Part 8.

1.9K 229 6
                                    

Taehyung memijit pelipisnya pelan. Sudah lebih dari 1 jam ia mendengarkan penjelasan dari kakaknya, Seok Jin.

"Jadi, disana kau harus selalu…" Seok Jin menghentikan perkataanya. "Apa kau baik-baik saja, Taehyung?"

Taehyung meremas rambutnya pelan. Mengacaknya, dan beralih menatap Seok Jin.

"Hyung, apa kau melihatku baik-baik saja?" Seok Jin tertawa kecil saat melihat keadaan Taehyung sekarang.

Rambut yang berantakan, wajah yang terlihat malas seakan menjadi jawaban langsung untuk pertanyaan Seok Jin.

"Baiklah, kita istirahat 10 menit lagi." Seok Jin berujar tenang sembari menutup beberapa buku di depannya.

Walaupun pria ini seorang Dokter, ia juga memiliki beberapa pengetahuan seputar Perusahaan Ayahnya. Jika saja ia tidak diterima di salah satu Rumah Sakit, sudah bisa dipastikan jika Seok Jin akan mengambil ahli Perusahaan.

DRRT DRRT

Taehyung terkejut saat melihat ponselnya bergetar. Lebih tepatnya saat melihat sang penelepon.

'Jeon Jungkook.'

Taehyung bergegas mengambil ponselnya. "Hyung…." Taehyung menggoyangkan ponselnya. Memberi isyarat jika ia ingin mengangkat panggilan yang masuk.

Seok Jin mengangguk. Taehyung pun segera keluar dari kamarnya. Menutup pintu dan melihat sekeliling.

"Halo, ada apa, Jungkook-ah?" Taehyung bertanya.

'Ha... Halo, Hyung. Hoseok Hyung ingin bertemu denganmu, sekarang.' Jungkook menjawab. Taehyung dapat mendengar suara pria itu bergetar.

"Baiklah. Tunggu aku, jangan ikuti apapun yang Yoongi katakan." Taehyung segera menutup panggilan. Pria itu berlalu menuruni anak tangga rumahnya. Ia tahu, bahwa ini pasti perbuatan dari seorang Min Yoongi.

"Hei! Taehyung-ah... Kau mau kemana?" Namjoon berseru sesaat melihat Taehyung yang berlari dan menghilang di balik pintu rumahnya.

"Ada apa, Namjoon-ah?" Seok Jin bertanya sembari menutup pintu kamar adiknya.

Namjoon menghela nafas. "Taehyung melarikan diri, Hyung. Pasti melakukan tugas itu lagi."

Seok Jin mengernyit. "Tugas? Tugas apa?" Namjoon mengangkat bahu. Pria itu meninggalkan Seok Jin.

Seok Jin menatap pintu rumah di depannya. Ia benar-benar yakin, bahwa Taehyung terlibat dalam pembalasan dendam pada keluarganya.

----

Taehyung melangkah santai di dalam gang sempit yang gelap. Sayup-sayup suara deru kendaraan masih dapat Taehyung dengar.

"Kau datang?" Suara berat dari pria di depannya bergema. Pria bersurai abu-abu keperakan yang bersandar di dinding dengan sebotol bir di tangannya.

Taehyung diam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah samping. Jungkook yang saat itu tengah memeluk tubuh Hoseok yang tak sadarkan diri.

Di depan mereka, terdapat beberapa botol bir yang telah kosong. Taehyung tahu, Yoongi memaksa Hoseok untuk minum. Dan ia pasti tahu, Hoseok tidak terbiasa dengan minuman itu.

Jungkook menoleh. Memberikan tatapan sedihnya kepada Taehyung. Pria itu seakan meminta tolong kepada Taehyung melalui tatapan matanya.

"Kau benar-benar brengsek, Min Yoongi." Taehyung geram. Tangannya mengepal kuat.

Pria di depannya terkekeh. "Well... Dimana kata 'Hyung' untukku?" Yoongi menatap Taehyung. Memberikan senyuman remeh untuk menantang Taehyung.

Taehyung berjalan menuju Yoongi. Ia sudah tidak tahan, perbuatan Yoongi sudah benar-benar keterlaluan.

"Apa kau akan memukulku?" Yoongi berucap dengan pelan. Nada suara yang tajam menyeruak masuk ke dalam indera pendengaran Taehyung.

Taehyung tak bergeming. Jarak keduanya hanya berjarak beberapa senti. Yoongi menatap lurus ke arah Taehyung.

