Part 14

323 20 0
                                    


'Sweet Bad Dreams'

___________________________

"(NamaKamu) gue mau bicara sama lo penting."  Iqbaal beralih duduk disamping (Namakamu)

"Gue rasa, gue mulai suka sama lo (Namakamu). mungkin steffi belum mau menerima lo sebagai pacar gue, tapi kita bisa sama-sama ngeyakinin steffi, lo mau kan?" Iqbaal menghela nafas sejenak, menunggu jawaban (Namakamu)

"Oh yaa baal, kemarin gue ketemu kakaknya Aldi, dia nyomblangin gue sama aldi loh! Gue rasa gue harus lebih deket Aldi." Sahut (NamaKamu) dengan nada bicara kegirangan.

"apa lo tau rasanya ketika lo baru aja mau bilang lo bener-bener cinta sama seseorang, tapi dia malah cerita ke kita kalo dia mau ngedeketin orang lain?"

"Itu sakit, (namakamu). S-A-K-I-T B-A-N-G-E-T."

Iqbaal mengepalkan tangan dan menekannya ke meja kuat-kuat. Ia tidak mau menatap (namakamu) lagi, ia baru merasakan yang namanya sakit hati.

Apa yang Steffi bilang adalah benar, sakit hati benar-benar membuatnya merasa tersakiti. Ia ingin marah pada dirinya sendiri yang terlambat menyadari sekaligus menyatakan perasaannya pada (namakamu).

(namakamu) menyentuh pundak Iqbaal dengan lembut, tapi pria itu langsung menepisnya dengan kasar. Gadis itu tertegun, baru kali ini ia mendapat tolakan dari Iqbaal. Biasanya pria itu akan diam saja atau malah menggodanya jika (namakamu) menyentuh tubuhnya. Tapi kali ini, bahkan semua perkataannya pagi ini, terasa sangat berbeda.

"Baal, ga biasanya lo kayak gini. Lo lagi bercanda kan?"

Iqbaal mengalihkan pandangannya semakin ke kiri, sama sekali tidak berniat untuk menatap wajah gadis itu lagi. Iqbaal benci wajah (namakamu) yang kadang terlalu polos, yang tidak peka dengan perasaannya.

"Bercanda ya?" ucap pria itu sembari berdiri.

Ia tetap berusaha untuk tidak menoleh, "Terus aja lo anggep apa yang gua ucapin itu bercanda!"

"Terus aja lo anggep kalo perasaan gua cuma main-main! Terus aja lo anggep semua ini cuma lelucon, sampe lo sadar kalo... gua lagi nyoba ngungkapin kalo gua bener-bener cinta lo, (namakamu)."

Iqbaal menghela nafasnya kasar, "Gua pergi."

Belum sempat (namakamu) mencerna semua ucapan Iqbaal, pria itu sudah berlari cepat keluar kelas. Semua pasang mata menatap punggung pria itu dengan penuh tanda tanya, termasuk (namakamu). Pria itu sedang tidak baik-baik saja, dan (namakamu) juga merasakan hal yang sama.

Apa yang harus gadis itu lakukan? Mengejarnya lalu menanyakan sebenarnya apa yang sedang terjadi? Bukankah itu hanya membuat perasaan Iqbaal semakin tidak karuan?

Ah, (namakamu) tahu persis apa yang Iqbaal rasakan kepadanya. Ia hanya menyangkalnya jauh-jauh, ia tidak mau terkena masalah lagi dengan Steffi. Dan ia juga sudah terlanjur menyanggupi untuk membuat Aldi kembali ramah seperti dulu.

Mereka berdua terlambat menyadari semuanya. Kalau saja dari awal tidak ada yang berpikiran untuk membuat siapa yang bertekuk lutut pada siapa, pasti perasaan ini akan berjalan mulus.

Kalau saja dari awal Steffi tidak ikut campur diantara keduanya, mungkin (namakamu) dan Iqbaal tidak akan pernah berpura-pura pacaran. Mungkin mereka sudah berpacaran sungguhan dari awal mereka duduk bersama.

(namakamu) tidak mau peduli lagi dengan apa yang dirinya rasakan. Ia tidak mau mencintai Iqbaal terlalu jauh, ia sudah bilang bahwa ia takut akan waktu dan dunia. Cepat atau lambat, Iqbaal pasti sudah mendapatkan gadis lain untuk dicintainya. Hubungan pacaran pura-pura mereka akan berakhir, semua masalah ini akan berakhir.

Sweet Bad DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang