Bagian Tujuh

107 4 2
                                    

Danau Kerinci, 11.50 AM

Hampir dua jam kami menghabiskan waktu dengan kesibukan sendiri-sendiri di kawasan Danau Kerinci, Tia dan Mina melakukan ritual yang selalu setiap cewek lakukan ketika mengunjungi atau melakukan sesuatu, selfie serta twofie atau apalah, apa istilah kalau fotonya berdua bukannya sendirian, twofie? Serta sesekali kita diajakin buat groufie.

Bagaimana bisa mereka melakukan hal sama terus berulang-ulang, maksudku aku juga mengambil beberapa foto, 10 - 15 foto juga sudah bosan itupun kebanyakan foto pemandangan. Bukankah ini tergolong aneh, apa ini sudah dapat dikategorikan sebagai suatu penyakit, selfitis? Narsitis? Alayitis?.

Dan yang lebih aneh dari ngeliat cewek keranjingan selfie adalah cowok yang ikutan hobi selfie, maksudnya kalau beberapa sih biasa ya, mengabadikan momen. Jika hal tersebut telah mampu menyamai selfienya cewek, bukankah itu lebih aneh.

Aku hanya geleng-geleng kepala melihat betapa kreatifnya pose selfinya Andy, sedangkan Danu ketika tidak terlibat dalam groufie yang dipaksakan oleh Tia dan Mina, dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri ditemani headphone, duduk dipinggiran danau menatap lepas ke penjuru manapun yang mampu di jangkau mata.

Aku sendiri, duduk disini mengamati mereka sambil memainkan pensilku di atas buku sketsa yang ku pangku, ya ini adalah hobi lama yang terlupakan. Semenjak kepindahanku ke kota baru ini serta cerita Orang Pendek membuat perhatianku teralihkan.

Aku menatapi hasil goresan pensil yang ku kerjakan lebih dari 30 menit itu 'hmm.. lumayan' pikirku, aku tidak bisa menyebut diriku berbakat maksudnya tentu kemampuan masih dibawah rata-rata, namun sebagai hobi ku rasa sketsa yang ku buat  lumayan. Ya setidaknya orang yang ngelihat hasil gambar masih mampu mengidentifkasi apa yang ku gambar.

"Wah.. Bang Bayu, pintar gambar ya" Aku tidak sadar sesaat Mina telah berada di dekatku, aku menyunggingkan senyum. Ada kebanggaan tersendiri ketika karya kita di apresiasi baik oleh orang lain.

"Ini pemandangan Danau Kerinci ya, Bang?"

"Iya.. ini Danu sibuk memikirkan masa depan, Tia dan Mina yanng tanpa lelah mengabadikan momen.." aku menunjuk satu persatu komponen skesta gambar pemandangan Danau Kerinci yang aku buat dengan sedikit nada menyindir.

"Hahhaha... terus ini Bang Andy yang ga kalah eksis dari Mina dan Kak Tia" Gelak Mina melihat sketsa pose Andi yang ku buat "He eh..ga kalah cantik" tukas Tia ikut terbahak.

"Apaan sih kalian, heboh kali ngeliat orang selfie juga" Andy mendekat tidak terima dengan ejekan yang ditujukan Tia dan Mina padanya. "Apaan nih, mana ada Aku punya pose kayak gitu, aneh kali" Protes Andi melihat sketsa yang ku buat.

"Coba cek deh, aku kan cuma menggambar pemandangan. ya pasti sesuai dengan apa yang aku lihat dong" belaku terhadap protes Andy.

"Ahh.. terserah deh, ngomong kapan pamanmu datang, Mina? udah lapar nih" tukas Andy.

"Bang Danu yang ngurus, Mina ga tau"

"Danu.. Oi, Dan.. Danu..." teriak Andy memanggil Danu "DA.........NU......." kali ini Danu menoleh, membuka headphonenya dan mengangkat alisnya, yang artinya 'ada apa?'.

"Pamanmu kapan datangnya?" teriak Andi. "Selesai kerja, jam 3-an katanya bakal jemput kita bawa ke mess kantor langsung" Danu ikut-ikutan berteriak menjawab pertanyaan Andy.

"loh, kita ga ke rumah pamanmu dulu ya, Min?" tanya Tia "Ga tau, Kak. soalya Bang Danu yang menghubungi paman.

"Kalau gitu kita cari makan dulu, yuk" ajakku

"Ayo, udah lapar nih. Pantesan udah jam 12 ternyata" ujar Andy "tapi masa kita nenteng tas begini sih"

"lagian kamu ngapain bawa koper begitu, kita kan cuma beberapa hari" tukasku 

Ekspedisi : Orang PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang