Aldi kembali melihat Dinasta, dan seketika itu juga Dinasta melihat Aldi. Keduanya terdiam. Tidak, hanya mulut mereka yang diam namun mata mereka menyaratkan kata-kata yang tidak dapat diungkapkan oleh lisan. Yang tidak mampu keluar dari hati mereka. Yang hanya mampu bertahan dalam diri dan hati mereka masing-masing. Tidak ada yang tahu maksud makna dari tatapan itu. Aldi tidak mengetahui apa arti dari tatapan Dinasta. Dan Dinasta pun tidak mengetahui apa arti tatapan Aldi. Keduanya hanya saling menatap dan menerka-nerka apa arti terselubung dari tatapan mereka masing-masing.
Sampai tangan Aldi terjulur kepipi Dinasta dan mengusapnya. "Jangan nangis Dinasta." Ucap Aldi. Sambil terus mengusap air yang turun dari pipi Dinasta.
Dinasta salah. Ia berfikir jika menangis diatas hujan-hujan tidak ada yang mengetahuinya. Tidak, dia salah. Aldi mengetahui Dinasta menangis bahkan sebelum Aldi menatap Dinasta. Aldi tau getaran yang ada pada bibir Dinasta saat ia tersenyum, ia tau getaran itu adalah sebuah tangisan yang Dinasta coba sembunyikan dengan senyumannya.
Tulisan yang ditulis oleh penulis baru. Gaya bahasa yang masih terlalu kaku. Gaya bahasa yang masih 'banyak' kesalahan. Typo betebaran dalam tulisan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Quand Il Pleut
Fiksi RemajaAldi mencintai Dinasta. Alfha menyayangi Dinasta. Dan Gensa ingin memiliki Dinasta. Jika kalian pikir cerita ini hanya sebatas friendzone atau cinta menye-menye(?) yang sangat infinity. No. Its not. Too much pain that they've tasted just because...