Hari baru beranjak malam, Biru masih duduk di ruang tamu rumahnya dengan keadaan rumah yang gelap gulita, sepertinya tak ada keinginan sedikitpun untuk anak perempuan berusia 16 tahun itu beranjak menyalakan lampu rumahnya. taman mungil berhiaskan anggrek dan bougenville, yang biasanya terlihat indah dimalam hari, karena terkena pantulan sinar bola lampu taman, malam ini juga tampak suram dan kelam.
"Ru, inget pesen mama ya Ru, kalo mama sampe ga ada Biru harus mau tinggal sama papa."ujar mama lembut, Biru menatap mamanya tak suka
"Mama kenapa ngomong gitu sih, Biru gak mau tinggal sama orang lain.""kamu sayang mama kan Ru, kamu gak akan bikin mama sedih dan khawatir kan Ru ?" tuntut mama dengan suara lembut namun memaksa.
"Biru harus janji sama mama, Biru harus ikut Papa kalau mama gak ada. cuma papa yang Biru punya"
"Biru punya mama punya nenek" kilah Biru mulai geram
"Biru. tolong.." pinta mamanya lagi dengan suara memohon. Biru hanya menatap mamanya kesal tak menjawab dan malah membuang muka tanda tak setuju.Percakapan itu terjadi sebulan yang lalu. Dan Biru masih menganggap bahwa pembicaraan diantara mereka berdua adalah omong kosong. Tapi bagaimanapun omong kosong nya pembicaraan mereka, omong kosong itu adalah permintaan mama terkasihnya.
Dan tidak pernah sekalipun Biru berniat membantah atau melawan perintah dan permintaan mamanya, tidak sekalipun, termasuk permintaan terakhirnya. Tapi Biru juga tidak sudi harus pergi meninggalkan nenek yang sudah tua dan sakit-sakitan di panti jompo sedangkan dia hidup dengan kemewahan di rumah orang yang tersebut sebagai ayahnya.
Mama Biru menderita penyakit jantung bawaan yang diidapnya sejak kecil, dan beberapa tahun belakangan penyakitnya kambuh dan kesehatannya semakin menurun. Sejak Lahir Biru sudah terbiasa hanya bertiga dengan Bunda dan nenek.
Dulu sewaktu kecil Biru tidak mengerti mengapa teman-teman yang lain hidup bersama ayahnya sedang dirinya tidak. tapi kemudian seiring berjalannya waktu Biru mengerti. Papanya bukan hanya milik ia dan mamanya saja. Tapi juga milik seorang wanita dan seorang anak perempuan yang wajahnya mirip Biru.
Mamanya seorang wanita kedua, wanita cantik yang memilih hidup dimadu oleh seorang laki-laki yang dicintainya. Dulu, Biru kecil tidak mengerti mengapa papanya hanya bisa berada di rumah saat hari jumat dan sabtu saja. Biru juga tidak mengerti mengapa mamanya tidak pernah marah, dan karena ketidak mengertiannya Biru pun memilih diam dan tidak banyak menuntut sama seperti mamanya.
Tapi toh Biru remaja yang pada akhirnya mengerti mengapa papanya berlaku seperti itu dan tetap berdiam diri tidak melakukan apapun atau meminta apapun, karena sejak usianya menginjak 12 tahun papanya berhenti mengunjunginya. Biru hanya bisa merasakan kasih sayang ayahnya dari print saldo di buku rekeningnya setiap bulan.
Biru menatap layar ponselnya, membaca kembali Sms yang ia terima satu jam yang lalu.
Receive : +62812345678
Bagaimana Ru, sudah siap ke jakarta? Papa sudah menyiapkan sekolah baru untuk kamu. Kamu tinggal berangkat. Besok papa jemput kamu.
Biru menenggelamkan wajahnya diantara kedua telapak tangannya "Biru kangen mama." Bisik Biru diantara isak tangisnya.
Semenjak kepergian mamanya satu minggu yang lalu baru kali ini Biru merasakan kesepian yang luar biasa, rumah mungil yang ia tempati bersama mama dan neneknya terasa begitu kosong dan sepi. Tak ada lagi ocehan, omelan atau tawa mama.
Neneknya sejak kepergian mamanya lebih banyak mengurung diri di kamarnya.
"kalo bahagia ya tersenyum, tertawa. kalo sedih ya nangis Ru. Mengekspresikan apa yang kamu rasakan itu baik untuk kejiwaanmu." Biru ingat kata-kata mama saat mendapati ia hanya diam dan menggigit bibir kala ia terjatuh dan lututnya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antares
Teen Fiction"Only in the darkness can you see the stars" -martin luther king- Antares Yang Dingin dan Beku, seperti misteri dalam kotak kaca yang tak mampu dipecahkan. Lalu ada seorang Biru, gadis rapuh yang kehilangan satu persatu orang-ora...