"Apa kau akan memukulku? Kau ingat, Taehyung... Kau sudah berjanji padaku." Yoongi semakin menajamkan nada suaranya.

Taehyung tahu, ia memiliki janji dengan Yoongi. Seandainya saja, Yoongi tidak datang untuk menyelamatkan dirinya dari kejaran anak-anak pemberontak yang ingin memukulnya, ia pasti sudah memukul Yoongi saat ini.

'Jika kau ingin membalas kebaikanku. Kau harus menjadi temanku.'

Kata itu benar-benar Taehyung ingat. Menjadi teman? Tentu saja. Tapi, Yoongi membelokkan persepsi Taehyung tentang arti kata 'teman' di sini.

Teman berarti menjadi seorang pria brengsek yang harus mengikuti apapun perintah dari seorang Min Yoongi.

"Kau harus ingat, Taehyung-ssi. Kau masih memiliki hutang padaku." Yoongi mendorong tubuh Taehyung hingga pria itu terhuyung ke belakang.

"Kalian benar-benar tidak berguna!" Yoongi mengumpat. Melempar botol bir di dinding. Menimbulkan suara pecahan yang memekakan telinga. Kepingan-kepingan botol berserakan jatuh.

"Brengsek...." Taehyung bergumam. Menatap punggung Yoongi yang kini hilang. Ia beralih menuju tempat Jungkook dan Hoseok.

"Hyung, aku takut..." Jungkook menangis. Mentalnya belum terbiasa dengan sifat Yoongi yang bertolak belakang dengan dirinya. "Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Yoongi Hyung menyuruh Hoseok Hyung untuk meminum bir itu. Setelah itu, Hoseok Hyung merasa pusing tetapi, Yoongi Hyung tetap memaksa dirinya untuk terus minum."

Jungkook terisak. Tangannya meremas pelan pundak Hoseok yang sampai sekarang tak sadarkan diri. "Aku bahkan masih ingat dengan tatapan tersiksa dari Hoseok Hyung."

Taehyung menepuk pundak Jungkook. Ia pun berdiri. Membersihkan bajunya sedikit dan mulai berlalu.

Taehyung tak menghiraukan teriakan Jungkook. Pria itu terus berjalan meninggalkan kedua orang di dalam.

"Ikut aku." Taehyung menarik tangan gadis di depannya. "Kau membawa obat, 'kan?"

Eun Ri mengernyit. Tetapi kemudian ia mengangguk. Gadis itu semakin mengeratkan genggamannya pada Taehyung saat melihat keadaan gang yang mereka lewati benar-benar gelap.

"Astaga! Apa yang terjadi?" Eun Ri berlari ke arah Hoseok. Memegang pipinya dan menatap Jungkook.

"Hoseok Hyung, aku... Hoseok-"

"Dia mabuk. Kau membawa obat untuk menghilangkan rasa mabuknya?" Taehyung segera menyela saat melihat Jungkook tengah terisak. Tak mampu untuk sekedar menjawab pertanyaan Eun Ri.

Eun Ri mendongak. Ia nampak berfikir. "A... Aku tidak membawa obat seperti itu." Eun Ri menunduk. Gadis itu tidak membawa obat seperti itu, karena Eun Ri tahu bahwa Taehyung tidak biasa untuk minum.

"Tolong dia, Hyung." Jungkook semakin terisak. Wajahnya menjadi merah. Eun Ri ataupun Taehyung hanya diam.

----

Jimin berlari kecil ke arah taman. Yoongi menghubungi dirinya beberapa waktu lalu. Tentu saja, Jimin menyetujui permintaan untuk bertemu dengan pria itu.

"Maafkan aku, Hyung. Pekerjaanku cukup banyak hari ini." Jimin terengah. Ia segera duduk di samping Yoongi.

"Apa ada masalah?" Jimin bertanya. Ia menatap Yoongi yang tengah melamun dengan senyuman lemah.

"Tidak. Hanya masalah dengan temanku." Yoongi menjawab. Merenggangkan tubuhnya yang kaku dan tersenyum.

"Tidak apa-apa, Hyung. Hal seperti itu memang sudah biasa di dalam persahabatan." Jimin membalas senyuman Yoongi.

Suasan hening mulai melingkupi keduanya. "Jimin-ah," Yoongi bergumam pelan.

"Ada apa, Hyung?" Jimin mengalihkan pandangannya.

"Maukah kau membantuku?"

----

Maapkan saya jika ceritanya amburadul (lagi)😭 otak saya lgi ngeblank huhu😢 votement jika ingin✌

When a Gangster Become a CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang