Chapter One

160 23 14
                                    

"Ca, lusa jangan lupa jam 4 sore!" Setengah berteriak, Arka menjalankan motornya.

Clarissa, gadis yang akrab di panggil Caca itu tak menoleh sedikitpun. Caca telah mengenal Arka separuh dari umurnya. Dia hafal betul kebiasaan Arka. Arka memang keren, bahkan banyak cewek di sekolah yang naksir padanya. Sebagai seorang kapten, pertandingan basket semakin membuatnya dikerumuni banyak cewek. Bahkan jika dihitung berapa cewek yang pernah dipacarinya gak bakalan kelar semaleman. Lain lagi dengan Caca, sangat jarang yang namanya status berpacaran menempel padanya. Karena kedekatanya dengan Arka membuat hampir setiap orang yang melihatnya mengira bahwa mereka berpacaran. Tapi Caca justru senang mendengarnya. Caca memang tipe cewek yang cuek tapi kalo menyangkut Arka, entah mengapa ia lebih suka terlibat didalamnya.

"Caca pulang....." ucap Caca tanpa semangat. Ia segera berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

"Makan dulu sayang" teriak mama dari dapur.

"Ntar aja ma, Caca capek mau mandi dulu"
Setelah sampai di kamarnya, Caca melempar tas dan merebahkan diri di ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya yang tertempel bintang glow in the dark. Ia melirik jam dinding di depanya.

"Jam 5 sore" gumannya sambil perlahan ia mulai memejamkan mata. Tak lama kemudian Caca sudah tertidur pulas.
*****

Siang itu Caca sedang duduk di salah satu bangku taman komplek ketika Arka datang menghampirinya.

"Ca, kenapa sih lo menghindar dari gue? Salah gue apa?" Teriak Arka menatap tajam ke manik mata Caca.

1 menit berlalu
2 menit......
3 menit......
Tak ada jawaban dari mulut Caca.

"Gue ngomong sama lo!" Bentak Arka.
Caca pun berdiri dan hendak meninggalkan Arka ketika tanganya dicengkeram dengan kuat.

"Lepasin Ka!"

Caca berusaha melepaskan cengkeraman Arka namun sia-sia. Jelas aja tenaga Arka lebih kuat darinya.

"Kenapa sih lo kaya gini sama gue? Lo egois Ca!"

Caca mendelik mendengarnya.

"Elo yang egois Ka! Kenapa disaat ada cowok yang deketin gue, dengan egoisnya elo bilang elo gasuka dan lo ngefitnah dia seenak jidat lo" tutur Caca tanpa menoleh sedikitpun.

"Kapan sih gue pernah bohong sama lo Ca ? Vino emang playboy! Gue lebih mengenal Vino daripada lo."

"Tapi lo gapernah ngasi bukti apapun ke gue. Berarti semua yang lo omongin tentang Vino emang bohong Ka! Dan lo juga playboy Ka inget! Itu artinya lo sama aja kayak Vino."

Caca berusaha membuat pembelaan. Setidaknya untuk dirinya sendiri.

"Jangan samain gue sama dia! Gue emang playboy tapi setidaknya gue setia sama satu cewek."

Perlahan Arka melepaskan cengkeramanya. Kedua tanganya menyentuh bahu Caca dan memutarnya agar ia dapat memandang wajahnya.

"Gue lakuin itu karna gue sayang sama lo Ca. Gue gamau lo ngeliat kelakuan Vino, terus lo sakit hati nantinya." nada suara Arka mulai melemah. Ada kesungguhan di dalamnya.
Caca hanya terdiam.

"Gue gamau lo sakit hati, karna lo satu-satunya cewek yang gue sayang."
Melihat Caca hanya terdiam sedari tadi, Arka mencubit pipinya dengan gemas.

"Awwww, sakit!" Teriak Caca.

"Bangun woy! Udah siang nih ntar kita telat."

Samar-samar Caca mendengar suara Arka semakin dekat. Caca bisa merasajan hembusan nafas Arka di depan wajahnya.

"Caca banguuuunnnn" Arka semakin gemas mencubit pipi Caca.

"Arka sakit tau!"

Caca yang tersadar segera menyingkirkan tangan Arka dari pipinya. Sambil memanyunkan bibir, ia mengusap-usap kedua pipinya. "Kenapa sih lo demen banget gangguin orang tidur!" Omelnya.

"Bukanya gue demen, tapi ini udah jam berapa? Gue udah curiga lo pasti masih molor karena gue udah ratusan kali melpon lo dan lo gak angkat telpon gue sakalipun. Dasar kebo!"

"Ya ampun Ka. Lo tuh lebih cerewet dibanding mama. Yaudah sana keluar gue mau mandi nih, atau....."

"Yaudah ayuk" ucap Arka memotong pembicaraan.

Caca mengerutkan kening sambil memicingkan kedua matanya.

"Ayuk apaan?"

"Mandi bareng hahaa" terdengar tawa Arka menggema di kamar Caca.

"Dasar mesum!" Teriak Caca ketika Arka sudah kabur duluan.
Caca segera menutup pintu kamarnya.

"Ternyata yang tadi itu cuma mimpi?" Gumamnya pada diri sendiri. Samar-samar ia tersenyum geli.

Tak berapa lama Caca sudah berada di atas boncengan motor Arka.

"Ka, Kok gue ngerasa kaya ada yang kurang ya? " gumamnya sambil berpikir.

"Gausa aneh-aneh deh lo. Udah telat nih"

"Yaudah deh cabut aja"
Arka segera menjalankan motornya.

SMA Arkadia memang tak begitu jauh dari komplek rumah mereka, hanya butuh waktu 15 menit.
Motor Arka berhasil memasuki gerbang sekah sesaat sebelum akhirnya satpam menutupnya.

"Tuh kan rambut gue berantakan!" protes Caca sambil memegang rambutnya. "Besok-besok kalo lo mau balapan gausah ngajakin gue!" Lanjutnya.

"Yaelah ini juga karena lo susah dibangunin tau" ucap Arka sambil memencet hidung Caca.

Sentuhan-sentuhan kecil inilah yang membuat Caca semakin salah tingkah.

"Yaudah gue masuk duluan ya. Ntar pulang sekolah gausah nungguin gue." Tutur Caca sebelum meninggalkan Arka di parkiran.

"Lo pulang sama siapa?" Ucap Arka setengah berteriak.
Namun ia hanya mendapat seulas senyum.

Love Me Or Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang