4. Beeing His Slave

31.2K 1.9K 28
                                    

Aroma lavender yang menguar diseluruh ruangan berhasil tercium oleh hidung mungil Emmy, samar-samar dia menatap keseluruh ruangan. Mengerjapkan matanya yang masih silau oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca dikamar itu. Emmy masih bingung dimana dirinya sekarang berada. Kamar dengan desain mewah tetapi klasik. Dia tahu tempat ini, salah satu vila di Banyantree, yang ada di kawasan wisata Lagoi. Emmy memang familiar dengan semua hotel, resort, maupun Villa yang ada di kawasan wisata tersebut. Selama empat tahun menjadi butler membuatnya sudah menjelajahi hampir seluruh tempat penginapan yang ada di kawasan tersebut. Perusahannya juga bekerja sama dengan semua hotel & resort di kawasan itu. Dirinya yang cantik pun sangat populer dikawasan wisata itu.

Emmy mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Dia teringat tentang kejadian dibandara. Betapa bodoh dirinya yang sampai pingsan. Sedikit mengutuki diri, Samar - samar terdengar suara orang yang sedang beradu mulut.

Dia pun membuka pintu kamar, dengan langkah pelan dia keluar menuju arah kolam renang tempat suara-suara itu berasal, dia pun mendapati suara-suara itu terdengar semakin jelas, kemudian disana, di gazebo dekat tepian kolam renang, dia melihat pria itu, cinta pertamanya sedang berbicara dengan seorang pemuda yang sepertinya seumuran dengannya.

Emmy tidak bisa memastikan kedua pria itu sedang mengobrol atau bertengkar. Mereka berbicara dengan bahasa yang asing di telinganya. Seperti bahasa Arab, tetapi tidak seperti itu juga. Emmy bingung. Tidak tahu harus bagaimana, mau menghampiri mereka atau kembali lagi masuk ke kamar. Tapi menyela pembicaraan orang yang sedang berbicara serius itu tidak sopan.

Emmy akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar. Namun, saat dirinya hendak berbalik terdengar seseorang yang memanggil namanya. Ia pun menoleh dan mendapati kedua pria itu menatapnya tajam. Yang satu menatap dengan mata coklat yang memancarkan sinar hangat. Sedangkan yang satu lagi menatap dengan mata abu-abu yang memancarkan kilat gelap, seperti ada sejuta kebencian disana. Emmy tidak tahan menatap mata abu-abu itu lebih lama lagi, air matanya sudah hampir menetes. Dia pun mengalihkan tatapan ke pria bermata coklat.

"Maafkan saya Sir, saya benar-benar merepotkan pingsan di depan anda berdua" ucap Emmy dengan mata sayu. Dia berbicara menggunakan bahasa inggris berharap lawan bicaranya mengerti.

Mendengar itu Ardha tersenyum sangat manis. Dia pun membalas dengan bahasa inggris yang tak kalah fasih "Tidak apa-apa nona, anda sepertinya sangat kelelahan. Maafkan kami yang meminta anda menjemput subuh-subuh seperti itu" Bahkan aksen british nya sangat kental, Emmy benar-benar ternganga dibuatnya.

"Sudah cukup, kamu bisa pergi sekarang Ardha. Tinggalkan kami berdua." suara maskulin itu mengalihkan perhatian Emmy dari si mata coklat. Dia pun menatap kembali si mata abu-abu. Mata itu masih menatapnya Sama seperti tadi.

Rahang Ardha sedikit mengeras. Tampak bahwa dia sedikit tidak rela diusir. Tapi akhirnya dia pun pergi juga sebelum berkata "Jangan apa-apain dia Bastian. Untuk yang satu ini, kumohon jangan"

Kilatan marah tampak jelas dimata Bastian ketika mendengar kata-kata Ardha tadi. Tetapi segera dia menghilangkan nya dan berhasil memasang wajah datar.

Dia kemudian melihat kearah Emmy yang telah menundukkan kepalanya. Emmy masih sama cantik seperti dulu, tidak ada yang berubah, hanya terlihat jauh lebih dewasa dari terakhir kali mereka bertemu.

Mengingat tentang masa lalu, ada sebuah kerinduan yang sedikit muncul di hati Bastian. Tetapi kenangan itu, kenangan pahit saat Emmy mencapakkan nya dulu membuat rasa rindu itu di tepis. Tidak, Bastian tidak ingin jatuh lagi kedalam pesona Emmy yang memabukkan sekaligus menyakitkan.

Dengan menghela nafas berat Bastian memilih duduk di sofa gazebo yang nyaman sambil menyesap Brendi nya. Aliran panas dari brendi membuat tubuhnya kembali rileks.

My Lovely Ex (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang