10

308 36 16
                                    

Sinar mentari pagi menerobos masuk menghampiri bola mataku melewati celah-celah kecil di antara bulu mataku. Aku mencoba memulihkan kesadaranku dari tidur beserta mimpi buruk di dalamnya.

Aku menatap setiap sudut ruangan ini, kudapati gordeng jendela kamar sudah terbuka, dan juga pintu kamar yang terbuka sedikit.

Rupanya Susan telah bangun lebih awal dariku. Bisa kupastikan bahwa dia tidak bisa tidur dengan nyenyak saat dia belum mengetahui keberadaan serta kondisi Jane.

Dengan mengumpulkan kesadaran dan tenagaku, aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Secara perlahan aku menyibakan sehelai kain tebal yang menutupi tubuhku.

Kepalaku sakit dan pusing sekali sekali, seperti orang yang baru turun dari permainan komidi putar dengan kecepatan yang tidak biasa. Tetapi hal itu tidak mengurungkan niatku untuk mencoba berdiri tegak untuk menemui Susan dan yang lainnya.

Perlahan tapi pasti aku mulai melangkah keluar dari kamarku. Sesekali aku menoleh ke arah cermin yang menempel di meja riasku. Betapa merindingnya aku saat mendapati bayanganku sediri di cermin begitu sangat menyeramkan. Mata yang sembab, rambut yang gimbal serta tubuh yang lemah dibalut oleh sepasang piama lusuh.

Aku mencoba bersikap acuh pada penampilanku sekarang karena penampilan tidaklah lebih penting dari Jane.

"Apa sudah ada kabar tentang Jane?" tanyaku pada ketiga orang dewasa yang berada di dapur.

"Emely duduklah! Aku akan membuatkan sarapan untukmu." Susan bergerak membawaku duduk di kursi kosong meja makan.

"Aku dan Ousept akan melapor ke kantor polisi setelah selesai sarapan." James menjawab pertanyaanku tanpa menoleh ke arahku.

"Makanlah ini!" Perintah Susan kepadaku sambil membawa piring berisikan pancake.

Entah kapan terakhir kali aku makan, yang pasti aku sudah lama tidak makan dan hanya minum air bening saja. Tetapi anehnya aku sama sekali tidak merasa lapar, aku hanya merasa sedikit lemas.

Aku membuang muka dari Susan dan menggelengkan kepalaku. Aku benar-benar tidak memiliki selera untuk makan.

"Ayolah Em, kau harus makan. Tubuhmu membutuhkan tenaga dan asupan nutrisi." dia membujukku.

"Aku tidak mau, aku tidak lapar." Balasku ketus.

"Makanlah sebelum cacing di perutmu menggerogoti ususmu." Kali ini James yang menyuruhku. Dia menatapku tajam seakan-akan dia akan menyiksaku jika aku tidak menurutinya.

Dengan penuh keterpaksaan aku mulai memasukan sedikit demi sedikit pancake ke dalan mulutku dan mengunyahnya. Mau tidak mau aku menuruti perintah James, karena aku sedikit takut padanya. Aku tidak mau acara sarapan pagi yang akan di lanjutkan dengan usaha pencarian Jane akan berakhir di meja makan ini karena dia menyumpalkan pancake ke dalam mulutku dengan paksa. Aku tidak tau kapan kemungkinan pisikopat James akan kembali, jadi aku tidak mau mengambil resiko.

"Kau sudah selesai bung? Jika benar mari kita berangkat." Ajakan James yang ditujukan pada Ousept.

"Sudah, ayo!" Jawab Ousept.

Mereka berdua berjalan menjauh dari dapur, sedangkan aku masih diam membisu sambil mengunyah pancake buatan Susan dengan penuh keterpaksaan. Tapi bukan berarti masakan Susan tidak enak, masakan Susan tentu sangat enak dia memang pandai memasak tapi entah kenapa aku sangat tidak bergairah untuk menikmati makanan apapun saat ini.

"Emely cepat habiskan makanmu! Kita harus mempersiapkan semuanya." Susan terus saja menggerutu sambil membereskan dapur.

"Mempersiapkan apa?" tanyaku bingung tak mengerti.

Cambuk IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang