Part 3

376 21 0
                                    

'Sweet Bad Dreams'

_________________________

(namakamu) menatap pria sipit itu dengan intens, "Maksud dia kayak gitu apa sih?"

"Dia mau dihukum bareng lo, bodoh."

'Bodoh? Si es bilang gue bodoh? Emangnya dia bakal keliatan pinter karena sifat dinginnya itu?'

"Kenapa lo bisa tau?"

"Dulu gua pernah jadi korbannya. Dia mau dihukum bareng gua, karena semua hukumannya malah gua yang ngerjain."

Gadis itu duduk menghadap Aldi, dan itu adalah kali pertamanya mereka saling menatap. Mata pria itu jauh terlihat lebih bad dibanding Iqbaal, tapi sifat dinginnya tidak membuktikan bahwa dia badboy.

Sedangkan Iqbaal sudah terlihat dari cara dia mendekati perempuan, memutuskan pacarnya, mengenakan seragam seenaknya, mengendarai skateboardnya, dan juga memerintah teman-temannya sesuai keinginannya.

Aldi berdeham, "Terima aja nasib lo, (namakamu)."

"Dia bakal modusin lo abis-abisan kalo seandainya kalian disuruh bersihin kamar mandi. Tapi kalo hukumannya suruh berdiri di tengah lapangan, dia bakal jalan-jalan dan beli minuman dingin terus manas-manasin lo."

(namakamu) memutar matanya dengan malas. Iqbaal benar-benar pria yang puzzled. Ia terdiri dari berpuluh-puluh keping kepribadian yang sama sekali tidak tertebak.

"Kalo seandainya hukumannya lari ngelilingin lapangan gimana?"

Pria itu menatap (namakamu) dengan kernyitan. "Lo liat aja nanti."

Aldi bangkit dari kursinya, dan memasukkan ponselnya ke saku. Tepat pada saat itu beberapa siswa lain masuk dan menatap mereka dengan aneh. Beberapa siswa itu mungkin berprasangka (namakamu) juga ada hubungan khusus dengan Aldi.

Dengan kerennya, pria itu seolah tidak peduli tatapan itu. Ia melipat kedua tangan di depan dada sembari berjalan melewati (namakamu).

Ia berucap dengan lirih sekali, "Semoga lo ga pingsan kalo kecapekan lari, karena lo tau cuma dia yang bakal gendong lo dengan modusnya. Hati-hati aja di deket dia."

Pria itu pun berlalu keluar kelas dengan wajah yang datar, dingin, dan tatapan yang kosong.

(namakamu) menjambak rambutnya sendiri. Baru dua hari bersama Iqbaal di sekolah, rasanya sudah seperti ingin meledak-ledak karena pria itu tidak pernah bisa diam.

Selalu ada cara bagi dia untuk membuat keributan, kesakitan hatian, perkelahian, hukuman, dan apapun itu yang terdengar buruk di telinga (namakamu).

"Seburuk inikah nasib gue ketemu sama Iqbaal si badger boy? Atau masih ada yang jauh lebih buruk?"

Dan telinga gadis itu menangkap suara orang yang berteriak-teriak di luar kelas. Apa yang orang itu teriakkan membuatnya tersenyum puas, berbanding terbalik dengan beberapa siswa lainnya yang langsung keluar kelas dengan khawatir. (namakamu) tahu bahwa ia harus merasa senang karena ia mendengar teriakkan...

"IQBAAL JATOH, GUYS! Bibirnya berdarah!" .

.

"Iqbaal sialan! Gue benci, benci, benci!"

(namakamu) mengumpati Iqbaal terus-menerus. Berkat bibirnya yang sedikit robek dan berdarah, pria itu disuruh beristirahat di ruang UKS.

Lalu apa kabar buku bahasa inggris milik (namakamu)? Buku itu sudah lebih dulu dirobek dan dibuang ke tempat sampah, sebelum Iqbaal tersandung di tangga dan bibirnya membentur ujung tangga yang keras. Itulah karma.

Sweet Bad DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang