14. Gengsi Tapi Cinta

1.6K 159 12
                                    

Kupersembahkan untuk yang nunggu cerita gaje ini :)

Happy Reading

Hope You enjoy





Chapter 14



Setelah selesai di obati Digo masih berdiam di rumah mungil gadis itu. Ia menelisik sekeliling ruangan kecil yang terlihat sangat sederhana, hanya ada kursi tua lapuk yang saat ini ia duduki tv berukuran 14 inch yang bertengger di hadapannya. Kondisi rumah yang benar-benar memprihatinkan namun gadis itu seakan tak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada. Padahal menurut informan suruhannya Sisi itu dulunya anak orang kaya namun kemudian orang tuanya bangkrut, papanya lumpuh karena kecelakaan dan mama Sisi yang meninggalkan Sisi dan papanya begitu saja. Benar-benar ibu yang kejam. Mengingat wanita itu, wajahnya mengeras, merasa benci pada wanita yang menjadi simpanan papanya.

Sisi tak tahu harus bagaimana menyikapi Digo. Ini sudah larut malam namun sepertinya tak ada niat dari pemuda itu untuk segera beranjak. Ia takut untuk mengusir Digo.

"Lo tinggal sama siapa di sini?" tanya Digo basa-basi.

"Sama papa"
"Ibu lo ?" Digo mulai memancing.

Wajah Sisi yang ayu berubah muram dan sayu. Seakan sebuah luka kembali menganga.
"Mamaku nggak ada" jawabnya lirih.

"Meninggal?" tanya Digo lagi.

Sisi menggeleng lirih, air matanya mengalir begitu saja, tak dapat lagi ditahannya. Mengingat mamanya yang meninggalkannya begitu saja.
"Mamaku pergi ninggalin aku sama papa karena papa udah nggak punya apa-apa lagi" nadanya sedikit meninggi, marah sekaligus sedih.

"Sorry, gue nggak bermaksud" sesal Digo, tak tega melihat kesedihan gadis itu. Perlahan nalurinya menuntun ibu jarinya menghapus cairan bening itu. Sisi balas menatap tatapan penyesalan itu.
"Nggak pa-pa kok" jawabnya sendu mengalihkan pandangannya ke samping.
Digo menatap intens gadis itu. Tatapannya menandakan penyesalan. Penyesalannya karena membenci gadis itu tanpa tau kenyataan yang sebenarnya.

"Maafin gue yang selama ini berlaku kurang baik sama lo. Lo maukan maafin gue?"

Sisi menatap lurus manik tajam itu. Ia dapat melihat kejujuran dan ketulusan dalam mata elangnya. Perasaan hangat tiba-tiba menyelimutinya. Namun ia menepis perasaan itu.
"Kenapa kamu tiba-tiba berubah?" tanyanya heran.

"Karena gue sadar apa yang gue lakuin selama ini salah, gue ngelampiasin amarah gue sama orang-orang yang nggak bersalah dan gue menyesal"

Dengan tatapan sayunya, ia menatap intens manik itu. Manik mata pria yang sering memperlakukannya semena-mena kini telah berubah. Ia yakin, sebenarnya Digo itu orang yang baik.
"Aku tau kamu itu sebenernya baik cuma aja ada sekat yang ngebuat kamu kelihatan kejam dan menenggelamkan sisi baik kamu"

Digo terkekeh kecil. "Semua orang itu pasti punya sisi baik dan sisi buruknya. Tapi kebanyakan nggak semua orang mau nunjukin sisi jahatnya, tapi gue mungkin salah satu orang yang mau nunjukin sisi buruk gue" Digo menimpali.
Sisi mengangguk mengerti.

"Jadi, lo mau maafin gue atau nggak?"

Sisi mengukir senyum tulusnya sembari mengangguk-anggukan kepalanya yakin.
"Tuhan aja Maha Pemaaf masa aku nggak mau maafin, lagipula aku udah maafin kamu dari dulu"

Digo mengulas senyum lega.

~•~

Yudha dan Keisha bagai dua orang yang tak saling mengenal mereka berinteraksi hanya jika ada keperluan saja. Yudha yang masih kesal dengan sikap jutek gadis itu padanya. Ia berharap gadis itu mau meminta maaf tapi harapannya hanya angan-angan belaka yang tak mungkin terwujud pasalnya saat ia mendiamkan gadis itu, gadis itu tampak acuh dan tak peduli dan serta merta ikut mendiamkannya. Di satu ia merasa masih marah namun di sisi lain ia rindu dengan sikap jutek dan mulut pedas gadis itu.

Becauase You Loved MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang