9

281 53 39
                                    

Aku kehilangan arah. Aku tidak tau lagi kemana harus mencarinya. Aku sudah mencari ke setiap sudut komplek namun tidak ada. Aku mencari keterangan pada satpam komplek tapi satpam bilang bahwa dia melihat Jane sudah pulang sekolah. Dan satpam tidak lagi melihat Jane.

Aku meminta petugas keamanan komplek untuk memperlihatkan sisiTV komplek agar aku bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Jane.

Namun nasib baik tidak berpihak padaku, semua sisiTv komplek mati dikarenakan terjadinya konsleting arus listrik pada saat terjadinya badai besar tadi siang.

***

Aku benar-benar tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan.

Aku duduk sendirian di tepi ranjangku. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menangis dan berdoa berharap Jane dalam keadaan baik-baik saja dan bisa cepat kembali.

Pikiran buruk selalu menghantuiku. Bagaimana jika Jane di culik? Lalu bagaimana jika dia disetubuhi oleh para bajingan cabul dan bagaimana jika Jane dibunuh dan mayatnya di buang ke sungai setelah di bungkus oleh karung beras.

Aku tidak kuasa menbayangkan hal itu semua. Pemerkosaan dan pembunuhan terhadap remaja yang sering aku dengar beritanya sedang marak di televisi maupun radio. Aku sangat tidak ingin terjadi apapun pada anakku.

Tubuhku sangat lemas setelah mencarinya dan tidak mendapat hasil yang baik. Penampilanku sangat buruk sekali. Mataku sembab akibat air mata yang yang tak henti mengalir sejak kemarin, rambutku gimbal dan berantankan. Aku benar-benar hilang arah.

Aku mencoba menghubungi James berharap jika Jane ada bersamanya dan dalam kondisi yang baik.

Tapi, kenyataannya tidak begitu. James tidak mengetahui keberadaan Jane. Dia juga panik saat mendengar kabar Jane yang hilang. Dia membentakku berkali-kali di telepon tapi aku tidak meresponnya. Dan sekarang dia sedang dalam perjalanan kerumahku.

Menghubungi Susan tetanggaku yang dulu mungkin hal yang dapat membantu untuk menemukan Jane.

"Halo. Susan ini aku Emely." Aku mencoba menguatkan suaraku saat menghubunginya. Berharap agar dia dapat mendengar dengan jelas ucapanku walaupun aku sedang tersedu-sedu.

"Ya Emely aku Susan. Mengapa kau baru menghubungiku sekarang? Kau tau betapa aku sangat merindukanmu." Suaranya riang tanpa beban. Aku tidak tau harus memulai dari mana pembicaraannya. Aku seperti tidak sanggup menceritakan semuanya pada Susan. Terlalu menyakitkan bagiku untuk menceritakannya.

"Aku minta maaf karena baru menghubungimu sekarang." Suaraku masih bercampur tangis.

"Emely kau baik-baik saja? Kau seperti yang sedang menangis. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Balasnya yang nampak seperti penuh penasaran. Aku benar-benar tidak tau bagaiman cara mengatakannya. Suara tangisanku semakin menguat. "Emely jawab aku! Apa ada hal buruk yang terjadi?"

"Susan...!"

"Iya. Ayo katakan padaku apa yang terjadi Emely!"

"Jane menghilang." balasku di telepon.

Dan saat itu juga aku mendengar suara benda yang terjatuh dari sebrang telepon. Mungkin Susan menjatuhkan sebuah benda di dekatnya karena terkejut.

"Susan, kau masih mendengarku kan?" Aku memastikannya.

"Mengapa bisa Jane menghilang? Kemana dia menghilang?" Aku bisa mendengar suara Susan yang mulai berdampingan dengan tangisannya serta kepanikan di sebrang telepon. "Apa yang terjadi Emely?" dia terus saja bertanya dan tangisannya semakin kuat.

"Aku sulit menjelaskannya." Suara tangis kami saling bersahutan di telepon.

"Jika terjadi sesuatu pada anakku kau harus bertanggung jawab atas itu semua Emely." ancam nya di telepon. Dia benar, akulah yang bertanggung jawab atas hilanggnya Jane, kendati hanya aku yang mengurusnya dan aku yang tinggal bersamanya.

Cambuk IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang