MIDNIGHT (Jimin BTS)

2.4K 199 14
                                    

Semua orang berpikir jika hari pertama masuk sekolah adalah hal paling menyenangkan. Bertemu teman baru dan membuat kehidupan baru yang nantinya akan disebut kenangan masa SMA.

Namun tak ada sebutir debu pun yang berbeda bagiku. Entah itu sekolah dasar, menengah pertama, ataupun menengah atas tetaplah sama. Masih saja kejam dan terlalu keras buatku. Aku masih akan tetap di bully di manapun aku berada, dengan orang-orang lama atau pun orang baru, kurasa sama saja. Di mata mereka aku tetaplah kutu buku idiot dan tak menarik. Tak ada satu pun hal menarik di diriku yang akan membuat mereka ingin berteman denganku.

Hidup di panti asuhan membuat aku tak tau yang namanya bersenang-senang di luar, bahkan untuk membaca majalah fashion saja aku tak punya waktu. Sebagai anak tertua di panti asuhan, aku harus mengajari adik-adik di sana dan membantu ibu panti mengurusi mereka.

"Jeon Shiyeon!!" Teriakan itu lagi. Teriakan salah satu gadis dari kelas baruku, yang sangat membenciku.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tak berurusan dengannya. Ia teramat kejam, bahkan jika itu hanya untuk sebuah lelucon. Aku pernah di tampar, disirami lumpur, dan diikat di tiang basket sampai penjaga sekolah menemukanku.

'Mengapa tak kau laporkan saja?'

Aku sudah melakukannya berulang kali. Tapi, pihak sekolah menolak untuk mengurusinya. Mereka bilang aku tak memiliki bukti dan asal menuduh serta menfitnah Yooreum. Seharusnya mereka jujur saja, ketimbang berbohong seperti itu. Aku bukan lagi anak berumur lima tahun yang bisa percaya dengan bualan semacam itu. Aku yakin seribu juta persen jika campur tangan ayah Yooreum sebagai ketua komite sekolah ikut andil dalam kesemena-menaan anaknya.

Bruk

Tubuhku sukses menghantam tumpukan kardus di gudang dekat tangga lantai tiga sekolah yang pengap dan bau.

"Mau kemana kau, hah?! Bukankah sudah aku bilang untuk tak pulang di saat yang lain pulang. Kau harus pulang paling akhir."

Gadis itu tak pernah berhenti mengocehkan hal yang tak masuk akal, tentang pulang paling akhir. Memang apa urusannya?! Aku membenci Yooreum, sangat membencinya. Bahkan mungkin rasa benciku padanya lebih besar dari kebenciannya padaku.

"Karena kau melanggar peraturannya, maka kau harus dihukum. Tidurlah disini!"

Klek

Bunyi suara kunci yang di putar. Aku tak menghiraukan lagi sakit di punggungku, dan langsung berlari kearah pintu. Aku mengetuknya dengan keras, memohon dan meminta tolong. Tapi, yang aku dengar hanya suara tawa Yooreum dan temannya, lalu perlahan menghilang, mengikuti suara jejak kaki mereka yang semakin menjauh.

Hari berganti malam. Terkunci di dalam gudang berkali-kali lipat lebih menyeramkan saat malam hari.

Aku tak bisa menghubungi siapapun untuk dimintai pertolongan, karena aku tak punya satupun teman. Aku bahkan sengaja tak di masukan ke dalam grup chat kelas, tak ada yang menginginkan keberadaanku termasuk orang tuaku.

Aku tak mungkin menelpon panti, karena itu akan semakin menyusahkan ibu panti. Penjaga sekolah? Ini baru minggu kedua aku di sekolah, bagaimana aku bisa punya kontak orang tua itu.

Aku bangkit dari dudukku. Waktunya sudah berakhir untuk pasrah dan putus asa. Siapa yang mau bermalam ditemani tikus dan beralaskan lantai berdebu.

Satu demi satu kardus yang tersusun tinggi, aku panjat dan aku turunkan satu persatu. Mungkin saja ada jendela atau semacamnya di balik tumpukan kardus tersebut.

Sebuah fentilasi kecil memancarkan cahaya yang sangat terang. Aku mengintip ke luar, bulan purnama yang indah menyambutku. Sungguh indah hingga aku terbuai, dan lupa soal malam semakin larut.

BTS ONESHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang