Part 7

343 20 0
                                    


'Sweet Bad Dreams'

_________________________

Iqbaal menyenggol pelan tangan (namakamu) yang diletakkan diatas meja, gadis itu terlihat tersentak dari lamunannya. Ia menatap Iqbaal malas, walaupun ada beberapa hal yang sejujurnya ingin ia ucapkan.

Terlebih karena pria itu belum tahu bahwa tadi pagi, dimejanya ada banyak foto bibir dan satu foto besar mereka berciuman. (namakamu) juga ingin menanyakan sebuah hal yang cukup penting. Yaitu, kenapa Iqbaal menyuruh (namakamu) untuk melihatnya berciuman dengan gadis lain?

Tapi jika ia menanyakan hal itu, pasti Iqbaal mengira jika gadis itu cemburu. Lebih baik tidak usah ditanyakan saja, ucap (namakamu) dalam hatinya.

Iqbaal menggeser kursinya menjadi lebih dekat ke arah (namakamu). Ia menghasilkan suara sekecil mungkin agar guru yang sedang mengawasi ulangan itu tidak terganggu.

15 menit terakhir sebelum bel istirahat berbunyi, pria itu sudah berhasil mengerjakan soal ulangannya dengan baik. Maka sekarang ia tidak perlu khawatir untuk mengobrol dengan (namakamu), toh gadis itu juga sudah hampir selesai.

"(namakamu), lo sadar ga sih kalo temen-temen kita pada berubah?"

"Berubah apanya?"

"Tatapan mereka ke arah kita, jadi kayak sinis dan jijik gitu. Lo tau penyebabnya?"

(namakamu) kembali menghadap ke lembar jawabannya. Inilah yang sedari tadi (namakamu) tunggu, yaitu kepekaan Iqbaal terhadap sekitar.

Memang benar, setelah teman-temannya melihat foto ciuman diatas meja itu, mereka terlihat sedikit berubah. Jika ditanya, malah menghindar dan tatapan mereka seperti berbicara 'Tanya aja sama partner ciuman lo'.

Sedari tadi (namakamu) merasakan tatapan seperti itu, bahkan saat Iqbaal menggeser kursinya tadi. Risih akan Iqbaal yang menatapnya sembari meminta jawaban, akhirnya (namakamu) pura-pura mengerjakan soalnya lagi. Belum saatnya gadis itu menjawab pertanyaan Iqbaal.

"Gua tau lo udah selesai ngerjainnya, (namakamu)."

"Gue belum selesai. Gausah sok tau deh lo!" gadis itu mendengus tanpa menatap Iqbaal.

Iqbaal menghela nafas panjang sembari mengangkat tangan kanannya ke atas.

"Bu!" panggilnya.

Guru yang awalnya sedang melihat ke arah lain, kini berpaling pada Iqbaal. Ia tersenyum kecil, "Ya. Ada apa, Iqbaal? Apa kamu sudah selesai?"

Iqbaal mengangguk cepat, membuat guru itu tersenyum lebih lebar. "Kalau begitu silahkan kumpulkan, dan beristirahat diluar." Ucapnya.

Lagi-lagi Iqbaal mengangguk, tapi ia tidak segera maju ke depan. Beberapa pasang mata menatapnya dengan jengkel, terutama saat ia membisikkan sesuatu di telinga (namakamu). Mereka memang tidak mendengarnya, tapi (namakamu) jelas mendengarnya.

Aldi yang duduk dibelakangnya juga mendengar meski samar, pria itu hanya menghela nafas saat menatap Iqbaal yang mendapat tatapan mengerikan dari (namakamu).

"Pokoknya, lo harus udah ada diluar kelas sebelum 17 detik setelah gua keluar." Begitulah bisikkan Iqbaal yang tadi sempat didengar Aldi.

Pria itu pun mulai berjalan ke arah meja guru sembari memegang lembar jawabannya. Ia berbincang sebentar dengan sang guru, lalu guru itu menepuk pundaknya dengan senyuman bangga. Pasti karena pria itu adalah siswa pertama yang mengumpulkan lembar jawaban. Lalu Iqbaal terlihat pamit keluar, setelah sebelumnya ia mengedipkan mata ke arah (namakamu).

Aldi jadi penasaran dengan maksud bisikkan Iqbaal. Kebetulan juga ia sudah selesai mengerjakan ulangannya. Entah kenapa apapun yang berhubungan dengan (namakamu) dan Iqbaal, selalu membuatnya jadi penasaran.

Sweet Bad DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang