Rapat Panitia berlangsung selama 2 jam lamanya, rapat tersebut berlangsung dengan lancar. Edelline melirik arlojinya, "jam 5?" Desisnya. Lalu ia melirik Rere yang sedang fokus mendengarkan Rapat. Rere membalas lirikkan Edelline lalu tersenyum. Seperti petir menyambar tubuhnya, Edelline salah tingkah dibuatnya. Tak sadar bahwa ia juga membalas senyuman Rere.
"Baiklah sekian rapat hari ini, terimakasih untuk semua panitia yang telah hadir dan menyempatkan diri untuk datang rapat. Besok akan kita adakan rapat kembali." Semua Panitia bangkit dari duduknya dan berhambur keluar dari ruang OSIS. Kini, hanya tersisa Edelline, Rere dan Dini yang masih duduk di kursi Rapat. "Dini pulang sama siapa?" Rere menatap Dini lekat. Dini menggelengkan kepalanya.
"Emang gak ada yang jemput?" Tanya Edelline. Lagi-lagi Dini hanya membalas dengan gelengan. "Kak, anter Dini deh ya, kasian dia gak ada barengannya."
"Terus kamu?" Kamu? Ka mu? K a m u? Sejak kapan Rere mengganti kosakatanya menjadi aku-kamu? Padahal tadi siang ia masih menggunakan kosakata lo-gue nya.
"Gue bisa minta jemput kok kak. Kalau Dini kan gak ada yang jemput." Edelline menatap Rere memohon. Rere berfikir sejenak, "Yaudah Dini, gue anter lo deh yuk!" Ajak Rere. Rere berjalan mendahului Dini yang mengikuti Rere dari belakang.
Kini, hanya tinggal Edelline yang berada di ruang OSIS. Sejenak ia merogoh ponselnya yang berada di dalam saku. Mengetik sebuah pesan singkat kepada orang tuanya untuk menjemputnya. Lalu Edelline berjalan keluar dari ruang OSIS. Baru saja ia ingin mengambil sepatunya, matanya kini tertuju pada setangkai mawar yang berada di samping sepatunya. Tak lupa ada secarik kertas yang dikaitkan pada tangkai bunga mawar tersebut.
Edelline mengambil bunga mawar tersebut, lalu sedikit mencium aroma khas dari bunga mawar itu, "Masih fresh banget bunganya!" Lirihnya. Lalu ia membuka secarik kertas dari bunga mawar itu. "Untuk Edelline, semangat terus ya!" Edelline mengerutkan alisnya membaca kalimat yang sedikit itu. Lalu ia melirik ke bawah mencari-cari siapa pengirim dari bunga itu. Tidak ada nama yang tertera disana.
"Secret admirer?" Edelline terkekeh sejenak, "Ada juga ternyata yang ngefans sama gue." Lanjutnya.
Edelline memasang ke-dua sepatunya lalu berjalan meninggalkan Ruang OSIS memegang setangkai mawar sambil menghirup aroma mawar tersebut.
Sesampainya di gerbang sekolah, Edelline menyerngitkan dahinya melihat seseorang anak laki-laki yang sedang fokus menatap layar ponselnya sambil menyederkan tubuhnya di dinding gerbang sekolah. Gayanya sangat cool Edelline mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan siapa lelaki itu.
Edelline berjalan pelan-pelan ke arah laki-laki itu, mengendap-endap. Jantungnya berdegup kencang. "Ssstt.." desisnya.
Laki-laki itu menoleh ke arah Edelline. Edelline diam mematung saat mengetahui siapa laki-laki itu. "Ini beneran elo?"
"Siapa lagi? Emang ada duplikat orang tampan kaya gue?"
Gila ganteng banget. Edelline menjerit dalam hatinya.
"Udah ayo! Gue udah lama tau nunggu lo disini." Laki-laki itu menarik paksa tangan Edelline. "KEEEEEN!!!!"
***
Edelline terbaring di kasur berukuran King Size-nya dengan gulungan rambut yang di balut dengan handuk. Hawa sangat panas membuat Edelline langsung membersihkan dirinya sepulang sekolah tadi. Ia memejamkan matanya
Drrt...Drrt..
You have 1 message
Drrt...Drrt..
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest Happiness
Teen FictionApa rasanya berada di tengah-tengah orang yang menyayangi kita? Bahagia? Sangat. Tetapi terkadang, kebahagiaan itu hilang saat sebuah keegoisan datang mengalahkan perasaan kita. Dan ini cerita tentang Edelline Kinanati & Edelson Keenan. Dua orang ya...