kembali terulang.

Kenangan itu adalah saat sang Ibu melakukan seks di kamarnya ini, bersama Robin Twist yang berstatus sebagai suami seseorang. Ya, perselingkuhan. Gara-gara perselingkuhan itu, mereka menghancurkan kebahagiaan dua keluarga sekaligus.

Tak lama setelah perselingkuhan mereka terkuak, istri Robin langsung melayangkan gugatan cerai. Sedangkan Ayah Harry, Des? Harry tak mengerti, yang jelas Des mau memaafkan Anne dan meminta Anne untuk tetap bertahan dengannya. Tapi sayang, malah Anne yang mengajukan gugatan cerai yang masih dalam proses sidang.

"Harry?"

Harry yang semula terdiam dalam pikirannya sendiri menoleh saat mendengar suara tersebut. Senyuman tipis muncul di bibir Harry mendapati sang Ayah yang sudah hampir sebulan tak ditemuinya, tampak berdiri di dekat tangga, menatapnya lekat.

"Hei, Dad."

Harry melangkah mendekati sang Ayah dan sebisa mungkin membawa sang Ayah menjauh dari sini. Harry tahu, Ayahnya sangat mencintai sang Ibu, tapi Harry tak mau hati Ayahnya hancur mendengar apa yang terjadi di dalam sana.

A.M.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang