DC[L]-- 10

117 11 3
                                    


[ KEADAAN BERUBAH ]


Bagus.

Lorna Minnelli tidak sepenuhnya mimpi buruk bagi Ken.

Karena tadi malam, cewek itu menyelamatkan nyawanya.

Oh, astaga, saking senangnya karena dia bisa paham dengan rumus-rumus sialan itu, hampir saja Ken memeluk Lorna.

Tapi kepala Ken perlu berpikir ribuan kali terlebih dulu sebelum memutuskan untuk memeluk cewek itu. Perlu alasan yang jauh lebih masuk akal sebelum dia melakukan hal konyol itu.

"Hai Kennedy."

Sebuah sapaan lembut membuyarkan lamunan pagi Ken. Seisi kelas nampak acuh dan sibuk huru-hara sendiri berhubung tidak ada guru yang masuk. Dan cewek semampai itu muncul lagi.

"Ya. Ada apa, Relina?" Tanya Ken dengan gestur biasa. Tidak menyiratkan kebahagiaan apapun. Malah seperti kesal karena dibangunkan dari lamunannya.

Relina menarik senyum tipis dibibirnya lalu dengan tanpa izin duduk dibangku kosong disebelah tempat duduk Ken. Itu bangku milik Kevyn, entah dimana cowok itu sekarang.

"Lo kenapa cuek banget sih?" Relina memutar tubuhnya, menghadap ke arah Ken. Membuat cowok itu nyaris ingin kabur. Tapi dia hanya menarik kursi untuk mundur beberapa senti.

"Maksudnya? Gue kan emang begini." Ujar Ken yang mulai mengerutkan keningnya. Kebiasaan kalau sudah enggak suka dengan topik yang dibicarakan, atau malah enggak betah ngobrol sama lawan bicaranya.

"Ken, emang gue harus bicara dengan gamblang dulu ya biar lo peka?" Relina menaikan kedua alisnya.

Ken ingin menjawab, namun suara lain tiba-tiba menginterupsi.

"Relina? Ngapain lo disini?"

Dalam sedetik Ken sudah kenal dengan suara yang satu itu. Kali ini Ken harus berterima kasih pada Kevyn karena sudah menyelamatkannya.

Relina menoleh pada Kevyn lalu tersenyum seperti biasa. "Oh, gue cuma ngobrol bentar sama Ken." Katanya lalu berdiri. Setelah itu mereka berdua pergi lagi, berdua. Bodo amat mau kemana.

Ken mendengus mengamati dua orang itu. Mereka terlalu lengket dan itu enggak wajar dimata Ken.

***

Kevyn sama Kennedy udah pulang sekolah. Ucap Lorna dalam hati.

"Whooaaa!! Eksotis."

Kennedy sadar arah datangnya suara itu, dia menoleh dan mendapati wajah Lorna yang berseri-seri. Ken segera mengambil baju kaosnya yang tergeletak diranjang untuk menutupi tubuhnya.

"Ngapain lo disitu. Ngintipin gue lagi ganti baju!" Katanya dengan tatapan kesal luar biasa.

"Ih, jangan geer. Gue kebetulan disini, eh malah ada cogan lagi gak pake baju disebelah." Lorna tertawa puas saat melihat ekspresi Ken yang seakan-akan ingin membunuhnya.

"Oke, gue tutup mata. Lo cepetan pake baju." Cewek itu memejamkan kedua matanya. Ken segera mengenakan kaosnya.

Lorna masih senyam-senyum kesenangan.

"Udah." Ujar Ken singkat, membuat mata cewek itu terbuka lagi.

"Minta nomor handphone lo dong." Pinta Lorna sambil nyengir kuda dengan alis yang naik-turun.

Ken sebal dengan ekspresi yang semacam itu.

"Ogah!" Jawab Ken cepat. "Gue enggak mau lo teror. Oke?"

Double Chocolate | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang