Loveliest Happiness [5]

183 14 8
                                    

Dan aku takkan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku,
Ku masih mau
Tuk menuju tujuku

Dan ku berjanji
Kan slalu ada
Sampai waktunya,
Karna semesta
Ku ada pada kamuu~

***

Shelin duduk termenung di tepi danau, ya hari ini ia bolos sekolah. Sejak kejadian tadi pagi, moodnya memburuk. Maka dari itu ia lebih memilih membolos daripada kembali ke sekolah.

Kata-kata Widya tadi, masih terngiang-ngiang jelas di telinga Shelin. Kata-katanya memang sedikit, tapi sangat menyakitkan.

Shelin menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak ingin mengingat insiden tadi pagi. Tujuan Ia ke danau untuk Refreshing bukan mengingat kejadian itu.

Handphonenya bergetar. Tertera disana 1 pesan baru saja masuk ke ponselnya.

Oh tidak, bukan 1 melainkan 15 pesan yang masuk ke ponselnya. Ia membuka 15 pesan tersebut.

Edelline (10)
Dea (5)

Shelin berdecih, Ngapain Edelline sms gue coba? Batinnya.

Shelin mematikan ponselnya, ia benar-benar sedang tidak ingin di ganggu saat ini. Shelin mengalihkan tatapannya. Ia menatap lurus ke arah danau.

***

"Lo di bales de?" Dea menggeleng pelan. "Lo?" Tanya Dea.

Edelline juga menggelengkan kepalanya. Edelline dan Dea kini berada di depan gerbang sekolah. sepulang sekolah tadi, ia sudah menceritakan insiden tadi pagi yang membuatnya dan Shelin menjadi seperti ini.

"Jadi, sekarang kita mau kemana? Jakarta luas. Gamungkin kan kita kelilingin Jakarta Del?"

"Iya juga sih De, tapi gue merasa bersalah banget jadinya sama Shelin. Gak tenang gue, kalo dia gak ada kabar gini. Hari ini aja dia bolos." Dea menatap Edelline nanar. Hatinya kini sudah menahan emosi. Sebenarnya sepulang sekolah ini, ia ingin melabrak Widya, tetapi Edelline melarangnya dengan alasan 'percuma lo labrak, dia gak akan takut, malahan semakin menjadi-jadi.' Mendengar itu, Dea mengurungkan niatnya.

"Coba deh gue telfon ya." Dea mengaktifkan ponselnya, mencari-cari nama Shelin di kontaknya. Lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Gimana?" Edelline menatap Dea lekat.

"Handphonenya dimatiin." Ucap Dea. Edelline tertunduk lesu. "Hmm, kita liat besok aja, semoga aja Shelin masuk. Sekarang mending kita ke tempat Fani." Lanjut Dea. Edelline hanya mengangguk lesu, rasa bersalahnya makin menjadi-jadi.

"Yaudah, gue mau cari Dini dulu ya mau bilang kalau gue gak bisa ikut rapat hari ini." Dea mengangguk mendengarkan ucapan Edelline.

Edelline pergi ke dalam sekolah, berlari ke arah kelas Dini adik kelasnya itu. Semoga aja Dini belum pulang deh. Batinnya.

Langkah Edelline terhenti saat didepan sana, seorang laki-laki yang sangat Edelline kenali, dan seorang perempuan yang sangat Edelline benci sedang asik bercanda gurau, di depannya! Catat di D E P A N N Y A.

Tak terasa air mata Edelline menetes, ia teringat akan kejadian masalalunya dahulu. Semua kenangan itu seperti berputar dengan sendirinya di kepala Edelline, kenangan yang susah payah ia buang jauh-jauh.

Loveliest Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang