Ares menatap mejanya dengan wajah tak suka. mejanya yang sempit semakin tidak bisa ia pergunakan, karena diatasnya sekarang penuh sesak oleh hadiah-hadiah dan surat-surat.
Sejak ia masuk ke sekolah ini 2 tahun yang lalu, setiap valentine atau hari ulang tahunnya tiba mejanya tidak pernah sepi dari hadiah-hadiah dan surat-surat yang ditujukan kepadanya, dan Ares bukannya senang ia justru merasa risih dan jengkel setiap kali menemukan meja sekolahnya sudah seperti gudang santa clause begini.
dengan dingin Ares menyingkirkan semua hadiah serta surat-surat diatas mejanya ke lantai Lalu ia duduk meletakkan tasnya dan menelungkupkan tangannya ke meja melanjutkan kembali tidur paginya.
Cewek-cewek pemilik hadiah yang mengawasi tak jauh dari tempat Ares duduk hanya bisa menelan ludah getir menatap nelangsa hadiah-hadiah dan surat-surat mereka yang dicampakkan begitu saja ke lantai oleh Ares.
Vincent yang baru datang terbengong-bengong melihat lantai disamping bangku miliknya dan Ares bergeletakkan hadiah-hadiah dan surat-surat yang tak terhitung jumlahnya, lalu dipandangnya Ares yang malah tidur dengan damai tanpa terganggu.
"Res.. kado-kado lu nih ngalangin jalan" protes Vincent yang masih ternganga melihat hamparan hadiah di lantai kelasnya.
"buang aja ke tong sampah" jawab Ares dengan mata tertutup
"duileee kebangetan lo, sini buat gue aja kalo gitu kadonya" ujar Vincent
"ambil aja" ujar Ares tak acuh
"dasar manusia tega!" cibir Vincent sambil mencari celah diantara hadiah-hadiah itu agar ia bisa berjalan ke arah bangkunya tanpa menginjak kado-kado Ares.
***
Biru menatap mobil yang dikendarai mang kardi menjauh pergi, gadis bertubuh mungil itu menghela nafas panjang. Ada banyak hal yang membuatnya tiba-tiba berubah, dan itu tentu saja membuatnya merasa aneh.
Biru yang dulu selalu pergi dan pulang sekolah mengendarai sepeda bututnya kini diantar jemput dengan mobil yang bau interior mobilnya membuat kepala Biru nyut-nyutan. Dan Biru tidak suka akan perubahan itu.
Dulu sewaktu di Bandung ia beserta kedua temannya Vira dan Ayu sering diam-diam Meledek alfina temannya yang seorang anak pejabat teras, yang selalu pergi dan pulang diantar supir pribadi dengan mobil mentereng. Dan ironisnya kini fakta berbalik padanya.
Apa yang akan dikatakan Vira dan Ayu jika dia melihat seorang Biru yang anti kemanjaan tiba-tiba sekolah diantar jemput supir? Maka dari itu dengan sehalus mungkin tadi Biru meminta pak kardi untuk pulang duluan walaupun tadi supir papanya yang sudah bekerja belasan itu bersikeras untuk tetap mengantar anak majikannya ini pulang.
Drrrtt..ddrrrtt... Biru menatap layar ponselnya yang bergetar nama papanya terpampang dilayar, Biru mendesah. Biru memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya membiarkannya terus bergetar. Papanya pasti hendak menanyakan kenapa mang kardi pulang sendiri, atau menanyakan sedang dimanakah dia sekarang.
Tes..Tes.. Biru mendongak, langit terlihat gelap tetes demi tetes air hujan mulai turun, Biru setengah berlari memasuki sebuah toko kopi tua yang berada tepat di depan sekolah elitenya. Ini sudah minggu ketiga Biru masuk ke sekolah barunya.
Sejak awal Biru sudah menduga papanya akan memasukkannya ke sekolah yang elite dan mahal. Dan dugaannya tidak meleset begitu ia turun dari mobil di hari pertama ia masuk. Bangunan super besar dan mewah berdiri angkuh seolah menantangnya.
Awalnya ia mulai menyukai sekolah barunya terutama ruang musiknya yang membuat dia seperti memiliki tempat bersembunyi. Tapi kejadian kemarin membuatnya semakin ingin kembali ke Bandung ke sekolah lamanya. Kemarin gadis bernama Renata beserta keempat temannya menyeretnya ke atap sekolah yang sepi dan memaki-maki dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antares
Teen Fiction"Only in the darkness can you see the stars" -martin luther king- Antares Yang Dingin dan Beku, seperti misteri dalam kotak kaca yang tak mampu dipecahkan. Lalu ada seorang Biru, gadis rapuh yang kehilangan satu persatu orang-ora...