11. Love ?

1.8K 147 21
                                    

Happy Reading

Hope you enjoy
Makin gajeew :v

Chapter 11

Berita tentang aksi heroik Digo telah menyebar seantero sekolah. Banyak yang tak percaya akan berita itu namun karena banyaknya saksi menguatkan berita itu. Sisi yang seakan seperti semut yang tak terlihat kini mulai dilirik murid-murid yang penasaran pada dirinya.

Seperti saat ini disepanjang ia melangkah siswa-siswi seperti tengah menatapnya, memerhatikan gerak-geriknya dan membuatnya tak nyaman dengan situasi seperti itu.

Tapi ia mencoba menguatkan diri ia yakin hal itu tidak akan bertahan lama. Sesuatu yang didapat dengan tiba-tiba maka akan cepat pula menghilangnya. Popularitasnya saat ini hanya sementara dan ia yakin orang-orang akan dengan cepat melupakannya.

"Cie yang sekarang dibelain Digo. Bukannya digo itu benci banget sama lo?" tanya teman sekelasnya yang mulai sering ia dengar.

Ia sendiri pun tidak mengerti dengan pemikiran Digo. Tapi sejak dulu ia tau Digo itu baik dan ia yakin ada sesuatu hal yang membuat Digo begitu membencinya namun ia sendiri tidak tahu apa alasannya? Hidupnya saat ini sudah cukup rumit dan ia tak terlalu memikirkan orang-orang yang membencinya. Terkadang ia harus berpura-pura tuli, jika semua cacian dan hinaan dia dengarkan ia tak yakin masih bisa bertahan sampai saat ini.

"Saya nggak tau, mungkin Tuhan sudah membukakan hatinya untuk melihat kebenaran" jawab Sisi optimis.

"Alah, gaya lo sok banget jadi orang. Di mata kita lo itu sama aja cuma parasit yang nempel di kelas ini" sinis siswi lainnya.

"Saya nggak peduli apa pendapat kalian, saya merasa saya nggak pernah merugikan kelas ini kok" balas Sisi tak takut. Entah kenapa dari sekian bullyan yang ia terima, ia bisa bangkit dan berdiri tegak setelah kemarin Digo menolongnya.

"Lo sekarang mulai berani ya, jangan mentang-mentang lo dibelain Digo, terus sekarang lo bisa ngelawan kita kita" sahut yang lainnya.

"Saya nggak mau punya musuh, sebenernya apa salah saya sama kalian?" Sisi mulai berkaca-kaca.

"Lo itu miskin dan gak pantes sekolah disini" sahut gadis lain sadis.
"Apa orang miskin gak berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang kaya? Apa pendidikan itu memandang strata sosial? Orang miskin seperti saya pun punya mimpi dan cita-cita yang dengan bersekolah tinggilah saya bisa menggapai impian saya." Ia mengusap air matanya yang mulai menetes.

Tak ingin orang lain tau ia menangis, ia pun segera keluar dari kelas. Ia berjalan dengan langkah tergesa-gesa kearah halaman dan duduk sendiri dikursi putih panjang. Tiba-tiba ia merasa seseorang menghampirinya. Memberikan sapu tangan putih miliknya.

Sisi menatap lama sapu tangan di hadapannya kemudian mendongak melihat seseorang yang memberinya sapu tangan. "Musa?"
Sisi menerima sapu tangan itu dan segera menghapus air matanya.

"Gue boleh duduk di sinikan?" tanya Musa. Sisi hanya mengangguk mengiyakan.

"Lo kenapa nangis bukannya Digo udah gak ngebully lo lagi?" tanya Musa heran karena iapun telah mendengar gosip yang beredar. "Aku nggak pa-pa kok, ini bukan gara-gara Digo" sahut Sisi dengan suara agak serak sehabis menangis.

"Oh syukur deh kalo gitu gue pikir Digo jahatin lo lagi" balas Musa memandang lurus kedepan.

"Nggak kok" jawab Sisi tersenyum simpul memandang penuh kekaguman lelaki disampingnya. Lelaki pelindung yang selalu datang saat ia butuhkan terkecuali waktu itu.

"Kamu kok disini bukannya masih jam pelajaran?" tanya Sisi berhati-hati. "Lo sendiri kok disini terus tadi nangis-nangis lagi?" tanya Musa balik.

"Yee aku nanya masa kamu balik nanya sih, kalo aku kebetulan gurunya gak masuk cuma ada tugas" jawab Sisi santai.

Becauase You Loved MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang