DC[L]-- 15

102 11 3
                                    


[ MAKAN SIANG BERTIGA ]


Pukul setengah satu malam.

Syukur, jam dinding segi empat berwarna cream itu masih diberkati Dewi Fortuna dan masih berfungsi dengan baik. Jam dinding masa kecil yang panjang umurnya hingga kini.

Maaf, tapi Ken sangat bangga dengan benda itu.

Diluar masih hujan. Dan itu cukup mengganggunya. Bukannya Lorna tidak suka hujan?

Kennedy pun turun dari ranjang. Dia menguap, berjalan ke arah pintu.

"Lho, kok engga tidur Lorn?"

Kennedy melirik ke kamar sebelah. Kevyn baru saja keluar dari kamarnya dan menghampiri Lorna yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Sejenak Ken berpikir akan lebih baik kalau dia tetap di ambang pintu dan mendengarkan saja.

Cewek itu menoleh. "Insomnia." Jawabnya singkat. Lorna memeluk tubuhnya sendiri.

Dingin, tentu saja. Tapi mantel tebal yang ia kenakan pasti cukup membantu untuk menghangatkan tubuhnya.

Kevyn duduk disebelah Lorna. Kennedy yang melihat itu tidak habis pikir, apa ini sebuah naluri sepasang kembar? Mereka secara kebetulan--atau mungkin juga tidak-- bangun ditengah malam karena sesuatu yang mengusik tidur mereka.

Dan selalu Kevyn yang satu langkah lebih cepat.

Tunggu, gue gak cemburu. Sama sekali enggak. Kennedy menggeleng berkali-kali.

Kevyn ber-oh sambil mengangguk tiga kali tanpa lupa mengulas senyumnya. "Mau minum teh?"

Lorna tidak menatapnya tapi dia mengangguk. Mata Kevyn mengamati sisi samping wajah cewek itu, mungkin mood nya sedang buruk.

"Tunggu. Gue bikinin teh dulu."

Dan cowok itu pun melenggang menuju dapur. Sekitar lima menit kemudian Kevyn kembali dengan dua gelas teh dikedua tangannya. Dia memberikan salah satunya pada Lorna.

"Thanks, Vyn." Lorna menyesap minuman hangat itu pelan-pelan. Tidak sadar bahwa Kevyn tengah tersenyum memperhatikannya.

Malam itu berlalu dengan hening disela-sela dingin yang dibawa hujan bersamanya. Segelas teh hangat buatan tangan Kevyn Austin yang kini duduk disampingnya, dan hatinya yang mencinta dengan debar jantung abnormal yang tak didengar. Cinta diam-diamnya.

Sementara Kennedy masih diam ditempatnya sejak tadi.

***

Bunyi alarm.

Kevyn masih enggan membuka matanya barang sedikit saja, dengan salah satu tangan yang terulur mencari letak alarm itu dan berniat untuk mematikannya.

Tak!

Kevyn menggeliat lalu menepis selimut putihnya sembarangan. Dia duduk diam beberapa saat sebelum benar-benar membuka kedua matanya.

Tadi malam adalah sebuah momen yang tidak akan dilupakannya. Hanya duduk bersebelahan dengan Lorna ditemani teh hangat yang manisnya semanis cewek itu, meski tanpa kata, bagi Kevyn itu lebih dari kata cukup.

Tanpa sadar Kevyn tersenyum.

Dan sesuatu seperti kebiasaannya setiap pagi membuatnya segera meloncat dan keluar dari kamar.

Jangan sampai Kennedy yang mandi lebih dulu.

Setelah pintu kamarnya dibuka, mata Kevyn sudah menemukan sosok Kennedy yang kini juga menatapnya. Entah kapan kedua kembar itu akan menghentikan sikap kekanak-kanakannya yang satu ini. Tapi kalau dipikir-pikir, bagus juga sih, rebutan kamar mandi bisa jadi motivasi mandi pagi tersendiri bagi keduanya.

Double Chocolate | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang