Part 14.

1.4K 172 4
                                    

Seok Jin meregangkan tubuhnya. Ia mengerakkan kepalanya dengan gerakan memutar dan memijit pelan pelipisnya.

Pekerjaan hari ini masih sangat banyak walau hari masih beranjak pagi.

DRRT DRRT

Seok Jin mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Pria itu tersenyum melihat siapa yang memangilnya pagi itu.

"Ha-"

'Halo, Hyung! Kau di mana? Aku ingin berbicara dengan Taehyung sekarang. Kau di Rumah Sakit, 'kan? Aku menelponnya sejak tadi, tapi dia tidak mengangkat telponku.'

Seok Jin terkekeh samar saat tiba-tiba Namjoon menyela perkataannya. Namjoon memang sangat berbeda dengan dirinya. Pria itu selalu terlihat panik jika menyangkut masalah adik bungsungnya, Taehyung.

"Aku masih bekerja saat ini, Namjoon-ah. Jika pekerjaanku tidak banyak hari ini, mungkin aku akan menjenguk Taehyung siang nanti." Seok Jin membuka map biru di depannya. Melihat jadwalnya hari ini jika tak ada Operasi yang harus dilakukan.

Seok Jin dapat mendengar helaan nafas dari seberang. Namjoon nampak kecewa.

'Baiklah, Hyung. Kabari aku jika kau di Rumah Sakit. Jangan lupa, beritahu Taehyung jika aku akan berangkat besok.' Namjoon segera menutup panggilannya. Seok Jin hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tingkah Namjoon yang agak kekanakan itu.

Seok Jin serius mengerjakan pekerjaan yang sebelumnya tertunda dan ditambah dengan pekerjaan baru hari ini. Pria ini melirik sekilas arloji berwarna perak yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

12.27

Berarti sudah waktunya istirahat. Seok Jin beranjak dan mengambil jas berwarna hitam miliknya yang senada dengan celana panjangnya sekarang.

Pria yang berprofesi sebagai Dokter ini tengah menyusuri koridor Rumah Sakit sembari membalas beberapa sapaan pasien ataupun seseorang yang menegurnya dengan senyuman manis.

"Ah, Hwayoung-ssi." Seok Jin berhenti dan mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang berperawakan kecil dengan topi putih di kepalanya. Menunjukkan bahwa ia seorang Suster di sini.

"Iya, Dokter Kim." Hwayoung bersikap sigap saat mendengar atasannya ini memanggil.

"Bagaimana kondisi pasien yang semalam menjalani Operasi?" Seok Jin bertanya. Menatap penuh harap kepada Hwayoung yang tengah berfikir.

"Ah, maksud Dokter Nyonya Park!" Hwayoung berujar cepat saat ia mengingat pasien yang dimaksud Seok Jin.

Seok Jin mengangguk. "Nyonya Park sudah siuman saat ini. Tetapi, kondisinya belum mengalami perubahan yang berarti, Dokter. Bahkan, kondisi pasien semakin buruk."

Seok Jin menghela nafas pelan. Ia tahu, luka di kepala pasien itu agak parah.

"Baiklah. Kabari aku jika ada sesuatu." Seok Jin berucap sembari menepuk pundak Hwayoung. Ia segera beranjak saat melihat gadis itu mengangguk mengerti.

Seok Jin sedikit memicingkan matanya. Pria ini tengah memperhatikan seseorang di depan sana.

Ah! Seok Jin ingat. Pria bersurai coklat di depannya ini adalah anak dari pasien itu.

"Iya Bibi. Tenanglah, aku baik-baik saja di sini. Kondisi Ibu juga baik-baik saja. Aku bersama Yoongi Hyung di sini, ia temanku." Seok Jin menghentikan langkahnya saat tak sengaja mendengar percakapan Jimin tadi.

Yoongi?

Seok Jin membalikkan badannya. Menatap punggung Jimin yang kian lama semakin menjauh.

Dahi pria ini berkerut.

Mengapa nama itu tidak asing di telinganya?

----

Taehyung bersungut kesal saat Eun Ri tak henti-hentinya berceloteh.

"Sudahlah, Eun Ri-ya. Taehyung Hyung sedang sakit. Lebih baik kau berkencan denganku saja, aku tidak apa-apa jika kau memarahiku setiap hari." Jungkook berusaha membujuk Eun Ri.

"Tidak! Taehyung Oppa... Berhentilah berteman dengan Yoongi Oppa. Dia tidak menyukaimu, Oppa." Eun Ri mengabaikan perkataan Jungkook. Gadis ini masih gigih berceloteh kepada Taehyung.

"Heol... Apa aku penyuka sesama jenis? Aku tidak menyukai pria itu, Eun Ri-ya." Taehyung menggerutu. Dia normal. Enak saja gadis itu mengatakan bahwa Yoongi tidak menyukainya.

"YOONGI OPPA MEMILIKI MAKSUD LAIN BERTEMAN DENGANMU!" Eun Ri histeris saat melihat Taehyung tampak acuh terhadapnya.

Taehyung menatap Eun Ri. "Apa maksudmu?"

"Aku yakin, Oppa. Dia memiliki maksud lain berteman denganmu." Eun Ri membalas tatapan Taehyung. Berusaha meyakinkan pria ini, bahwa perkataannya tak main-main.

"Temanmu cukup banyak, Taehyung-ah." Taehyung mengalihkan pandangannya ke arah Seok Jin yang tengah tersenyum di depan pintu ruangannya.

Eun Ri mengerjap. Gadis itu beralih menatap Taehyung. "Apa saat ini waktu pemeriksaan?"

"Apa aku terlihat seperti seorang Dokter, Nona?" Seok Jin menghampiri Eun Ri. Tersenyum manis saat gadis itu menatapnya.

Eun Ri mengangguk. "Wah! Berarti aku tidak salah memilih pekerjaan."

Seok Jin tertawa dan diikuti oleh Jungkook.

"Aku membawa beberapa makanan. Kurasa, kalian belum makan saat ini." Pria itu menunjukkan beberapa tas plastik putih kepada Jungkook.

"Terima kasih, Hyung." Jungkook beralih mengambil tas plastik berisi beberapa makanan dari tangan Seok Jin. Membawanya ke atas meja dan mengajak Hoseok serta Eun Ri.

"Temanmu sangat baik. Mereka bahkan tidak keluar untuk mencari makan hanya untuk menjagamu disini." Seok Jin duduk di dekat Taehyung sembari tetap memperhatikan ketiga orang tersebut yang tengah lahap.

"Mereka temanku." Taehyung tersenyum samar. Dalam hati, ia bersyukur memiliki teman seperti mereka.

"Oh, ya. Namjoon menghubungimu sejak tadi." Seok Jin mengalihkan pandangannya ke arah Taehyung.

Pria yang ditanyai tersebut mengangguk. "Aku sedang istirahat, Hyung."

"Aku tahu, tetapi kakakmu itu terlalu menyayangimu, sehingga ia selalu menggangguku." Seok Jin berpura-pura cemberut. Taehyung terkekeh.

"Besok Namjoon Hyung akan berangkat, 'kan, Hyung?" Taehyung bertanya dengan lirih. Ia juga merasa sedih jika harus berpisah dengan Namjoon, kakaknya.

"Ya, dia ingin menghubungimu dulu sebelum berangkat." Seok Jin tersenyum saat melihat Taehyung mengangguk.

"Taehyung-ah," Seok Jin menatap lurus ke arah Taehyung. "Apa kau mempunyai musuh?"

Taehyung mengernyit. "Musuh? Maksudmu?"

"Maksudku, apa ada seseorang yang membencimu sekarang?" Seok Jin dapat merasakan debaran jantungnya yang semakin berpacu dengan deru nafasnya yang entah mengapa terasa susah untuk sekedar dihembuskan.

Taehyung mengangkat sebelah alisnya. Ia nampak berfikir sebelum akhirnya menjawab, "Tidak, Hyung. Aku tidak mempunyai musuh atau seseorang yang membenciku."

"Hm, aku mengerti." Seok Jin menghela nafas.

Pria ini khawatir. Tentu saja Taehyung tidak mengetahui siapa yang ingin melukainya.

Seok Jin mengalihkan pandangannya ke arah depan. Ia meneliti satu persatu wajah teman Taehyung.

Tidak mungkin. Mereka terlihat baik. Sangat. Mungkin itulah persepsi Seok Jin saat ini.

Pria ini sangat takut. Jika Taehyung akan mengalami hal berbahaya lainnya di luar sana.

Bahkan, bisa lebih dari ini.

----

Maaf telat update.. dan maaf chap ini pendek hehehehe😁 keep votement ya^^)v

When a Gangster Become a CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang