[KEVYN DAN KENNEDY]
Hari berikutnya.
Selasa pagi.
Dan Lorna Minnelli sudah duduk dengan nyaman di jok belakang dengan bantal kesayangannya yang sudah ia peluk erat-erat. Selasa pagi yang masih terlalu pagi.
Takut macet, kata Papa. Makanya mereka berangkat sepagi ini. Pukul 2 pagi lebih tepatnya.
Lorna memejamkan matanya. Masih mengantuk.
Ah iya, dia benar-benar datang ke rumah sebelah kemarin sore. Duduk berhadapan dengan Nenek yang sering mengomelinya. Tapi mungkin hari itu dia tidak segalak biasanya. Lorna salim dan dengan semua tingkah sopannya dia meminta maaf. Lorna akan pergi jauh, tapi dia tetap akan kembali ke rumah itu. Tapi tetap saja, dia-harus-sopan.
Mobil itu terus melaju melewati lengangnya jalanan kota dalam cahaya remang subuh. Anginnya bahkan masih sangat dingin. Lorna memeluk tubuhnya sendiri, dan jatuh tidur selama perjalanan jauh itu.
Meninggalkan rumahnya sementara.
Ke sebuah kota yang cukup jauh.
Dan asing.
Dua bulan, tenang, hanya dua bulan saja tanpa celotehan Lusy yang menggemaskan. Dia pasti akan merindukan sahabatnya itu.
Dua bulan saja, belajar sendirian di rumah. Oke.
60 hari saja..
***
"Sayang, bangun, bentar lagi kita sampai."
Suara Mama membangunkan Lorna. Matanya menyipit seketika saat cahaya matahari menerobos jendela kaca mobil.
Satu hal yang pasti; Lorna menggeliat.
Cewek itu mengerjapkan matanya beberapa kali, menunggu sampai kantuknya hilang sepenuhnya. Lalu dia menegakkan duduknya, menurunkan kaca mobil yang segera disambut oleh masuknya angin segar saat itu. Menerpa wajahnya dan membuat rambut hitamnya berterbangan kecil.
Lorna tersenyum senang. Kota ini menyambutnya dengan baik. Lorna tahu itu.
Jalanan yang asing, bangunan-bangunan tua yang asing sekaligus menarik. Para pejalan kaki, dan apapun itu termasuk bak sampah yang mematung dipinggir jalan sangat menarik bagi Lorna.
Dan mungkin masih ada hal yang lebih menarik dari semua itu.
Jam 8 pagi. Sebentar lagi kehidupan 60 harinya Lorna akan dimulai...
Mobil itu memasuki halaman yang luas. Diparkir sempurna oleh Papanya Lorna.
"Yipi! Sampai juga akhirnya!" Teriak Lorna girang tanpa sadar.
Dia tidak segera turun. Tapi duduk dulu memperbaiki tatanan poninya. Wajahnya memang tidak dipoles make up sama sekali, hanya sedikit bedak bayi.
Lorna keluar dari mobil itu diikuti suara pintu mobil yang tertutup.
Dan yang tidak diketahui keluarga itu adalah; sepasang mata milik Kevyn memperhatikan mereka.
Who's Kevyn?
***
"Itu tetangga baru kita?"
Kevyn bertanya pada seseorang yang duduk disebelahnya.
Mobil melaju, keluar dari pekarangan rumah mereka sementara mata Kevyn masih lengket pada pemandangan baru itu.
Sampai kemudian ia tidak bisa melihatnya lagi.
Namanya Kevyn Austin. Orang rumah, saudaranya, teman-temannya, dan semua yang mengenalnya biasa memanggilnya Kevyn. Atau kalau dipersingkat lagi, Vyn. Cowok itu bisa membuat banyak cewek meleleh hanya karena tatapannya. Karena kata 'ganteng' pun masih kurang untuknya. Sikapnya yang begitu lembut pada orang--khususnya cewek-- membuatnya bisa dikatakan seseorang yang sempurna.
Yah. Kevyn yang sempurna dalam hal apapun.
Dan semua cewek menyukainya.
Sementara cowok yang sedang duduk disebelahnya, Kennedy Aucoin, sama sekali tidak menoleh pada Kevyn.
"Yakali. Mana gue tau." Katanya acuh.
Kennedy Aucoin. Call him Ken. Itu sih yang biasa dikatakan Kevyn kalau sedang memperkenalkan saudaranya pada orang lain. Berbeda dengan Kevyn yang manis, Ken ini bisa dibilang pahit.
Enggak, Kennedy juga punya karisma yang tinggi untuk cowok SMA seumurannya. Garis wajahnya tegas, sama tegasnya dengan Kevyn, hanya saja jarang senyum. Ganteng? Oh jangan tanya, kalau Kevyn ganteng, berarti Kennedy juga ganteng.
Karena mereka kembar.
Wajah yang sama, tapi enggak semua tentang mereka sama.
Mereka kadang juga bisa berbeda di momen tertentu. You must know it.
"Anaknya cewek, Ken. Ponian, unyu." Ujar Kevyn yang sudah memutar badannya dan duduk dengan nyaman.
"Terus?"
Mendengar jawaban Ken yang hanya lima huruf itu, Kevyn terkekeh.
"Gapapa. Kali aja kita suka." Kevyn masih tersenyum, merasa Ken segera melemparinya tatapan mematikan, ia membuang muka.
"Kita? Lo aja sana. Belum apa-apa udah suka." Gerutu Ken.
Hening.
Supir pribadi mereka mengamati dari kaca kecil itu, tersenyum geli mendengar perdebatan dua orang kembar ganteng.
Hening.
Masih hening.
Dan mereka pun sampai di sekolah. Keduanya turun dari pintu berbeda. Kennedy yang membuka pintu belakang sebelah kiri, dan Kevyn yang sebelah kanan.
Dan seperti itulah pemandangan setiap pagi. Sepasang cowok kembar ganteng yang menarik perhatian sekitarnya.
Ingat, Kevyn yang ramah dan Kennedy yang selalu bertampang datar.
Vyn yang manis. Ken yang pahit. Seperti cokelat, saling melengkapi.
Apalah-apalah. Pokoknya cowok kembar itu selalu sukses bikin mata cewek-cewek tergerak buat menatap mereka.
Cewek mana yang enggak noleh kalau ada cogan kembar di sekolahnya?
Damn. Begitulah cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Chocolate | ✔
Teen FictionIni bukan sebuah buku resep tentang brownies cokelat, cheesecake, banana bread, muffin, dunkin donuts, serta pudding blueberry. Ini kisah tentang; Lorna Minneli, cewek periang yang tiba-tiba saja dipertemukan dengan dua cowok yang hebatnya dalam beb...