PAGI ini, Ken sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia juga bangun lebih pagi dari biasanya. Sejak pukul 5 pagi, ia sudah siap dengan seragam sekolah, dan sekarang, sudah pukul setengah 7 ia masih berdiri di depan kaca, menata rambutnya serapih mungkin. Sebenarnya, tanpa ia merapihkan rambutnya, Ken tetap tampan dimata anak-anak perempuan seusianya. Aura ketampanannya malah semakin bertambah jika rambutnya acak-acakkan.
"Oke pas!" Ucap Ken.
Diliriknya jam tangan yang sudah melekat indah di tangan laki-laki tersebut. Ken terperanjat saat menyadari bahwa seperempat jam lagi tepat pukul 7, sedangkan bel masuk adalah pukul 07.15. Dan ia sudah berjanji untuk menjemput Edelline.
Ken berlari ke atas nakas, mengambil kunci motor kesayangannya dan berlari ke garasi untuk menuju motornya.
"Kamu gak sarapan sayang?" Teriak Sera, ibunda Ken saat Ken melewati ruang tengah.
"Gak ma! Aku udah telat!" Balasnya.
Sesampainya di garasi, tanpa babibubebo ia langsung menaiki motornya dan melajukan motornya menuju rumah Edelline.
***
Edelline duduk di bangku teras menunggu Ken datang, pagi ini Ken sudah berjanji untuk menjemputnya. Kedua orang tuanya pun sudah sejak tadi mengajak anak semata wayangnya untuk pergi bersama, tetapi Edelline menolaknya dengan alasan 'Ken sudah berjanji.'
Edelline menatap jam tangannya rusuh, "Pukul 7 lewat 5." Desisnya
Ponselnya berbunyi, tertera jelas nama Dea disana. Seketika Edelline jadi mengingat kejadian tadi malam, saat Rere meneleponnya.
Edelline menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengangkat telepon tersebut.
"Hallo?"
"LO DIMANA HEI? UDAH JAM 7 LEWAT 5 BATANG HIDUNG LO BELOM KELIATAN JUGA." Oke, kali ini Dea sangat berlebihan. Berteriak lewat telepon sangat tidak sopan.
"Santai, gue masih di rumah nunggu Ken."
"Santai gimana? 10 menit lagi masuk loh, dan jam pertama kita ulangan sama Ibu Felli, lo gamau kena usir kan?"
Edelline menepuk keningnya, kenapa bisa ia lupa kalau hari ini ulangan Bahasa
Tak lama, suara motor yang sangat familiar berhenti di depan pagar rumahnya. "Gue otw. Bye"
Edelline mematikan sambungan teleponnya. Berlari ke arah Ken.
"Maaf gue tel-
"Sekarang bukan waktunya maaf-maafan. Cepet jalan! Gue ulangan Bahasa sekarang. Pokoknya, lo harus cari cara biar kita bisa nyampe sekolah pas sama bel masuk!"
"Iya-iya."
Ken melajukan Motornya secepat kilat, awalnya Edelline biasa-biasa saja yang ada di fikirannya, guru killer yang datang tepat jam pertama. Tapi setelah 2 menit berlangsung... Edelline teriak-teriak, ia meneriaki, menggerutui nama Ken habis-habisan. Ken tidak menggubris, walaupun kupingnya sudah panas. Yang terpenting diotaknya, hanya bagaimana sampai disekolah dengan tepat.
"Ken pelan-pelan!"
"Ken, gue hampir jatoh."
"Ken itu pertigaan jangan ngebut-ngebut!"
"Ken, gue ngeri."
"KEN IH HAMPIR NABRAK IBU-IBU ITU."
"KEN, AYAM DIDEPAN AWAS!"
"KEN GAK WARAS."
"KEN TULI."
"KEN, GUE MASIH PENGEN NIKAH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest Happiness
Teen FictionApa rasanya berada di tengah-tengah orang yang menyayangi kita? Bahagia? Sangat. Tetapi terkadang, kebahagiaan itu hilang saat sebuah keegoisan datang mengalahkan perasaan kita. Dan ini cerita tentang Edelline Kinanati & Edelson Keenan. Dua orang ya...