Chapter Nine

8 1 0
                                    

Arka! please don't disturb me now!!

Caca lagi-lagi merutuki Arka yang sedari tadi menelponnya tanpa henti. Ingin rasanya dirinya mencekik Arka detik ini juga. Mencabik-cabik muka ganteng Arka yang banyak digilai kaum hawa dan menendangnya sampai keujung dunia sekalipun. Kenapa disaat-saat seperti ini Arka selalu saja mengganggunya?

Dasar Arka nyebelin! Tukang rusuh! Keturunan demit!

Caca terus saja mengumpat dalam hati.

Ponsel Caca kembali berdering. Caca melirik sekilas pada Rey yang sedari tadi mengamati gerak geriknya. Caca merasa tidak enak padanya.

"Angkat aja dulu." Ucap Rey sambil tersenyum ringan. "Itu pasti penting, dari tadi bunyi terus. Apalagi itu dari Arka."

Rey nggak tau aja gimana tabiat Arka kalo tau Caca sedang keluar bukan dengan dirinya. Caca berpikir sebentar. Menimang-nimang keputusannya dan akhirnya dengan berat hati dan penuh ketidak relaan Caca harus memencet tombol terkutuk di layarnya.

"Cacaaaaa! Kenapa lama banget angkatnya!"

Belum sempat Caca mengucapkan 'halo', Arka lebih dulu meneriakinya.
Kalau nada suara Arka seperti ini, sudah dapat dipastikan bahwa sekarang Arka hanya ingin mengganggunya. Dan seketika penyesalan datang padanya.

"Lo kenapa nelfon gue mulu? Lo kurang kerjaan ? butuh kerjaan ?" Ucap Caca sedikit kesal.

"Lo dimana ? Sama siapa ? Naik apa ? Kok jam segini belom pulang?" Tanya Arka tanpa jeda sedikitpun dan tidak memperdulikan sindirannya.

Caca memutar kedua bola matanya mendengar serentetan pertanyaan basi dari Arka barusan. Sebal! Lagi-lagi seperti ini.

"Lo banyakan nanya kek reporter berita! Yang mana yang harus gue jawab ?"

"Semuanya!!" Tegas Arka.

Caca menghembuskan napas berat. Pasti sekarang ini Arka sedang berada di rumahnya bersama mama. Pasti dua makhluk tersebut sudah berkompromi agar dirinya cepat pulang ke rumah.

"Gue lagi makan sama Rey. Kalo gak ada yang penting gue tu....."

"Eh.... tunggu jangan di tutup dulu. Emak lo mau ngmong nih."

Terdapat jeda sebentar sebelum akhirnya suara mama terdengar.

"Halo Caca...."

"Kenapa ma? Mama mau nitip apa?"

Caca berusaha mencari topik agar mamanya lupa dengan tujuan awal mereka. Inilah kelemahan mama. Kalau sudah ditawari sesuatu pastilah dia akan ikut dalam arus tersebut. Insting Caca mengatakan bahwa sedari tadi mamanya sudah menguping pembicaraan mereka.

"Hehe.... martabak telor yang spesial, kue bandung rasa keju, burger big size, french fries sama...."

"Mama gak lagi ngidam kan ?" Kening Caca berkerut. "Apa mama sengaja mau bikin Caca bangkrut ?"

"Yaudah itu aja dulu deh. Ntar gampang bisa nambah. Yang penting kamu cepetan pulang. Mama udah ngiler daritadi ngebayanginnya."

"Iya iya habis ini Caca pulang kok." Pasrah Caca.

"Ca gue juga mau dong samain aja sama emak lo. Sekalian biar bisa gue bawa pulang juga kasian si Molly dari kemaren belom gue kasih makan. Lo buruan balik ntar keburu si Molly mati kelaparan nungguin lo."

Caca segera memencet tombol merah di ponselnya. Caca berdecak kesal. Kelakuan Arka sama mamanya sama saja. Caca semakin curiga bahwa sebenarnya anak mama itu bukan dirinya melainkan Arka!

Love Me Or Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang