5

467 147 22
                                    

Aku sangat lelah setelah seharian bekerja di kantor. Aku juga merasa mataku sayu karena seharian ini di kantor aku menatap layar komputer selama delapan jam.

Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu ditemani Jane yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya.

"Bagaimana dengan sekolahmu tadi?" aku angkat bicara untuk memecahkan keheningan.

"Menyenangkan seperti biasa. Hanya saja si tua bangka itu memberikan tugas yang banyak untuk besok." seperti biasa Jane selalu memanggil nama orang seenaknya. Dia sulit sekali untuk bicara sopan pada orang-orang sekitar.

"Jane-"

"Ibu apa salahku? Dia memang sudah tua dan dia juga sudah pikun. Aku bisa mencium aroma bau tanah dari tubuh keriputnya."

"Jaga bicaramu. Dia itu wali kelasmu Jane. Tidak seharusnya kau bicara seperti itu."

"Ya,,ya, terserah ibu saja." dia memalinkan wajahnya dariku dan menutup telinganya dengan headsheatnya. Dia sangat sulit untuk di beri nasihat baik.

Kami masih berada dalam keheningan. Jane asik dengan tugas dan musiknya, dia belum bicara padaku lagi sepatah katapun dan aku juga belum ingin memulai pembicaraan padanya. aku masih bersandar di sofa dan menikmati kelelahanku. Dan tiba-tiba bel rumah berbunyi dua kali.

Aku bangkit untuk berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu. Dan yang datang adalah... Ya tuhan mau apa dia kemari. Seorang wanita menggunakan kaos tipis dan ketat serta celana pendeknya. Rambutnya masih basah seperti baru saja selsai mandi. Mengapa si jalang ini datang kemari.

Seketika aku saling berpandangan dengan Jane seolah memberikan isyarat saling tidak mengetahui maksud si jalang datang kesini.

"Hei kau! jangan melamun saja" si jalang angkat bicara.

"Ya, ada apa kau kesini?" jawabku dingin

"Aku ingin meminjam lips stick mu" hah? Apa dia sudah gila? Kita belum saling mengenal bahkan aku baru melihatnya dua kali dari jarak yang cukup jauh, tapi dia sudah berani datang kerumahku untuk meminjam lips stick miliku. Berani-beraninya dia melakukan hal seperti ini. Apa yang ada di pikirannya? Apa dia juga orang yang bodoh seperti Dian? Ya ampun, mengapa aku di kelilingi oleh orang-orang tolol.

"Mengapa kau datang tiba-tiba untuk meminjam lips stick?" jawabku masih penasaran

"Oh ya, aku lupa mengajakmu untuk berkenalan. Perkenalkan namaku Elisya, umurku tiga puluh satu tahun, dan aku tinggal di rosse enam. Lalu siapa namamu nona?"

"Aku Emely"

"Dan kurasa sudah cukup untuk berkenalannya dan sekarang mana lips stick mu. Aku akan mengembalikannya besok pagi." jawabnya dengan nada dingin, dia seolah-olah bicara dengan orang yang sudah lama dia kenal.

"Mengapa kau ingin meminjam lips stickku? Kurasa seriap wanita memiliki lips stick sendiri."

"Beberapa lips stick milikku hilang entah kemana dan aku hanya tinggal memiliki beberapa lips stick yang warnanya tidak baik untuk ku pakai. Jadi aku putuskan untuk meminjam milikmu." dia bicara dengan jelas padaku walau temponya sedikit cepat. "Kurasa si tolol itu sudah memberi taumu, tentang siapa aku dan apa pekerjaanku di cafe kemarin, bukan begitu Em? Jadi kurasa kau sudah mengerti betapa pentingnya lips stick untuk pekerjaanku, dan nanti malam tamuku akan datang." lanjutnya dan aku mengerti 'wanita tolol' yang dia maksud adalah Dian, aku juga tau maksud 'tamu' yang akan datang nanti malam ke rumahnya."Emely berhentilah mematung disitu dan cepat ambilkan lips stick untukku!" lanjutnya lagi sepertinya dia mulai kesal, biarkan saja aku tidak peduli.

Aku berjalan menuju kamarku dan mengambil dua buah lips stick yang bisa Elisya pakai. Aku tidak tau mengapa aku menurut saat dia menyuruhku untuk mengambilkan lips stick untuknya. Aku hanya ingin dia pergi dari rumahku, aku tidak ingin jalang itu berlama-lama di rumahku.

Cambuk IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang