Loveliest Happiness [8]

126 13 8
                                    

"SHEELL KENAPA LO IKUTAN NGAMBEK SIH? DEA, SHELIN UDAHAN DONG. PARAH AH."

Hening.

Shelin dan Dea tidak menggubris ucapan Edelline. Keduanya sama-sama membuang wajahnya ke sembarang arah. Keduanya menutup mulutnya rapat-rapat menahan tawa.

Edelline membuang nafas beratnya, "Beneran marah nih?" Cewek itu berdiri, berancang-ancang untuk pergi dari bangkunya. Dengan sigap Dea menarik lengan Edelline. Edelline sontak menoleh ke arah si penarik. "Pencitraan." Celetuk Dea.

Dari meja depan, Shelin pun ikut menoleh kebelakang, "Tau, sok drama lu!"

"Alay."
"Berlebihan."
"Pencitraan."
"Drama."
"Alay."
"Berlebihan."
"Pencitraan."
"Drama."

"Gitu aja terus kalian berdua, sampe kiamat!"

***

Tring

Ken merogoh saku celana abu-abunya. mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi seperti mencari lawan. Dilihatnya 5 pesan masuk kedalam nomornya dan 10 panggilan tak terjawab.

Dengan cepat ia membuka pesan tersebut.

From: Edelline Imut

➡Ken, di kantin, meja nomor 17
➡KEN, LO JADI KESINI GAK?
➡KEN SIBUK KENALAN SAMA ANAK KELAS YA?
➡Keenan kabarin dong lo jadi kesini gak?
➡Ken. Maaf ya. Gue udah keluar dari kantin ada perlu sama kakak kelas

Ken berdecak sebal. Pasalnya, ia sangat menunggu jam istirahat karna ingin bertemu Edelline dan semuanya gagal.

Ken menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Hem, Desna, Ander, maaf nih ya tapi gue harus ke kantin nih, ada janji sama temen."

"Oh, lo disini udah punya temen?" Tanya Desna.

Ken mengangguk, "Anak kelas berapa? Seangkatan?" Kini Ander yang bertanya.

"Hem, gue buru-buru nih. Gue duluan ya," Ucap Ken berlalu melewati Desna dan Ander.

Terdengar nada kecewa dari kedua perempuan itu, Ken mengacuhkannya.

Bel memang berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Sebenarnya, saat Bel berbunyi tadi, Ken sudah ingin pergi ke kantin, tetapi Ander dan Desna mencegahnya dengan alasan ia ingin berkenalan dan akrab apalagi dengan teman sekelas, membuat Ken hanya mengangguk pasrah.

Sesampainya di pertengahan koridor, Ken terdiam. "Bego bego bego, kenapa gue kaya orang gak tau arah gini si? Jalan gak nentu."

Ken menatap layar ponselnya yang daritadi ia genggam, mencari-cari nama Edelline di kontaknya lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

Sebenarnya, ia sangat risih berhenti di tengah-tengah jalan. Apalagi banyak tatapan-tatapan mengintimidasi dari orang-orang yang sedang berdiri di sekitarnya.

"Halo?"

"Ken, lo darimana? Tadi di hubungin susah banget. Kalo sekarang gue gak bisa istirahat bareng, lagi ada perlu."

Ken tau, sangat tau, Nada kesal milik Edelline memang menjadi nada kesukaan bagi Ken. Dan selalu begitu.

"Sorry, tadi temen sekelas gue pada ngajak kenalan."

Loveliest Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang