4. rapuh

71 5 0
                                    

Yang belum baca prolognya yuu baca dulu biar seru. Telat bikin prolognya wkwk. Udah di edit ke bagian awal👄

*

Iqbal membuka kelopak matanya perlahan. Matanya menatap sekeliling. Mencoba mengingat dan menerka-nerka dimana ia sekarang. Ia mengerutkan keningnya menahan sakit yang berpusat di otaknya namun terasa menyebar keseluruh tubuh.

"Lo gak papa?"

Suara itu. Gumam Iqbal

"Untung lo pingsannya engga lama" Iqbal melirik kesamping kanannya. Perempuan yang mirip dengan kekasihnya yang sudah tiada itu menatapnya cemas. Ana sudah tiada Iqbal. Dia bukan Ana. Iqbal menggeleng.

"Lo kenapa? Ada yang sakit?"

Kini Salsa yang bicara. Diruangan ini terdapat Salsa, Aldi dan Veleria. Iqbal di bawa ke ruangan Aldi ketika ia tidak sadarkan diri tadi. Iqbal bisa merasakan raut ke khawatiran di wajah mereka bertiga.

Mereka menatap Iqbal seolah dia adalah kucing kecil yang ditinggal ibunya. Seolah ia adalah sosok yang paling rapuh di dunia. Mereka bertiga tau apa yang terjadi pada Iqbal. Salsa menceritakan semuanya. Bahkan Aldi meringis mendengar itu dari Salsa.

Iqbal berusaha terbangun dan beranjak dari sofa. Ia tak sanggup harus melihat kw super dari Ana. Ia harus pergi dari sini. Ia berusaha menghampiri pintu dengan langkah lunglainya. Ia masih pusing dengan kejadian hari ini. Di tambah lagi ia belum mengisi perutnya dari kemarin.

"Lo mau kemana?" Veleria berusaha membantu Iqbal untuk berjalan namun Iqbal menepisnya. Pintu pun kembali tertutup. Veleria membaliknya badannya. Menatap Salsa dan Aldi bergantian. Veleria masih teringat dengan perkataan salsa ketika Iqbal pingsan.

"Dari awal gue liat elo. Gue juga kaget. Gua kira elo itu dia. Tapi mata sama rambut lo beda sama dia. Tapi selebihnya lo mirip banget ama dia"

Veleria masih termenung mengingat perkataan Salsa. Entah mengapa ia merasakan sakit yang Iqbal rasakan.

"Di H-4 pernikahan mereka, tepatnya 4 minggu yang lalu. Ana meninggal di kamar kostannya. Katanya sih dia di bunuh. Tapi gaada bukti yang kuat kalo dia dibunuh. Gue bingung kenapa ada yang tega-teganya bunuh dia. Padahal dia baik"

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Iqbal. Jika itu terjadi padanya, Mungkin Veleria akan bunuh diri, menyusul kekasihnya yang telah pergi.

5 oktober 2014

Ini hari kelima sejak kejadian itu. Terakhir kali Veleria bertemu dengan Iqbal. Entah mengapa Veleria terus memikirkan keadaan Iqbal. Apa dia baik baik saja? Dimana ia sekarang? Apa hari harinya berjalan dengan baik?

"Lo mikirin apan sih Ve"

Ucapan Steffi membuyarkan lamunannya. Ia menoleh kearah Steffi yang sedang menyetir lalu menggeleng sembari tersenyum kecil. Steffi menautkan alisnya melihat sahabatnya melamun seperti itu. Steffi selalu mendapati Veleria sedang melamun. Entah lah apa yang sedang di fikirkan sahabatnya itu. Biasanya Veleria selalu ceria. Selalu menceritakan masalahnya. Namun sekarang?

Mereka dalam perjalanan pulang sekarang. Aldi menelpon Steffi agar Steffi menjemput Veleria karena sudah larut malam. Minggu ini Veleria sift dua karena itu ia pulang malam hari. Aldi bilang ia tidak bisa mengantar Veleria karena ada urusan bisnis. Steffi bisa merasakan bahwa kakaknya itu sudah mulai menyukai ve. Haha gue rasa dia bakal jadi kaka ipar gue.

"Steffi stoooop!!"

Steffi menginjak remnya mendadak. Membuat tubuh mereka hampir terpental kedepan. Veleria mengatakan itu sedikit histeris dan membuat Steffi kaget.

"Ve lo kenapa sih..."

Baru saja ingin memaki Veleria. Sahabatnya itu sudah keluar dari mobil. Steffi mengelus elus dadanya sendiri. Untung temen, kalo bukan udah gua cekek kali. Batinnya

Steffi ikut keluar dari mobil. Ia melihat Veleria tengah berlari menuju pinggir jalan di sebrang sana. Dan Steffi juga melihat seseorang tergeletak tak berdaya. Siapa dia?

"Astaga bal.. Lo kenapa?"

Ve mengangkat bahu Iqbal dan membawanya kedalam pangkuannya. Iqbal begitu mengenaskan. Wajahnya di penuhi darah dan lebam yang membiru. Iqbal terbatuk batuk. Ia berusaha bergerak namun kekuatan nya sudah habis.

"Bal hei jangan pingsan" Veleria terus menggoyang-goyangkan tubuh Iqbal. Mata sayu iqbal menatap Veleria. Iqbal tersenyum dengan darah di sekitar bibirnya. Bahkan lo masih bisa bisanya senyum ke gue di saat lo kaya gini,batinnya

"Ana..."

Lagi lagi Ana. Oke Veleria, yang harus lo lakuin sekarang adalah, biarin dia nganggep lo itu Ana. Seengganya bisa bikin dia sedikit senang ,mungkin.
Veleria melihat botol wine yang sudah pecah di sana. Apa Iqbal mabuk? Lalu dia bertengkar dengan seseorang?

"Ana.. Aku kangen kamu. Aku pengen ikut kamu na. Kenapa kamu tinggalin aku"

Iqbal tiba tiba saja mendekap Veleria. Isakan tangis keluar di sela sela ucapannya. Veleria hanya bisa mematung.

"Kamu jahat Ana. Kamu ninggalin aku? Kenapa kamu ga bilang kalo kamu pengen pergi dari sini? Aku bakal temenin kamu buat pergi dari dunia ini"

"Aku sayang kamu Na. Lebih dari diri aku sendiri"

"Aku pengen ikut kamu Na. Aku sendirian di sini. Aku butuh kamu..."

Veleria ikut meneteskan air matanya mendengar ucapan Iqbal. Bisa ia rasakan Iqbal begitu kehilangan. Tubuh Iqbal bergetar hebat. Sesegukan terdengar di sela-sela tangisannya.

Veleria membiarkan Iqbal menangis. Membiarkan Iqbal meluapkan semua isi hatinya. Ia ingin sekali membantu Iqbal bangkit. Ia begitu menyedihkan saat ini. Ia tak boleh terus menyakiti dan menyusahkan dirinya sendiri seperti ini.

Veleria merasa bobot tubuh Iqbal memberat. Veleria melepaskan dekapan Iqbal Untuk melihat. Apa ia tertidur? Nafasnya terlihat teratur.

"Stef,Bantui woi ko lo malah bengong si !"

"Ah? i- iya"

Bersambung...
Yuu yang belum baca prolognya baca dulu. Telat bikin prolognyaaa wkwk. Udah di edit ke bagian pertama. Baca dulu yaaa biar seru!!
Ig: ana.mdewi
Baca juga cerita satunya. "Don't touch my girl" . cek profile. Makasih yang udah vote!

Pain (Secret Time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang