3. Iqbal Satria

71 6 0
                                    

Yang belum baca prolognya yuu baca dulu biar seru. Telat bikin prolognya wkwk. Udah di edit ke bagian awal👄.

*

1 oktober 2014

Lagi lagi aku bermimpi Ana. Ana Dewi Lesia. Gadisku, tunanganku, calon ibu dari anak anak ku. Aku merindukannya. Demi tuhan aku tidak bisa merasakan nyawa ku sendiri ketika tau ia sudah tiada.

Aku meraih ponsel ku yang ku taruh di atas nakas. Aku membuka screen lock lalu membuka pesan. Kosong. Tidak ada pesan baru dari Ana. Aku tersenyum getir. Tidak ada lagi yang mengingatkan ku untuk membersihkan kamar mandi, tak ada lagi yang menyuruhku membersihkan tempat tidur sendiri, tidak ada lagi yang datang pagi pagi hanya untuk membuatkanku sarapan, Tak ada lagi yang mengecupku, tak ada lagi Ana, tak ada lagi cinta dalam hidup ku.

Air mata ku sudah kering manangisi kepergian gadis itu. Aku tak ingin mengingat kejadian itu namun kejadian itu terus terbenam di dalam pikiranku.

Ponselku berdering. Aku tersenyum. Dengan cepat aku melihat siapa yang menelponku. Namun senyumanmu memudar. Kau bodoh iqbal. Ana tidak mungkin menelponmu.

"Iya bunda.."

"...."

"Iqbal baik-baik aja bunda. Bunda gausah khawatir"

"...."

"Hmm"

"...."

"Aku disini aja bun. Aku udah baikan ko bun. Aku ambil cuti cuma 3 hari. Kerjaan di kantor numpuk bun. Aku gabisa pulang dulu ke sana"

"...."

"Iya bunda maafin aku yaaa gabisa ke sana"

"...."

"Iyaa bunda walaikumsalam"

Aku menuruni ranjang. Berjalan gontai menuju kamar mandi. Waktu cutinya tinggal sehari lagi. Setelah dua hari ini aku hanya mabuk mabukan. Di hari ketiga ini mungkin aku akan jalan jalan di taman kota. Atau mungkin mengunjungi temanku mungkin.

***

Aku mulai membaca deretan kalimat dalam koran yang aku beli tadi. Aku berada di kafe langgananku dan Ana ini untuk sarapan. Setelah memesan pesananku pada salsha. Aku memutuskan Untuk membaca koran sembari menunggu makanan datang.

Aku kenal Salsa. Dia seumuran dengan Ana dan dia adalah pelayan favourit ku. Dia ramah dan juga cantik. Terkadang aku juga curhat dengannya. Termasuk tentang kepergian Ana. Tapi selebihnya, Aku tidak pernah berhubungan di luar kafe. Aku hanya berhubungan dengannya jika aku sedang berada di kafe ini.

"Permisi, ini pesanannya"

Aku hanya berdehem dan masih membaca koranku. Pelayan itu pamit permisi lalu berjalan menjauhi mejaku. Itu bukan suara Salsa. Aku mengenali suara itu. Yaaa suara itu...

"Tunggu !" gadis itu menoleh. Mirip sekali. aku mengerjap beberapa kali memastikan bahwa aku tidak salah lihat. Apa dia ana ku? Aku berjalan mendekat. Aku sangat bahagia Ana-ku kembali. perlahan aku meraih tangannya.

"Ana..."

Dia menautkan alisnya. Wajahnya, hidungnya, Semuanya milik ana. Hanya warna rambut dan matanya berbeda. Ana berwarna hitam sedangkan dia kecoklatan.

"Maaf tuan saya bukan Ana. Saya Veleria"

"Aku kangen kamu Na... Aku hampir gila gaada kamu di samping aku"
Aku memelas. Seolah memohon padanya untuk berhenti bermain-main. Aku merindukannya. Aku ingin memeluknya.

"Maaf tuan nama saya Veleria. Saya bukan Ana. Mungkin anda salah orang" sudah cukup. Aku cukup geram melihatnya terus mengelak. Jelas-jelas dia ana-ku. Kenapa dia menghindar?!

"ANA !!!!"

semua pengunjung menatap kearah kami. Aku tidak perduli dengan mereka. Gadis itu seperti menangis. Astaga apa aku terlalu keras membentaknya?

"Ada apa ini" suara pantopel itu mendekat. diikuti Salsa berlari menghampiri kami. Seperti nya teriakanku ini terlalu keras

"Bal lo kenapa sih?" ujar Salsa menatapku lalu menatap tanganku yang menggenggam tangan Ana ku. Aku semakin erat menggenggamnya. Seolah jika aku melepasnya Ana-ku akan kembali pergi.

"Maaf tuan apa ada masalah?" ujar seorang pria itu sekali lagi. Siapa lagi pria ini? Aku tidak mengenalnya. Kenapa ikut campur urusan ku? Tak akan kubiarkan. Atau mungkin ia pemilik kafe ini? Aku menatap Salsa. Salsa terlihat cemas. Pasti Salsa tau bahwa gadis di hadapanku ini Ana. Gadisku.

"Sa, dia Ana kan? Dia Ana gue kan Sa?" tapi Salsa malah menggeleng

"Bal. Dia bukan Ana, bal. Dia Veleria, dia bukan Ana lo"

"Bohong... Bohong. Ga mungkin salsa, lo liat dia. Liat! Mirip kan sa? Dia ana sa"

Salsa menggeleng lemas. Ya allah aku baru saja ingin melupakan Ana lalu kenapa kau memunculkan Ana lagi di hadapanku?
Aku merasakan Lutut ku lemas. Perlahan pandanganku rabun. Lalu mulai gelap.

Ana









Bersambung.....
Yuu yang belum baca prolognya baca dulu. Telat bikin prolognyaaa wkwk. Udah di edit ke bagian pertama. Baca dulu yaaa biar seru!!
Ig: ana.mdewi

Pain (Secret Time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang