Bagian Empat

579 22 8
                                    

Hi Guys, Update lagi... Thank You buat teman-teman yang udah baca, terkhusus buat @Salsaclaf17, @ZahwaJasmine, @ChalimatusSadiyah, @Iworld, dan @diankusumaaa yang udah vomment dan nambahin cerita ini ke Daftar Bacanya, You Are Amazing Guys... Happy Reading :)... So Let's The Story Begins.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suara ketukan pintu yang bertubi-tubi mengusik tidurku, mataku terasa perih, malas sekali rasanya untuk membuka mataku. Aku menggeliat mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi, meluruskan setiap sudut sendiku, merenggangkan setiap tulangku yang terasa penat-penat akibat kurang tidur, telah beberapa hari ini aku tidur terus larut malam, akibat kesenangan baruku yang membahas buku J --aku memikirkan nama yang sesuai untuk menyebut buku itu, aku memutuskan menamainya buku J, ya taulah kan, karena ada huruf J besar didepan sampulnya yang keras-- namun aku masih belum paham sepenuhnya isi buku tersebut, yang jelas dalam buku tersebut penulis mencatatkan data, informasi, dan pengalamannya yang berkaitan dengan ORANG PENDEK, sejenis makhluk mitologi yang terdapat di kabupaten Kerinci --Seperti kalau kita bicara Danau Lochness dengan Monster Lonchnessnya atau Himalaya dengan Yetinya-- dan di Kerinci dengan Orang Pendeknya.

Pintu kamarku kembali diketuk untuk kesekian kalinya namun kali dengan ritme yang agak dipercepat dan semakin keras, membuatku jengkel saja. Aku masih terduduk dikasurku dengan mata tertutup berusaha mengembalikan kesadaranku sepenuhnya, dan pintu kamarku kembali diketuk bertubi-tubi, aku beranjak dari kasurku dengan perasaan jengkel, dengan langkah yang malas aku menuju pintu, memutar kunci, memasang wajah sebal orang yang baru bangun tidur, dan menyeruak dengan keras daun pintu kamarku. Sungguh pemandangan yang menyebalkan, aku mendapati wajah Andi dan Danu yang menyengir seperti orang bodoh, aku tetap mempertahankan wajah sebalku dan kembali membanting pintu dimuka mereka, serta kembali ke kasurku.

Andi dan Danu menyeruak pintu kamarku, berlari memasuki kamarku dengan berisik, aku hanya terduduk menatapi mereka sambil mendengus kesal. Mereka mengambil tempat disebelahku, duduk diatas kasurku, mereka mulai membuka mulut mereka mengeluarkan semua kata dan kalimat yang mungkin untuk diucapkan, aku kembali mendengus kesal, mereka mengatakan Tia ada di bawah bersama Mamaku, bukankah kita akan belajar bersama hari ini. Kali ini aku menatap mereka, aku teringat bahwa hari ini kami telah berjanji untuk belajar bersama. Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal, aku benar-benar lupa, akibat keasyikan membaca buku J itu. Tapi tetap saja ini penggangguan privasi namanya, pikirku kembali mendengus kesal.

"Kenapa tidak ada yang menghubungiku?" tanyaku pada mereka masih dengan nada yang kesal

"kalau banyaknya kami bertiga --Andi, Danu, dan Tia-- hubungin kamu ditotalin, mungkin jumlahya sudah 1000 miscalled yang ada di HP kamu" jawab Andi tidak kalah sewot, Aku beranjak meraih HP-ku, benar saja sudah ada 10 miscalled terpampang di screen HP-ku. Aku kembali menggaruk kepalaku yang tidak gatal namun kali ini dengan cengiran yang kutampilkan selebar-lebarnya di wajahku. "Baru juga 10, Lebay kali sih, 1000" Jawabku. 

"Ya udah, kita tunggu diluar, ya" ujar Danu sembari beranjak bersama Andi keluar dari kamarku

Di teras, halaman samping rumahku, kami belajar bersama dibagian samping rumahku yang berhadapan dengan pemandangan hijau yang cukup luas, berseberangan langsung dengan jendela kamarku yang besar. Sebenarnya hanya Tia dari tadi sibuk membalik-balikkan beberapa buku yang terkembang dihadapannya, sedangkan Andi dan Danu juga ikutan sibuk membolak-balikkan catatan Tia yang lain untuk di salin dijadikan jimat, aku sendiri masih sibuk menekurkan kepalaku fokus pada bacaanku sendiri, sambil sesekali mengangguk sok mengerti pada penjelasan Tia tentang soal yang dibahasnya.

Aku membalik halaman berikutnya dari buku yang kubaca,

'21 Juni 1987, untuk kesekian kalinya sensor yang kami letakkan didalam hutan, menangkap sinyal aneh, ada sesuatu yang bergerak di hutan, beberapa rekanku tampak tidak antusias terhadap hal tersebut, mereka berpendapat bisa saja salah satu hewan hutan seperti yang terjadi sebelumnya, namun aku tetap optimis. Aku bergerak terlebih dahulu menyusuri hutan hanya dengan berbekal senter kecil, serasah disekitar lokasi sensor menunjukkan belum berapa lama ada sesuatu yang berdiri diam cukup lama di areal itu, aku menyusuri hutan yang gelap, ada hampir 1 jam aku menyusuri hutan sendirian sebelum rekan-rekanku yang lain datang, aku tahu dari banyaknya cahaya yang bermunculan dari pinggiran hutan sebelah barat, namun saat itu dari kejauhan sesosok bayangan yang samar-samar terlihat dikegelapan hutan tertangkap oleh mataku dengan sigap aku arahkan senter kearah bayangan itu, secercah cahaya dari senterku memantulkan cahaya lain dari suatu benda pada bayangan itu, meyakinkanku bahwa itu adalah apa yang aku cari selama ini. Seolah paham bahwa keberadaannya telah terdeteksi dengan cepat sosok tersebut bergerak kedalam hutan, aku tentu saja tidak mau kalah, ini adalah kesempatan emas yang tidak akan sering datang, aku memacu lari secepat yang aku bisa. Sosok itu cepat sekali, jarak diantara kami tidak pernah lebih dekat dari 1 km, aku tidak dapat mengindentifikasi sosok tersebut dalam jarak yang sedemikian jauh, dan ...........' aku dengan terbata-bata membaca setiap kata demi kata yang kususun dengan pelan, namun tiba-tiba Tia menarik buku tersebut dari tanganku, aku refleks menoleh ke Tia dengan pandangan tidak senang.

Ekspedisi : Orang PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang